teman teman,

menurut petunjuk yang dibenarken oleh bapak san... eh maksud saya bapak 
semmy littik, kita diajak rame-rame menulis surat ke pahabibi. untuk 
mengamini petunjuk yang sudah dibenarken tadi eh... hem... eh... hem 
ijinkanlah daripada saya mengemukaken daripada pikiran saya agar saya 
tidak patheken.

'debat' tentang pengiriman pasukan perdamaian ke timor loro sae dalam
media australia beberapa hari ini sungguh mengkhawatirkan saya. mas sigid
dengan jitu memetakan tanggapan kita, ie. mengucapkan selamat, kecewa atau
masa bodoh. dari e-mail mas sigid, reaksi yang muncul di media indonesia
dalam menanggapi kekerasan di timor loro sae dan diskusi elektronik yang
sekali sekali sempat saya tengok, saya berkesimpulan bahwa otak kita
'menuntut' kita mengucapkan selamat atas kemerdekaan timor loro sae, emosi
kita mengajak kita kecewa, kehidupan keseharian kita menuntun kita untuk
tidak memikirkan secara khusus kekerasan di timor timur. 

seiring meningkatnya debat publik tentang pengiriman pasukan perdamaian ke
timor loro sae, saya melihat opini publik indonesia berayun ke penolakan
terhadap kehadiran pasukan perdamaian di timor loro sae, sementara debat
media di australia menuntun terbentuknya opini publik mengenai pentingnya
pengiriman pasukan ke timor leste. kalau ayun bandul opini publik di
masing masing negara tidak berbalik, kemungkinan terjadinya perang terbuka
semakin membesar. dan kalau itu terjadi, saya khawatir bahwa persoalannya
akan merembet lebih jauh, ke luar timor loro sae, dan lebih banyak orang
menderita karenanya. 

ayun bandul opini publik di australia bisa selalu kita ikuti dari berita
yang rasanya seperti siaran 'live', sementara informasi kita yang berasal
dari luar media australia sangat terbatas. dengan ini bukan berarti saya
mengatakan bahwa info dari media oz tidak tepat, hanya karena ingin
'thoroughly informed' tanpa jatuh ke dalam pemihakan membabi buta,
meskipun 'pemihakan' itu sendiri pada akhirnya tak bisa dihindari.

nah agar 'pemihakan' [saya] lebih justified dan bertanggung jawab, 
ijinkanlah saya berbagi informasi yang saya punya, dan barangkali juga
dipunyai oleh teman-teman, mengenai keadaan lapangan di timor loro sae.
info ini disampaikan oleh seorang rekan yang baru saja bertemu dengan
rekannya yang baru pulang dari dilli:

* kamp pengungsi di kota Dilli diterror oleh kaum milisia dengan
menembakinya.

*semua toko habis dijarah setelah itu dibakar

*kaum milisia 'dilindungi' oleh polisi, karena mereka dengan nyamannya
keluar masuk kantor polda timtim dengan membawa senjata 

* menurut teman yang baru pulang dari dilli ini, sebagian milisia adalah
kopasus dengan baju aitarak atau besi merah putih. hal ini setengahnya
telah dibenarkan oleh dinas penerangan polri, mayjen (pol) togar sianipar,
yang menyatakan bahwa ada pihak ketiga yang tidak dikenal tetapi
berpakaian milisia (dengan mengenakan ikat kepala merah putih) membunuh
penduduk dan pengungsi. dalam aksinya, pihak ketiga tersebut sulit
dikenali karena mereka amat rapih dalam menghilangkan jejak dan bukti.
[bandingkan dengan peristiwa bbq jakarta, perebutan kantor pdi, aceh,
penculikan oleh 'kopasus' dan sejenisnya]

*yang disebut clash fisik antara pro kemerdekaan dan pro
integrasi, sesungguhnya adalah pihak milisia menyerang para penduduk dan
pengungsi. para penduduk dan pengungsi tersebut pada beberapa tempat
dilindungi oleh pemuda pemuda desa tersebut, sehingga terjadi clash. 

berdasarkan informasi itu, perlukah kita mengirimkan seruan/surat kepada
pahabibi yang beralamatkan di fax no. (62) (021) 360 517, 345 4438 dan
email <[EMAIL PROTECTED]>; dan juga kepada jenderal wiranto, panglima
tni, fax 6221 361471 dan 6221 378144; agar segera menghentikan segala
kekerasan di timor lorosae, menarik tni dari timor lorosae? [dan mungkin
juga mendesak mereka agar mempertimbangkan/mengizinkan pasukan pemelihara
perdamaian pbb untuk masuk ke timor lorosae]. 

bagaimana menurut teman-teman?

Kirim email ke