Teman-teman Indoz-net semua,


Ternyata kalau kita memaling pandangan kita
kemana-mana di muka bumi ini, maka kita
akan tahu bahwa "Binatang buas ada dimana-
mana", termasuk TNI si 'binatang buas'  asli
Indonesia versi bung Littik. Tolong baca dan
bantu   saya   untuk   menyebutkan nama-nama 
binatang   buas   yang anda ketahui pernah dan 
bahkan   masih berkeliaran  sampai hari ini di 
muka bumi ini.

Yusuf:
 > > sekarang   saya baru bisa  memahami, kenapa 
 > > banyak sekali  demo dikedutaan/perwakilan oz 
 > > di ri.  ternyata kasus tim-tim  membawa luka yg 
 > > teramat dalam  bagi persahabatan ri-oz.

Semmy:
   > Pernyataan yang dikutip bung Henuk di atas itu bukan 
   > kalimat   saya, tapi   kalimatnya   mbak   Raras.  Harap 
   > periksa baik-baik kutipan2 anda.  

Yusuf:
   Terima kasih banyak atas koreksi bung Littik terhadap ke-
    tidak-periksaan saya dalam mengutip kalimat mbak Raras.   

Yusuf:
  > >  Untung sekali Sdr. Semmy Littik bukan seorang diplomat 
  > >  Indonesia sehingga Sdr. Semmy Littik memalukan  bangsa-
  > >  nya di luar negeri dengan bebas  memaki-maki TNI  dengan
  > >  sebutan \'binatang buas\'. Saya juga   sakit tetapi saya tidak
  > >  mau menyalahkan/memaki-maki   TNI karena   kalau saya
  > >   salahkan/memaki-mati  TNI berarti saya  salahkan/memaki-
  > >  maki diri saya  sendiri sebab semua anggota  TNI dan saya
  > >  adalah sama-sama orang Indonesia. 

Semmy:
  > Betul, kita dan TNI itu sama-sama orang Indonesia, tapi 
  > kalau perbuatan TNI itu seperti binatang buas, maka kita 
  > mesti   berani   bilang   begitu  supaya tidak semua orang 
  > Indonesia dianggap binatang buas cuma karena tindakan 
  > segelintir orang goblok dan haus kekuasaan.
  
Yusuf:
 Kita sama-sama orang Indonesia dimana kita tahu apa dan
 dimana   seharusnya   kita   berani ucapkan kata-kata kita.
 Tidak hanya itu, kita sama-sama orang Indonesia  harus
 menerima kenyataan bahwa semua orang Indonesia dianggap
 binatang buas akibat perbuatan orang Indonesia yang  men-
 jadi TNI.  Jelasnya, jangan kita terlalu memaki-maki  TNI
 karena TNI tidak sendiri hidup sebagai binatang buas di
 muka bumi ini. MASIH ADA BINATANG BUAS  DI
 BELAHAN DUNIA LAIN KALAU KITA MEMALING
 KAN PANDANGAN KITA KEMANA-MANA.

Sebagai tambahan,   kalau  bung  Littik berani bicara DI SINI
 bahwa 'perbuatan TNI itu seperti binatang buas', maka saya
 yakin bung Littik tidak berani menyatakan kalimat yang sama
 kalau bung Littik berada DI SANA, apalagi di hadapan anggota
 TNI termasuk mungkin di hadapan Bapak  bung Littik   yang
 mantan anggota TNI.   Begitu  juga  halnya dengan penggunaan
 kata-kata   kalau  'tindakan segelintir orang goblok dan haus ke-
 kuasaan'. Kenyataannya, orang Indonesia punya budaya yang berbeda
 dengan orang bukan Indonesia, dimana walaupun orang Indonesia
 yang menjadi anggota TNI buas seperi binatang buas, tetapi mereka
 tidak mau menerima sebutan tersebut. Tidak hanya itu, banyak 
 orang Indonesia memang goblok, tetapi mereka tidak mau menerima 
 sebutan tersebut kalau kata-kata tersebut kita sebutkan dihadapan 
 mereka.

Yusuf:
 > Jelasnya,   tugas semua diplomat yang dikirim oleh bangsa 
 >  mereka  ke luar negeri  adalah membela mati-matian  nama 
 > baik  negara mereka   walaupun negara mereka salah dan bahkan 
 > omongan mereka  tentu bertentangan  dengan  suara hati mereka.

Semmy:
  > Wah, jadi bung Henuk suka kalau diplomat2 itu membela 
  > kebusukan dan membiarkan diplomat2 itu menyia-nyiakan 
  > kepandaian mereka dan dana negara hanya untuk membela 
  > kebusukan.  Saya berbeda dengan anda dalam hal ini.  
  > Bagi saya, diplomat2 itu harus dibantu dengan cara yang 
  > bisa saya lakukan, yaitu menunjuk langsung TNI sebagai 
  > dalang semua kekacauan diplomasi Indonesia saat ini.  
  > Akibat tindakan biadab TNI di Timtim, diplomat2 
  > Indonesia harus menipu  dan menanggung penghinaan terus 
  > selama 25 tahun dalam kasus Timtim.  Saya juga tahu itu 
  > sebab selama 5 tahun saya berada  di Kanada dan memantau 
  > kesulitan diplomat2 Indonesia menghadapi penghinaan2 
  > masyarakat pemerhati kasus Timtim di Kanada. Saya tahu 
  > mereka menderita batin, tapi tidak berdaya sebab harus 
  > menjalankan perintah atasan. 

Yusuf:
  Suka atau tidak suka, tetapi kenyataannya  tugas seorang 
  diplomat memang demikian.  Bahkan, kalau sampai seorang
  menderita bathin  karena tugasnya, berarti si diplomat tidak
  memahami dengan baik  tugas  utama  yang  seharusnya  di-
  emban olehnya ketika yang bersangkutan di kirim ke luar
  negeri untuk menjadi wakil negaranya di luar negeri.

Semmy:
  > > > Sorry mbak kalau tulisan saya terbaca sebagai 
 > >  > \\\'makian\\\' padahal di kampung saya di Kupang 
 > > > sana dan di kota tempat saya kerja (Ambon), kata2 
 > > > saya itu sudah paling halus lho...tapi mungkin \\\'kasar\\\' 
 > > > kalau diukur  dengan rasa budaya tertentu.  Keragaman 
 > > > budaya bangsa kita ini juga mau diseragamkan oleh militer.

Yusuf:
 > >   Mbak Raras, saya juga orang Kupang dan kampung/desa
 > >   saya bertetangga langsung dengan  Sdr. Semmy Littik 
 > >  dan  saya   juga   punya  teman kerja dari Ambon, tetapi 
 > >   saya tidak  suka memaki-maki secara halus seperti Sdr. 
 > >   Semmy Littik. 

Semmy: 
  > Bung Henuk, coba lihat kata \'makian\' dan \'kasar\' dalam 
  > tulisan saya dan mbak Raras, diletakkan dalam tanda 
  > kutip.  Bagi saya, itu bukan berarti makian dan 
  > kekasaran dalam arti harafiah, tapi kata2 yang keras 
  > (tidak pakai basa basi) sebab toh saya memakai bahasa 
  > Indonesia yang ada di kamus umum Bahasa Indonesia untuk 
  > melukiskan suatu fenomena.  
 
Yusuf:
  Saya sudah  lihat apa yang bung Littik maksudkan. Tetapi saya 
  hanya ingin menjelaskan kepada kita semua bahwa kata-kata 'makian' 
  yang bung Littik  anggap 'paling halus lho'  di Kupang, belum tentu 
  'paling halus lho'  bagi semua orang Kupang. Jelasnya, kalau saya 
  tidak menanggapi tulisan bung Littik berarti saya mendukung 
  pandangan  umum yang menyatakan bahwa semua orang Kupang 
  suka menggunakan kata-kata 'makian'  yang 'paling halus lho'.


Salam bersama dari orang Indonesia asal Kupang,

Yusuf L. Henuk + Semuel  Littik

Kirim email ke