Senin, 6 September 1999, 23:26 WIB Konsultat RI di Darwin Rusak Parah Canberra, Antara Gedung Konsulat RI di Darwin, Australia Utara, rusak parah setelah diserang oleh sekitar 100 orang kelompok anti-Indonesia di negara kanguru itu, Senin petang. Sementara seorang WNI, yang bekerja sebagai sopir taksi dan imam mesjid di Darwin, diserang oleh empat orang eks-Timtim di dekat gedung konsulat, kata Pejabat Konsul RI Darwin, Agus Sardjana, ketika dihubungi Antara. Menurut Agus, gelagat akan terjadinya demonstrasi mulai diketahui pihak Konsulat RI sejak Senin sore pukul 16.00 waktu setempat. Pihak Konsulat kemudian menghubungi kepolisian dan petugas dari Jasa Perlindungan Australia (APS). Namun tanpa diduga aksi demonstrasi berlangsung brutal, bahkan para pengunjuk rasa--yang terdiri dari warga keturunan Timtim dan Australia--tiba-tiba menyerang secara membabi buta di luar batas kewajaran. Delapan orang diantaranya berhasil masuk ke gedung konsulat dengan memanjat pagar dan selanjutnya menghantam dengan batu sembilan mobil milik konsulat dan staf. "Setelah itu mereka melempar kaca-kaca jendela dan pintu gedung dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah," kata Agus Sardjana. Mereka juga berhasil menurunkan bendera RI dan membakarnya di luar gedung konsulat. Petugas APS yang hanya dua orang di dalam gedung kewalahan untuk menahan serbuan massa pengunjuk rasa, sehingga para pengunjuk rasa dengan leluasa merusak aset dan kebanggaan rakyat Indonesia itu. Di antara para penyerang itu, menurut Agus, ada yang mencoba untuk memasuki gedung, namun gagal karena pintu-pintu konsulat RI semuanya sudah dikunci. Para pengunjuk rasa baru dapat dikendalikan setelah pihak APS dan polisi Darwin mengirimkan petugasnya dalam jumlah lebih besar. Polisi menangkap tiga orang yang menerobos masuk halaman Konsulat RI. Selain itu, empat mobil patroli disiagakan di muka gedung Konsulat dan beberapa petugas terus melakukan patroli di sekeliling gedung untuk melihat kalau ada penyusupan lagi. Namun aparat keamanan masih membiarkan kegiatan unjuk rasa dan pembakaran bendera merah putih di luar gedung. Aksi unjuk rasa brutal itu baru berakhir sekitar pukul 19.35 waktu setempat. Cemas Agus Sardjana mengatakan, masyarakat RI di Darwin saat ini merasa cemas terutama sejak terjadinya penyerangan atas WNI yang juga Imam Mesjid Darwin. Selain itu, gencarnya pemberitaan pers Australia terhadap berbagai kejadian di Dili dan dijadikannya kota Darwin sebagai pos terdepan bagi proses evakuasi personil UNAMET membuat orang Indonesia di Darwin khawatir akan menjadi korban balas dendam. Menurut Agus, dalam insiden itu semua staf dan karyawan Konsulat Darwin dalam keadaan selamat. Selanjutnya, Konsul RI di Darwin melalui KBRI Canberra akan mengirimkan nota protes resmi kepada Deplu Australia tentang insiden tersebut dan juga akan meminta kompensasi atas semua kerusakan yang terjadi, katanya. Pihak kepolisian negara bagian Australia Utara telah merekam dan menahan semua bukti-bukti termasuk batu-batu yang dipakai untuk pelemparan. Pihak Konsulat RI, kata Agus, juga sempat merekam dengan video seluruh kejadian penyerangan dan hasil rekamannya telah diserahkan kepada pihak berwajib untuk keperluan penyidikan. Sejak kejadian penyerangan, gedung Konsulat RI di Darwin terus dijaga ketat oleh pihak keamanan dan polisi setempat. Tindakan brutal dan ancaman terhadap aset dan kepentingan Indonesia di Australia meningkat belakangan ini setelah media massa Australia terus membuat laporan yang "menyeramkan" tentang Timtim. Hal tersebut diikuti dengan sikap dan pernyataan pemerintah Australia yang terus mengecam kebijakan Indonesia atas Timtim sehingga membangkitkan sentimen anti-Indonesia di Australia. Sekitar 20 orang pengunjuk rasa Timtim, Kamis sore (2/9), menerobos masuk halaman KJRI Melbourne. Secara kasar mereka menurunkan bendera nasional yang biasa dikibarkan di halaman KJRI dan kemudian membakarnya. Sehari sebelumnya seorang yang tidak dikenal melempar telur busuk ke Gedung KJRI di Sydney. Selain itu, staf KBRI Canberra seringkali menerima ancaman dan teror melalui telepon. Sehubungan dengan perkembangan tersebut, KBRI Canberra mengimbau kepada seluruh staf diplomat maupun masyarakat Indonesia di Australia untuk meningkatkan kewaspadaan dan bertindak hati-hati. * - Kompas Hari Ini - ------------- Berita Hari Ini Berita Sebelumnya Mencari Berita ------------- Tentang Kompas Kontak redaksi ------------- Kompas CyberMedia © C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas D e s i g n e d b y Agrakom