Komputer Logika akan Menjadi Trend Abad 21? -------------------------------------------------------------- Oleh : Nasrullah Idris Komputer yang sedang populer kini masih merupakan konsep numerik dengan aturan aritmatika, seperti tambah, kurang, kali, dan bagi. Lalu diurai jadi beragam unsur fungsi sehingga menghasilkan program yang diproyeksikan dalam disket, seperti Microsoft Word. Jadi masih lemah dalam hal logika. Kalau dipaksakan hanya akan menghasilkan data yang sebagian wajar dan sebagian aneh, karena program yang dibuat umumnya tak mempedulikan, apakah data akan wajar atau aneh ? Contohnya dalam input : aku ; sedang ; nonton. Kemungkinan outputnya enam macam : aku sedang nonton ; aku nonton sedang ; nonton sedang aku ; nonton aku sedang ; sedang aku nonton ; sedang nonton aku. Tentu yang logis hanya satu. Sisanya aneh. Karena itulah, banyak ilmuwan sejak lama menganggap kehadiran komputer logika (KL) sangat esensial untuk meringankan tugas manusia, malah menggantinya saat mereka kurang fit atau sedang sibuk. Singkatnya, ilmuwan itu menginginkan produk baru yang bisa berpikir, menganalisa, dan memutuskan. Komputer Logika di Jepang Fokusnya memang logika yang merupakan hukum pemikiran yang universil. Ini dengan asumsi, tiap manusia dalam berbicara selalu melibatkan logika, meskipun dengan kadar dan bobot yang berbeda. Sedangkan hasil dasarnya berupa keputusan, yang merupakan mekanisme penting untuk mendulang pengetahuan yang belum diketahui dengan bermodalkan pengetahuan yang ada. Semuanya diproyeksikan dengan jalan memasukkan pengetahuan yang cukup pada komputer logika. Sehingga kalau KL ditanyai sesuatu, KL akan menjawabnya. Contohnya input : "Amin dibentak Ruslan tanpa alasan". Pertanyaannya : "Bagaimana reaksi Amin ?" . Nah KL menjawabnya : "Marah", "Dongkol", "Sinis", atau "Muak". Dari semua itu jelas nilai logikanya berlainan, tergantung motivasi langkah, latar belakang, pola silaturahmi, dan kadar statusnya masing-masing. Jadi, agar output logis, input pun harus lengkap. Ada sejumlah fungsi dasar yang harus dimilikinya, yaitu *) Kemampuan mengambil keputusan yang wajar. Ini termasuk berbagai perkiraan dengan bermodalkan pengetahuan yang ada. Sedangkan keputusan bisa dikatakan wajar kalau perbedaan antara yang diputuskan dan yang diperoleh pun wajar. Karena masing-masing berada di dalam - di luar pengendalian yang merupakan ciri khasnya, akibat interaksi lingkungan. Karenanya, input harus mengandung relevansi terhadap apa yang diputuskan. Maksudnya, bisa jadi referensi. *) Penyediaan pengetahuan dasar manajemen, agar hasil keputusannya maksimal serta efisien/efektif. Kualitas fungsi KL pun harus sesuai pasaran dan kebutuhan. Bagi kedokteran, contohnya, KL berisi pengetahuan "fisiologi manusia" lebih tepat guna ketimbang "jaringan kucing". *) Kemampuan berbahasa alami, bercakap secara wajar, dan membuat gambar visual. Untuk ini, studi kelayakan sangat diperlukan terhadap berbagai unsur terkait yang umumnya terdapat pada manusia. Maksudnya, kalau telah mencapai apresiasi yang optimal, proses pendidikannya bisa berlangsung singkat. *) Kemampuan membuat program logika yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program, sesuai dengan perkembangannya dari masa ke masa. *** Untuknya perlu langkah, seperti : *) Litbang teknologi arsitektur-intelegensi imitasi. *) memilih bahasa program yang cocok untuk mengembangkan dan menyelesaikan aktivitas intelegensia terhadap KL, sekaligus bisa dipahami. *) memahami dasar mekanisme pada aktivitas intelegensia, unsur penting dalam berkomunikasi dengan KL. *) mencari terobosan yang kontiniu, mengingat ciri filosofi dunia komputer, yaitu berkembang secara hirarki, sesuai perkembangan intelektual dan kreativitas manusia. Kl kelak diharapkan bisa dipakai untuk berbagai bidang profesi yang mengandalkan perilaku pengambilan keputusan. Untuk kedokteran, contohnya, akan menunjang keputusan terapi untuk pasien. Kelak di mana jenis penyakit dan nama obat makin banyak, tugas tim kesehatan dituntut untuk memahamnya, sehingga KL pun perlu dilibatkan. Misalkan seorang dokter yang baru lulus harus mengobati pasien lever di pegunungan yang kekuranganm sarana transportasi. Karena belum berpengalaman, ia terbentur kurang cukupnya akan pengetahuan tentang leher. Sebenarnya ia mengharapkan kehadiran seorang internis yang senior. Namun mustahil, karena sudah tua serta sudah tak bisa berjalan jauh, apalagi ke pegunungan. Tentu saja ia panik, karena tiap saat pasiennya itu menunjukkan kondisi yang tambah parah. Itu nanti bisa diselesaikan dengan KL yang bisa menyadap pengetahuan yang terkait dari para internis, dari pengobatan awal, pemberian resep, sehingga perawatan rutin. Dokter juda cukup mengajukan pertanyaan tentang hal yang tak diketahuinya, namun sangat diperlukan. Tentu saja untuk hal "kucing yang terkena lever", KL akan diam, karena memang menu pengetahuannya hanya untuk manusia. Pengetahuan tentang kucing bisa saja diprogram pada KL dengan bahanm dari para dokter hewan yang senior. Namun ya untuk kini masih dianggap kurang ekonomis. Segala pemecahannya tentang lever, misalkan, bisa dimasukkan dalam program KL, sehingga pertanyaan apa saja yang diperkirakan akan timbul, sudah diinternalisasi, sesuai dengan kondisi pasien lever pada umumnya. Tempat di mana sang pasien tinggal ikut jadi pertimbangan, karena tiap geografis mempunyai konsekwensi khas terhadap pasien lever. Ini akibat perbedaan sarana kehidupan, seperti jenis gizi dan harga jajan. Dalam seni sastra, contohnya, mungkin saja produk tersebut bisa dimintai membuat puisi hanya dengan bermodalkan jenis kata dan kaidah bahasa yang jadi input dalam program. Nanti akan muncul beragam puisi. Kita cukup menilai, puisi mana yang paling interssan, lalu dijadikan bahan deklamasi di sekolah. Namun ingat, bagaimana pun pintarnya KL, tetap tak bisa menggeser manusia. Soalnya masih banyak pekerjaan yang dilakukan manusia, namun mustahil dilakukan KL. Jadi kehadirannya jangan dihawatirkan, apalagi dituduh sebagai perampas pekerjaan manusia.