Kita sebagai muslim di tanah air hendaknya setiap kali berkomunikasi dengan famili kita di negara yang mayoritasnya non Islam, yang ditanyakan tuh jangan hanya seputar kemajuan di sana, seperti objek parawisata, bisnis, sampai barang mewah, juga problema dalam beribadah di sana (mudah nggak memperoleh buku agama Islam atau gampang nggak mencari tempat sholat). Karena ini pun mempunyai nilai gugestif. Jadi jangan membayangkan kegemerlapannya saja. Apalagi sambil membayangkan, oleh-oleh apa yang akan dibawa oleh famili kita tersebut ketika pulang ke tanah air. Boleh saja kita berbangga karena berfamili di mancanegara (asal bukan untuk pamer), khususnya untuk memperoleh pengalaman, pengetahuan, dan penghasilan, yang gilirannya bisa mengangkat martabat keluarga : ekonomi maupun sosialnya. Tetapi ya itu dia : jangan terfokus pada itu saja. Dengan demikian, terdoronglah setiap kali berkomunikasi dengan mereka untuk menanyakan kendala beribadah yang mungkin dirasakannya di sana, sekaligus menanyakan, apa yang perlu dibantu dari tanah air untuk mengantisipasinya. Apakah mau dikirimin buku agama, kaset ceramah, atau lainnya. Itu baru namanya sikap kesetiakawanan di bidang Tauhid, yaitu dengan menasihati untuk selalu ingat kepada Allah di mana pun berada, agar selamat dunia-akhirat. Salam, Nasrullah Idris