(1). Kehidupan umat beragama di Indonesia:
       ===========================
 Dyah Wanti:
 >Kehidupan umat   beragama  di Indonesia sudah sangat ber-
 >bahaya tanpa  adanya   perkampungan Internasional agama
 >apapun,   apalagi   sekarang   media  massa   sudah berperan 
 >sebagai provokator   yang   legal  dengan  memutar balikkan 
 >fakta. Dan kita  disinipun   sudah  saling curiga, kalau sudah
 >menyinggung  soal agama. Meskipun hanya hal yang sepele. 
 >Sejak   dulu    sudah   ada   kampung   Cina, kampung batak, 
 >kampung Jawa, kampung Arab, dimana kampung-kampung 
 >ini sudah dapat sedikitnya mewakili agama-agama mayoritas
 >yang dianut di perkampungan itu.

 YLH:
   Kalau kita betul-betul berpikir yang baik, maka kita tidak
   akan menyatakan bahwa: "....sekarang media massa sudah
   berperan   sebagai  provokator yang legal dengan memutar 
   balikkan fakta".  Sebaliknya, kalau kita dapat berpikir yang
   tidak baik, maka kita dapat menyatakan bahwa:  "Pemerin-
   tahan Orde Baru sudah berperan sebagai provokator yang
   legal  sejak detik-detik 'kelahirannya' sampai  menit-menit
   'kematiannya'. Khusus menyangkut detik-detik 'kelahiran-
   nya',  semua   kita   sampai sekarang  masih meragukan  ke-
   aslian  SUPERSEMAR.    

   Sedangkan,   menyangkut   jam-jam  'kenaikannya' sampai 
   menjelang  detik-detik   'kematiannya',  semua kita pernah
   ingat peristiwa tragedi kematian TEMPO, EDITOR  dan
   DETIK. Selanjutnya, baca dan renungkan kutipan tulisan
   Sing Menggolo: 

   "...Soeharto,   Habibie   dan   Ahmad Tirto beserta cungkring-
    cungkringnya  MEMANIPULASI AGAMA ISLAM untuk
   kepentingan  pribadi  mereka yang serakah harta dan kekuasa-
   an,  [mereka]  menggunakan sentimen negara Islam sebagai isu.
   Padahal di dalam ajaran Islam tidak ada KEHARUSAN untuk
   mendirikan NEGARA ISLAM [di Indonesia].
 
   Sejak   ICMI  dibentuk  bersama-sama   pemerintah [Orde Baru]
   tahun 1990, keadaan politik di  Indonesia mulai gonjang-ganjing,
   kekacauan    antar    agama   dan  suku timbul dimana-mana. Dan 
   sejak  saat itu  semua  persoalan-persoalan negara dan persoalan
   Islam selalu ditimpakan [dikambing-hitamkan] pada non Muslim.
   Sebagai   korban   pertama adalah tabloid Monitor, kantornya di-
   obrak-abrik dan  dibredel serta Pemrednya dimasukan bui. Selan-
   jutnya PDI Megawati di-obok-obok sehingga berantakan dan NU
   di-aduk-aduk   saat Muktamar gara-gara Gus Dur tidak mau  men-
   dukung memilih Soeharto lagi serta akan koalisi dengan PDI,  dan
   diperparah oleh ucapan Gus Dur pada suatu wawancara  bahwa:
   Soeharto kalau tidak goblok ya takut pada munculnya pemimpin-
   pemimpin muda nasional  yang demokrasi. Sejak ada ICMI peme-
   rintah   [Orde Baru]   terasa terlalu banyak memberi umat 'Islam" 
   dan terlau menginjak pada non Islam.  Pembakaran tempat-tempat
   ibadah   sampai 500 gereja lebih begitu juga dengan kuil-kuil, dan 
   penjarahan dan pembakaran harta Tionghoa tidak terhitung lagi".

   Sebagai tambahan, Megawati Soekartoputri tidak bisa jadi presi-
   den di Indonesia, karena menurut pandangan umat bergama Islam
   dalam pemerintahan Orde Baru:  " Ajaran  Islam melarang wanita 
   menjadi   pemimpin   di  Indonesia".  Sebaliknya, menurut  pan- 
   dangan  umat   beragama   Islam   dalam  pemerintah Gaya Baru:
    "Ajaran Islam tidak melarang Benasir Bhuto menjadi pemimpin 
   di Pakistan".  

   Adakah sesama umat beragama Islam dapat menjelaskan perbeda-
   an   penafsiran   ajaran   Islam tentang kepemimpinan wanita   di
   Indonesia  dan Pakistan?

   Jelasnya,  MEDIA MASSA TIDAK BERPERAN SEBAGAI 
   PROVOKATOR   YANG   LEGAL DENGAN MEMUTAR
   BALIKKAN  FAKTA  KARENA  MEDIA  MASSA MEM-
   PUNYAI KODE ETIK.

(2). Perkampungan "AGAMA":
       ==================
 Dyah Wanti: 
 >Apakah dengan dasar nama Perkampungan "AGAMA" 
 >kita  menganggap  akan  menjadi  sarang  provokator? 

 YLH: 
  Tahukah kita bahwa para provokator sering tidak hanya
  membuat   SARANG   mereka di  dalam  Perkampungan 
   "AGAMA", tetapi     juga     mereka   sering    berusaha 
  SERANG ke luar Perkampungan "AGAMA"?

(3). Umat beragama:
       ==========
 Dyah Wanti: 
  >Sebaiknya  kita  selalu  berpikir  yang baik, Agama selalu 
  >mengajarkan kebaikan dan  kasih  sayang, jadi setidaknya 
  >kalau kita berbicara masalah agama, mulailah dari diri kita 
  >sendiri,   kalau   kita   menganggap  agama kita baik, maka 
  >hargailah   orang     yang     menganggap   agamanya   baik. 
  >Apakah ada agama yang mengajarkan menjadi provokator?

  YLH:
  Sebaiknya  kita tidak  selalu  hanya berpikir yang baik saja,
  tetapi   harus  berpikir  juga  akan  timbulnya kemungkinan-
  kemungkinan  tidak  baik  yang  sering  terjadi  tidak sesuai
  dengan   ajaran   agama   kita masing-masing. Jadi kalau kita 
  umat beragama   berbicara  masalah agama, maka sebaiknya
  kita juga   harus   menerima   pikiran-pikiran baik dan tidak
  baik dari sesama kita umat beragama. Tidak hanya itu, kita
  semua harus menyadari bahwa kita-kita adalah ciptaan-Nya
  yang selalu melanggar perintah-Nya (Terjemahan: "Sinner").

Salam  'Ganda Campuran',

DW & YLH

Kirim email ke