-----Original Message-----
From:                   [EMAIL PROTECTED]
Sent:                   Thursday, September 09, 1999 1:38 AM
To:                     Multiple recipients of list
Cc:
Subject:                        timtim; what does it mean to us (was: kekeliruan 
kemanusian)


referendum telah dilakukan oleh unamet, dan tentu saja proses ini
berdasarkan persetujuan presiden tunjukan pahabibi dan portugal dibawah
auspices pbb. presiden tunjukan pahabibi, mengomentari jajak pendapat itu,
mengatakan bahwa referendum berlangsung dengan baik, tertib dan transparan
serta indonesia akan menghormati hasilnya.

Komentar:
Untuk memahami kekacauan terakhir, harap dicatat bahwa opsi melepas Tim-Tim
itu HANYA berasal dari Habibie, yang karena dia Presiden tentu harus
dipatuhi TNI dan Deplu. Tapi dua pihak ini sebetulnya tidak pernah diajak
konsultasi tentang opsi ini, sehingga mereka sendiri terkaget-kaget. Bahkan
Portugal dan banyak negara lain sendiri kaget. TNI khususnya diam-diam
sebetulnya marah besar atas inisiatif Habibie ini. Di segi lain,
Habibie -yang sadar bahwa popularitasnya sangat tipis-mau melakukan apa saja
untuk menaikkan popularitasnya. Itu sebabnya, opsi Habibie DITORPEDO oleh
TNI di Timtim dan hasilnya ya seperti sekarang ini.

hasilnya: 78 % menolak otonomi, dan sisanya menerima. yang menerima
otonomi menolak hasil jajak pendapat. konon, penolakan hasil jajak
pendapat ini ditunjukkan lewat amuk terhadap unamet dan kemudian merembet
ke orang asing [baca: 'barat'] dan kelompok pro kemerdekaan.

Komentar:
Warga Timtim yang pro-integrasi juga tidak pernah diajak konsultasi oleh
pemerintah RI (Habibie) tentang opsi kemerdekaan, sehingga mereka bingung,
marah. Mereka merasa dikhianati oleh pemerintah Habibie, karena mereka
menganggap selama ini setia pada integrasi. Ditambah lagi mereka melihat
UNAMET lebih condong ke kubu CNRT, terlihat dari rekrutmen terhadap staf
lokal UNAMET di Timtim yang mayoritas dari warga yang prokemerdekaan, juga
ada sejumlah warga Australia yang membawa kertas suara “palsu”, dll… Saya
rasa penggunaan istilah “barat” tidak pas di sini. Singkatnya, ada rasa
frustrasi yang sangat besar di kubu prointegrasi yang didukung TNI.

bagaimana anda memetakan kekisruhan di timor leste, timor timur alias
timor loro sae ini? kalau kekisruhan bisa dipetakan sebagai pertentangan
antara protagonis dan antagonis, kelompok kelompok mana saja yang menjadi
protagonis dan antagonis, apa justifikasinya?

Komentar:
Saya tak mau pakai pendekatan protagonis dan antagonis, hanya akan
menimbulkan perdebatan berkepanjangan. Tapi marilah kita lihat para pemain
dan kepentingannya.
Warga Timtim prokemerdekaan: jelas
Warga Timtim prointegrasi: jelas
Pemerintah RI: mempertahankan integrasi, mencegah kasus timtim menjadi
preseden perpecahan untuk propinsi lain, menghentikan isolasi/kecaman dunia
internasional, memperlancar bantuan internasional
Habibie: mencari popularitas, sekaligus kredit bagi pribadi, untuk maju
sebagai calon presiden mendatang
TNI: mempertahankan Timtim sebagai bagian dari RI, selain itu ditambah
berbagai kepentingan TNI yang sudah terkait di sana, seperti bisnis kopi,
tempat latihan, anggaran keamanan, dsb
Portugal: konsumsi politik dalam negeri, menghidupkan kembali peran yang
sudah hilang di Timtim, dll
PBB: menyelesaikan agenda dekolonisasi secara normal
Negara-negara besar: macam-macam kepentingan…
Australia: popularitas untuk politik domestik, menanam budi pada Timtim
untuk kerjasama ekonomi yang menguntungkan di masa depan dengan pemerintah
Dili, kestabilan kawasan, dll.
Gereja: mempertahankan kepentingan gereja yang selama di bawah RI diabaikan
(gereja tidak punya peran khusus di bawah RI, sebagaimana Majelis Ulama di
Jakarta juga tak punya peran khusus apapun. Ini berbeda dengan peran penting
yang diberikan Portugal kepada gereja di Timtim).
Dll:…….

untuk menanggapi kekacauan itu, indonesia menerapkan darurat militer di
daerah itu. menurut anda, apa yang akan didapat dari darurat militer ini?

Komentar:
Memperumit persoalan yang sudah ada, karena di bawah darurat militer yang
berperan adalah TNI. Darurat militer berarti sejumlah HAM akan makin
dilanggar. Padahal polisi yang sudah ada di Timtim belum didayagunakan
secara optimal.

kekacauan yang berlanjut itu, bikin australia gemes dan geregetan. media
dan pemerintahnya 'seolah olah' menggiring opini publik untuk memaksakan
pengiriman pasukan perdamaian ke daerah kacau itu. apa pendapat anda
tentang perkara ini?

Komentar:
Bagi rakyat Australia, ini adalah isu kemanusiaan.
Bagi pemerintah Australia, ini adalah politik popularitas. Pengiriman
pasukan Australia akan ditolak oleh RI dan TNI, dan Australia akan berpikir
dua kali (bahkan tiga kali) jika harus berhadapan dengan TNI di Timtim atau
memaksakan kehadiran di Timtim tanpa persetujuan TNI (jumlah kontingen
militer Aust yang dikirim paling banyak 3.000, padahal jumlah TNI di timtim
sekarang saja ada 15.000, yang dengan mudah bisa ditambah lagi). Retorika
keras yang dikeluarkan Downer dan Howard bagi saya hanyalah untuk konsumsi
dalam negeri, karena ada persepsi di kalangan pengamat bahwa pemerintah
Australia selama ini takut pada RI (apalagi ketika RI di bawah Soeharto).

menanggapi hasil jajak pendapat di timor loro sae, timor timur alias timor
leste ini dan menanggapi keinginan australia [dan sekutunya] untuk
mengirimkan pasukan perdamaian, opini publik indonesia, menurut pengamatan
saya, bisa dikategorikan menjadi tiga atau empat: mendukung gagasan
australia dan sekutunya ini, marah dan menentangnya, acuh karena merasa
perkara timor timur ini bukan urusannya [dan sebenarnya juga mulai
terlihat kelompok yang melakukan usaha usaha untuk menolong korban
kekerasan ini]. apa komentar anda tentang tanggapan tanggapan publik
indonesia ini?

Komentar:
Tanggapan memang bermacam-macam. Tapi karena belum ada polling untuk
mengetahui persentase dari berbagai tanggapan ini, saya tak bisa berkomentar
lebih banyak.
Satu catatan saya, jika pihak asing terlalu keras mengecam Indonesia, ini
justru akan dijadikan rallying point untuk meningkatkan rasa ”nasionalisme”
rakyat Indonesia, yang memang dibutuhkan ketika RI terancam terpecah belah
dengan begitu banyaknya krisis. Jadi, semacam menciptakan musuh bersama.
Kalau Australia, sengaja atau tidak, mau mengambil peran jadi “musuh”
semacam itu, saya pikir TNI akan berterimakasih!


tak pelak lagi, perkara timor timur ini menjadi perhatian masyarakat di
luar indonesia juga. apa untung dan ruginya negara tetangga indonesia,
thailand, malaysia, singapura, filipina, papua nugini, vietnam, jepang,
cina dan australia menyoal atau tidak menyoal perkara kekacauan di timor
timur ini?

Komentar:
Kacaunya Tim-Tim dan Indonesia berarti gangguan bagi kestabilan regional,
dan ini buruk bagi bisnis dan pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Indonesia
menempati posisi strategis bagi lalu lintas minyak dan perdagangan, dari
Timur Tengah sampai ke Jepang. Mereka semua tak bisa berdiam diri, karena
kepentingan mereka semua akan terganggu. Australia, misalnya, harus bersiap
juga menerima gelombang pengungsi dari Timtim jika kerusuhan terus terjadi.

Satrio Arismunandar

Kirim email ke