> Gus Dur Presiden, TNI-Interfet Perang
> 
> Jakarta, Bernas 
> Capres Fraksi Reformasi (FR--gabungan PAN dan PK sebagai anggota Poros
> Tengah) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menegaskan, jika dirinya terpilih
> menjadi presiden dalam SU MPR 20 Oktober nanti, akan melawan pasukan
> perdamaian PBB di Timtim (Interfet) pimpinan Australia yang menyerang NTT
> dam menewaskan seorang anggota Brimob pekan lalu.
> 
> Ancaman Gus Dur disampaikan saat menghadiri peluncuran buku karya
> Sastro Ngatawi di Crown Plaza, Gatot Subroto, Rabu (13/10). Buku
> mengenai Gus Dur itu berjudul Gus Dur, Siapa Sih Sampeyan. Sastro yang
> sering ditulis dengan nama Zastrouw oleh kalangan pers itu adalah orang
> yang selama ini setia mendampingi Gus Dur ke mana pun pergi, sebelum ketua
> PBNU itu memiliki sekretaris pribadi, Ratih Hardjono.
> 
> Deklarator PKB itu menyatakan tidak peduli, apakah yang menyerang
> wilayah RI Interfet atau bukan. Indonesia sebagai negara berdaulat
> harus melawan pihak asing yang menyerang wilayah RI. "Indonesia ini
> memangnya apaan. Dikiranya negara kita gudang tua. Indonesia kan ada
> tentaranya," tambah Gus Dur bersemangat.

saya mengomentari gus dur ini bukan pertama-tama sebagai seorang pribadi 
gus dur, melainkan gus dur sebagi figur publik yang subject to scrutiny 
dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan perkara penerimaan publik. 

saya pernah membaca kolom ulil absar [?]. di dalam kolom itu ulil 
mengharapkan gus dur tidak perlu terjun ke dalam dunia politik karena itu 
menyempitkan konstituennya saja. dan saya setuju dengan ulil. tapi 
nampaknya ulil bukan siapa siapa bagi gus dur. usulannya tidak harus 
didengarkan.

sementara itu, seperti biasa, akrobat gus dur dalam berpolitik sungguh 
semakin membingungkan. penjelasan-penjelasan akrobat dia rasanya menjadi 
semakin kurang meyakinkan untuk saya. barangkali kalau dalam dunia 
pewayangan, saya akan mengatakan gus dur tengah kehilangan wahyunya.

mengenai akrobat gus dur ini, arief budiman, memberikan penjelasan: konon 
menurut para sepikolog, orang yang punya masalah dengan penglihatannya 
find it difficult to accept the reality that they have problems with their 
sight. perkara sepikologis ini muncul dengan pengingkaran atau 
penggelembungan diri. pengingkaran itu seperti menolak pakai kaca mata. 
penggelembungan diri itu seperti, 'oh...nggak apa-apa kok saya sehat. 
masih bisa lihat'. itu kalau masalah itu menimpa orang-orang normal yang 
tidak menjadi figur publik. bagaimana kalau masalah itu menimpa seorang 
figur publik?

ada komentar?  

Kirim email ke