Kutipan dari Republika : 9 Juli 1999
-------------------------------------

Di negara mana pun yang demokrasinya sehat dan bijaksana, tidak akan pernah
buta terhadap realitas keragaman rakyatnya. AS misalnya, tidak akan pernah
partai-partainya memasang senator lebih banyak dari kalangan Katholik,
apalagi Muslim (bahkan mungkin ini tidak ada). Sebab mayoritas
warganegaranya adalah kaum Protestan. Karena itu, orang selalu memuji AS,
dan menjadikannya sebagai kiblat demokrasi.

Dalam sejarah politik diskriminatif, barang kali hanya di zaman penjajahan
dahulu parlemen didominasi oleh minoritas Belanda di Indonesia, dan di era
praktek Apartheid di Afrika Selatan -- yang juga pernah memiliki perlemen
didominaasi oleh golongan minoritas kulit putih. Tentu saja, golongan
minoritas kulit putih itu tidak dapat menyuarakan aspirasi ras lainnya,
malah justru menentang segala aspirasi golongan mayoritas kulit hitam.








Kirim email ke