Teman-teman Indoz-net semua,


Setelah membaca kiriman tulisan Bung Nasrullah Idris dibawah ini
yang mengisahkan tentang  "TOKOH TIPU MUSLIHAT : NICCOLO 
MACHIAVELLI", maka   saya  teringat akan 'SUHARTO : 'TOKOH 
PROVOKATOR INDONESIA'     (TPI)    DAN    BAHKAN  'TOKOH 
PROVOKATOR  INTERNASIONAL' karena kekejaman 'SI FIRAUN 
JAWA'  ini  hampir  sejajar    dengan    Adolf   Hitler, Joseph Lenin, 
dan Bennito Mussolini serta Napoleon Bonaparte.

Bagaimana tanggapan teman-teman Indoz-net tentang SUHARTO:
'TPI'?

Singkatnya, sambil   menunggu   tanggapan   dari kita-kita semua,
saya mengutip Lagu Kebangsaan 'Televisi   Pendidikan   Indonesia' 
milik keluarga SUHARTO: "TPI SEMAKIN ASYIK SAJA!

Salam,

Yusuf L. Henuk
------------------------------------
Date sent:              Mon, 22 Nov 1999 12:40:17 +1100 (EST)
Send reply to:          [EMAIL PROTECTED]
From:                   "Nasrullah Idris" <[EMAIL PROTECTED]>
To:                     Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
Subject:                Tokoh Provokator

> TOKOH TIPU MUSLIHAT : NICCOLO MACHIAVELLI
> -----------------------------------------------------------
>      Dia justru terkenal sebagai filosof dari Italia yang bajingan, biadab,
> pendusta, dan amoralis, tapi telah mempengaruhi serta mengilahmi karakter
> sebagian pemimpin di berbagai penjuru dunia dari abad ke abad untuk terus
> memegang kekuasaan. Kalau memberi nasihat, suka nggak tanggung-tanggung
> alias gamblang. Menurut dia, pemimpin yang ingin terus memegang kekuasaan,
> mau nggak mau harus menggunakan kekuatan plus kekejaman, penipuan, dan
> manipulasi.
>      Nasib dia memang lain. Dia dikutuk serta diganyang oleh berbagai
> filosof dan politikus. Bahkan banyak pihak menganggap dia seperti iblis bin
> syetan. Nama dia sering dijadikan anonim kepalsuan dan kelicikan dalam
> berbagai aspek kehidupan.
>      Beragam pemikiran dia tentang kekuasaan dituangkan dalam buku "The
> Prince" (Sang Pangeran). Inti buku ini : untuk mencapai dan mempertahankan
> kekuasaan, pangeran harus menyingkirkan pertimbangan dan kebijaksanaan moral
> dan etika demi melancarkan kelicikan dan kekuatan.
>      Dalam "The Prince", dia bertanya, apakah pengaren harus dicintai atau
> dibenci ? Menurut dia, pangeran harus ditakuti dan dicintai sekaligus. Tapi
> jika harus dipilih, maka ditakuti lebih aman daripada dicintai. Sebab cinta
> itu terikat oleh kewajiban yang membuat orang mementingkan diri. Sementara
> itu akan terputus jika berhadapan dengan kepentingan diri. Sedangkan takut
> didorong oleh cemas dan risau akan terkena sangsi atau hukuman.
>      Selain itu, dia bertanya, bagaimana pangeran memegang kepercayaan ? Dia
> mengisyaratkan, pengaren yang cermat tidak perlu memegang kepercayaan jika
> segala apa yang sedang dilakukan bertentangan dengan kepentingan diri.
> Sedangkan tiada dasar resmi untuk menyalahkan pangeran hanya karena telah
> mengingkari janji.
>      "The Prince" sering disebut buku untuk para diktator, karena memang
> segala bentuk diktator yang terjadi di bumi ini banyak persamaan dengan buku
> itu, termasuk Adolf Hitler, Joseph Lenin, dan Bennito Mussolini yang telah
> leluasa membunuh, membantai, dan meracuni manusia dengan jumlah tidak
> tanggung-tanggung. Napoleon Bonaparte juga konon pada waktu senggang sering
> membaca "The Prince" sambil tidur santai. Sebenarnya semua itu bukan ide
> langsung dari Niccolo Machiavelli, tapi berdasarkan teknik yang memang
> pernah dilaksanakan oleh para pangaren masa lalu Misalkan Casera Borgia yang
> sering dipujanya dan disanjungnya sebagai pangeran di Italia yang sukses.
> Tapi kejelekan dia ialah menganjurkan untuk mencontoh semua trik mencapai
> kekuasaan itu bagi mereka yang berambisi merebut atau mempertahankan
> kekuasaan.
>      Tapi yang ironis, dia malah belum pernah melaksanakan isi "The Prince",
> karena memang belum pernah memegang kekuasaan. Malaah ketika
> ditahan/disiksa, dia hanya nrimo saja, hingga banyak yang sinis, "Nasihat
> saja yang pintar ... !"
>      Dia lahir di Florence, tahun 1469 dari keluarga miskin, yaitu ketika
> Italia mengalami puncak renaisance di mana terbagi jadi beberapa negara
> kecil, termasuk Florence.
>      Ketika memperoleh posisi penting di pemerintahan, ketika berusia 29
> tahun, dia sering melakukan misi diplomatik dalam/luar negeri.
>      Tahun 1512 Florence diserang Medici hingga terguling. Pemerintahan jadi
> amburadul. Niccolo Machiaveli dipecat serta ditahan karena dianggap
> memberontak. Lalu diinterogasi dan disiksa fisik/mental, agar mau mengaku.
> Tapi dia tetap ngotot, karena memang tidak bersalah, hingga bebas. Dia
> dipensium serta berdiam di perkebunan di San Cansiano, dekat Florence. Di
> sana dia menulis beragam buku, seperti "The Discourses Upon the First Ten
> Books Titus Livius" (Pembahasan 10 buku pertama Titus Livius), "The Art of
> War" (Seni Berperang), "A History of Florence" (Sejarah Florence), dan La
> Damandragola (Drama Panggung). Sedangkan "The Prince" dianggap primadona
> dari seluruh karya dia.
>      Niccolo Machiavelli mempunyai 6 anak. Dia meninggal tahun 1527, yang
> berarti berusia 58 tahun, dengan membawa kebencian dan kemurkaan dari
> masyarakat yang cinta perdamaian dan keamanan. Sampai kini oleh banyak
> kalangan, termasuk politisi dan negarawan, dia dianggap sebagai manusia yang
> telah mengilhami berbagai kekejaman dan pembunuhan terhadap rakyat.
> primadona karya dia.
>      Segala bentuk kecurangan dalam kekuasaan selalu mengingatkan masyarakat
> terhadap nama : Niccolo Machiavelli.
> (Sumber : 100 Tokoh Paling Berpengaruh : Michael H.. Hart)

Kirim email ke