Banyak pengelola percetakan dan pemimpin penerbitan dewasa ini terus asyik dengan usahanya yang banyak melibatkan atau berkaitan kertas itu, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di antaranya bermimpi, bagaimana membuat perusahaannya go internasional, dalam artinya, produksinya bisa menjangkau masyarakat di berbagai pelosok bumi. Ya, siapa pun akan mendambakan demikian. Tetapi tunggu dulu. Cita-cita sih boleh saja. Hanya perlu disertai pengamatan terhadap perkembangan teknologi. Tidak bisa hanya mengandalkan referensi normatif berdasarkan grafik marketing perusahaan. Soalnya begini. Sinyal tergesernya produk publiser bermodalkan kertas sudah mulai terasa. Ini tidak bisa dihindarkan lagi akibat cepatnya rekayasa kombinasi komputer, telekomunikasi, dan informasi untuk gilirannya menghasilkan fenomena baru. Apalagi kalau bukan publiser elektronik melalui internet. Tidak heranlah bila banyak pakar telekomunikasi memprediksi, kurang dari satu dasawarsa, bacaan dari kertas semacam buku, majalah, sampai brosur akan menjadi barang kuno. Saat komputer sudah menjadi kebutuhan primer, sarana mencari informasi cukup dengan produk elektronik. Saat itu akan muncul pengecer koran/penjual buku di trotoar dalam versi elektronik. Kalau sekarang 10 buku tebal bisa mencapai 12 KG, maka nanti untuk mengakses pengetahuan dengan substansi sama cukup dengan sarana 50 GRAM saja. Malah diperkirakan, fenomena itu sudah akan tampak tahun 2006. Ini berpangkal dari laju efisiensi/efektivitas dari teknologi informasi yang membuat para ahli semakin susah untuk melakukan kalkulasi ke masa depan. Wakil direktur pada sub Technology Development Microsoft, Dick Brass, mengisyaratkan bahwa pada tahun 2010 siswa sekolah tidak perlu repot menjinjing tas. Cukup satu buku elektronik ringan sebagai sumber ilmu serba guna. Kalau perlu cukup disimpan dalam saku. Kemudian mereka mengaksesnya secara elektronik. Malah perusahaan elektronika di Jepang dikatakannya sudah mampu memproduksi chip komputer dengan kapasitas 1000 GIGABYTE. Berarti 100 kali lipat ketimbang komputer trend di Indonesia sekarang : baru sampai 10 GIGABYTE. Jadi bisa menampung ribuan ensiklopedi atau jutaan teksbook. Malah Brass memberi harapan bahwa dua tahun lagi satu juta publiser elektronik bisa dibeli dengan mudah atau diperoleh secara gratis. Lalu tahun berikutnya omset bisa mencapai satu milyar unit. Bukan itu saja. Revolusi teknologi informasi ini akan membawa berbagai banyak fenomena baru. Para penulis/kolumnis bisa menjual buku karya mereka kepada publik tanpa lewat penerbitan/percetakan, sebagaimana lazimnya sekarang. Lalu mereka membuat manajemen baru dalam rangka memudahkan konsumen menggunakan produk mereka berdasarkan kriteria/jenis tertentu. Bila tidak ada aral melintang dengan prediksi Brass itu, maka penggunaaan kertas cetak dalam partai besar, seperti banyak perusahaan, sejak penemuan mesin cetak oleh Johann Gutenberg pada abad XV akan mengalami kegelapan. Tidak mustahil pula bahwa penggunaan kertas dalam urusan informasi akan dianggap mengganggu tata ruang atau memakan banyak tempat. Jadi bisa berurusan dengan masalah lingkungan. Sekarang saja sebenarnya sudah cukup banyak buku versi elektronik. Hanya saja belum apresiatif betul. Apalagi di Indonesia. Ia bisa diakses melalui komputer pribadi (internet) dalam waktu cepat asal mengetahui alamat homepage-nya. Dengan semakin banyaknya dan semakin murahnya harga"buku elektronik" yang disertai kapasitas simpan yang semakin besar, maka barang itu akan menjadi perlengkapan primer bagi siapa pun, sebagaimana HP. Namun Frank Gilbane, pakar industri penerbitan/percetakan berpendapat lain. Katanya, tabiat orang cenderung menginginkan bacaan dalam versi kertas, meskipun sudah pula mempunyai barang sama dalam versi elektronik. Komentar ini nggak bisa diabaikan meskipun prospek elektronika ke berbagai bentuk bacaan sudah memperlihatkan revolusionernya. Pasalnya, penggunaan kertas di banyak kantor/rumah justru semakin meningkat di banyak negara. Walaupun sudah mengaksesnya lewat internet, misalkan, toh akhirnya dicetak dengan printer. Maksudnya adalah agar bisa dibaca lebih tenang/kebih cermat. Ini pun terjadi pada mereka yang sudah mempunyai sarana komputer serba canggih. (NSR/sumber : [EMAIL PROTECTED] + RASI+RSMT+REFERENSI PRIBADI) Salam, Nasrullah Idris