Sebenarnya banyak "aplikasi Matematika" yang bisa diarahkan untuk berdipomasi. Yang paling sederhana adalah sebagai berikut : Seorang bocah yang bernama diri pada suatu hari menemui ayahnya di ruang tamu. Maksudnya untuk minta izin, agar dirinya diizinkan bermain ke taman. "Ayah, saya ingin mengajukan dua pertanyaan, nih!", serunya pelan. "Silakan, mau nanya apa?" "Pertanyaan pertama, apakah saya boleh bertanya kepada ayah?" "Ya tentu dong!" "Pertanyaan kedua, apakah jawabannya sama dengan kalau saya bertanya, apakah saya diizinkan bermain ke taman?" Jawaban pertama dan kedua ditinjau dari Matematika bisa diberi simbol A1 dan A2. Jika A1 sama dengan A2 berarti diizinkan. Jika A1 tidak sama dengan A2 berarti tidak diizinkan. Karena itu semua, tidak ada alasan untuk tidak melibatkan para alumnus Matematika dalam berdiplomasi, khususnya dalam kancah hubungan internasinal. Dengan kata lain, urusan berdiplomasi bukan saja urusan para alumnus jurusan sosial. Salam, Nasrullah Idris