Teman saya  di Inggeris pernah bercerita seputar bea siswa.
     Ia menceritakan penerima bea siswa mereka yang bekerja di pemerintah.
Tidak peduli Doktor atau Master, predikat Cum Laude atau biasa saja,
terkadang kembali dari studi di LN, statusnya seperti semula, seperti orang
yang baru piknik saja, malah nganggur. Jadi untuk apa "human invesment" yang
sudah banyak mereka habiskan, termasuk dalam bentuk pinjaman yang nantinya
harus dibayar oleh negara? Sambungnya :
     Saya berhasil memperoleh bea siwa setelah ngotot ke sana ke mari.
Soalnya berdasarkan pengalamannya sebagai staf yunior dalam pemerintahan
hampir tidak mempunyai peluang. Sering kalah oleh kalangan senior serta
mempunyai posisi penting. Padahal mereka itu belum tentu mau serta mampu.
     Sungguh ini tidak bisa dimengerti dengan memberikan penghargaan kepada
staf senior dalam bentuk pemberian bea siswa.
     Padahal kita sadari bahwa semakin lanjut usia daya pikir semakin
berkurang. Bukan berarti kita tidak menghargai pengalaman mereka.
     Di negara lain lulusan Doktor bisa dicapai pada usia di bawah 30 tahun.
Sedangkan master pada usia 23-26 tahun. Apalagi kalau untuk memperolehnya
dilangsungkan kompetisi test. Jadi kenapa harus dihalangi. Bagaimana negara
maju kalau begini caranya. Bisa anda tanyakan langsung. Cari bea siswa malah
dijadikan sumber penghasilan tambahan.


Salam,

Nasrullah Idris





Kirim email ke