--------Original Message-----
From: Nasrullah Idris <[EMAIL PROTECTED]>
To: <mantan rektor ITB>
Date: Tuesday, December 21, 1999 8:49 AM
Subject: Re: Dialektika perkembangan Budidaya Manusia


>From: <mantan rektor ITB>
>To: Nasrullah Idris <[EMAIL PROTECTED]>
>Date: Monday, December 20, 1999 5:34 AM
>Subject: Re: Dialektika perkembangan Budidaya Manusia


>    Yth Sdr.Nasrullah Idris,
>    "SETIAP PENYELESAIAN PERSOALAN (dengan penemuan Teknologi baru,
>misalnya), SELALU MEMBAWA  BIBIT2 PERSOALAN BARU, YANG AKAN MENJADI
>PERSOALAN UTAMA DALAM WAKTU YAD"
>    Memang periode penyelesaian...munculnya persoalan...penyelesaian
>kembali...munculnya persoalan baru.......dsb, lebih cepat/pendek di dalam
>zaman-informasi/pengetahuan ini, tetapi jalan-nya dialektika ini, dari
>dahulu sampai kiamat, akan terus sama. Ini adalah ciptaan Tuhan YME.

>    Salam,

=======================================
     Bapak Yth :
     <Mantan Rektor ITB>

     Assalamualaikum Wr. Wb.

     Terima kasih banyak atas responnya terhadap posting saya yang berjudul
"Warning untuk Mahasiswa Kita di LN : Kendalikan Tradisi Mengandalkan Text
Book".

     Inti dari subject tersebut adalah mengajak para mahasiswa kita di LN
untuk mempunyai pola pikir tuntas, detail, dan integratif. Karena di sanalah
akan muncul produktivitas altenatif tehnis pada dirinya serta kemudian
memberi peluang sangat besar untuk mencari alternatif terbaik di antara
semua alternatif tersebut, sekaligus mempunyai kans untuk dikatakan sebagai
produk unggulan bagi Indonesia.

     Mengandalkan textbook (dalam artian melahap ilmu apa saja sesuai bidang
studi)  sebenarnya sama saja dengan membuka serta mempelajari banyak style
document pada berbagai program Mikrosoft. Saking asyiknya, sampai-sampai
pola belajarnya didominasi oleh cara tersebut, sehingga tidak/kurang
mempunyai waktu  mencari alternatif lain style hasil kecepatan engineering,
kecepatan kalkulasi, dan kecepatan analisis.

     Dengan pola pikir tersebut pula akan memberi peluang lebih besar untuk
menghasilkan pemikiran luar biasa yang merupakan sarana untuk mengantisipasi
persaingan.

     Dalam era globalisasi nanti "penelitian secara luar biasa"
(sains/matematika/teknologi) akan merupakan asset mengingat di
dalamnya terkandung peluang bagi terciptanya "penemuan yang luar biasa".

    Karena itu, untuk mengantisipasi kerasnya persaingan di semua sektor
secara global, maka mau tidak mau setiap negara memasukkannya sebagai
prioritas unggulan. Antara lain dengan tidak hanya mengandalkan textbook

    Apakah "pemikiran luar biasa" itu ? Saya tidak bisa mendefenisikannya
secara umum.

    Namun dengan ilustrasi matematika berikut ini sedikit-banyak kiranya
memperoleh gambaran kasarnya.

    Kita anggap pemikiran yang akan kita lakukan mempunyai ruang lingkup
solusi berupa anggota himpunan "N Faktorial"
dari "0, 1, 2, 3, 4". Taroklah pola ini sedang menjadi trend di kalangan
peneliti di seluruh dunia.

    Dalam hal ini kita menyeleksi, mana di antara jumlah permutasi, yaitu "1
x 2 x 3 x 4 x 5", yaitu "120", yang relevan dengan upaya memberi nilai
tambah dengan selera manusia.

    Itu baru "pemikiran biasa saja". Mengapa ? Karena bisa saja ada pemikir
lain di belahan bumi lain melakukan seleksi yang
hasilnya adalah sama. Berarti peluang kita untuk mengklaim sebagai penemu
kita jelas sangat kecil.  Sekaligus, peluang keberhasilan ketika
ditindaklanjuti secara komersil pun akan semakin berkurang, karena ada
saingan.

    Nah ... bagaimana untuk menghindarinya ?

    Pemikir kita harus berani membuat "pemikiran luar biasa", tetapi tetap
dalam rangka memberi nilai tambah dengan selera manusia.

    Bagaimana ?

    Antara lain dengan mengganti semua angka dengan simbol lain dan
memperbanyak ragam simbolnya sampai jumlah tertentu.

    Dengan demikian, hasil penyeleksian terhadap jumlah permutasi dengan
format baru itu, akan meningkatkan eksklusivitasnya. Dengan kata lain,
peluang untuk tidak terpantau/terpikirkan oleh pemikir oleh orang luar akan
semakin besar.  Ini mengingat sifatnya  eksternalisasi.

     Langkah ini akan semakin termotivasi jika disertai semangat
"MERAH-PUTIH". Artinya, semangat untuk memberikan kehormatan dan
meningkatkan supremasi bagi Indonesia di bidang Sains Matematika Teknologi.

     Seperti kita ketahui bahwa Sains Matematika Teknologi itu masing-masing
"mata rantai pemikiran para manusia". Di sana terkandung berbagai person
yang telah mengharumkan bangsanya. Ia ibarat "klasement medali Olimpiade".
Rasanya bangsa mana pun akan bertanya, tergugah, malah tersinggung kalau
nama bangsanya tidak tercantum dalam "daftar perolehan tersebut".

     Asia Barat sudah beryaja, Asia Selatan sudah berjaya, Asia Tengah sudah
berjaya, dan Asia Timur sudah berjaya di bidang Sains Matematika Teknologi.
Kini seharusnya tertanam pada diri kita bahwa kini adalah giliran Asia
Tenggara untuk berjaya di bidang tersebut.

     Demikianlah komentar dari saya. Bila Bapak mempunyai waktu mohon
memberi komentar lanjutannya.  Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih.

     Wabillahitaufik Wal Hidayah

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Nasrullah Idris



Kirim email ke