bagaimana rumus kesetimbangan antara : wa man jahadu fii naa la nahdiyanahum subulanaa
dengan in kuntum yuhbib kumullah fattabi'uni cmiiw sinung -- subhanaka laa 'ilma lanaa illa maa 'alamtanaa -- On 11 Feb 2009 at 22:29, Dewa Gede Permana wrote: > Berketuhanan kalo di-teori-kan memang jadi aneh dan lucu ya, hasil yg > dipetik pun bisa2 malah nggak jelas. > Cak Maliki, Cak Hambali, Cak Hanafi, Cak Syafei, Cak Syiah, Cak.. Cak.. wis > mbuh lah. > > Mendingan kayak petani, tanpa babibu langsung nyebur ke sawah, kepanasan ya > nyangkul, kehujanan ya nyangkul. > Dan 3 bulan kemudian panen. Semua dilakoni begitu saja, semua mengalir > begitu saja, dengan sendirinya. Pak tani tinggal nunggu lagi aba-aba > berikutnya, mau pake sapi ato mesin, trus otak tinggal kalkulasi, demikian > seterusnya mengalir dengan sendirinya, ostosmastis... > > Jadi berislam itu nyebur byurrrr... dirasa-rasakan sendiri, sudah tdk ada > lagi kata si ini kata si itu lagi lha wong sudah basah. > > :) > Wassalam > > -----Original Message----- > From: is-lam-boun...@milis.isnet.org [mailto:is-lam-boun...@milis.isnet.org] > On Behalf Of Harry Sufehmi > Sent: Wednesday, February 11, 2009 12:29 PM > To: is-lam@milis.isnet.org > Subject: Re: [is-lam] Shalat Secara Fiqih dan Shalat Secara Tasauf, end > > Memang sih dulu itu tidak ada istilah Fiqih, Tasauf, Hadits, dst. > Semuanya itu adalah "Islam". > > Dari segi keilmuan, pemecahan topik besar bernama "Islam" itu memang > bisa dianggap baik, karena memungkinkan spesialisasi dan pendalaman > yang lebih khusus lagi. > Seorang ahli Fiqih bisa betul-betul paham seluruh seluk-beluk > peraturan dalam Islam sampai ke detail2 yang paling kecilnya > sekalipun. Seorang ahli Hadits bisa hapal di luar kepala ribuan hadits > BERIKUT dengan sanadnya. Seorang ahli Tasauf bisa menyampaikan > pencerahan di bidang ini selama berjam-jam sampai memukau hadirinnya. > Dst. > > Tapi di lain pihak, bagi orang awam seringkali ini semua sangat > membingungkan. > > Ditambah lagi kadang ada cemooh dari ahli fiqih, "tasauf sesat". Lalu > ada juga cemooh dari ahli tasauf, "ahli fiqih cuma sibuk mengurusi > soal qunut". Ahli hadits mencemooh, "semuanya sesat, karena pakai > hadits dhaif". Dst. > > Alhasil, di tengah hiruk pikuk yang ada, umat yang awam kemudian jadi > keliru memahami, dan keliru mempraktekkan Islam. > > Padahal, Islam di zaman Rasulullah saw itu sangat sederhana. Sampai > bisa dipahami & dipraktekkan oleh orang Arab Badui (suku di arab yang > agak terbelakang) sekalipun. > > Kita perlu ingat ini selalu. > > Islam itu simpel. > > Di hadits yang saya kira sudah cukup masyhur, seorang Badui bertanya > (antara lain) apakah Islam itu cukup dengan rukun Islam. Dijawab oleh > Nabi saw, ya, lalu dia menyatakan bahwa dia hanya akan melakukan itu > saja dan tidak melebihkannya sama sekali. > Arab Badui itu kemudian dinyatakan oleh Nabi saw sebagai penghuni > surga jika dia benar2 melakukan seperti itu. > (ref: http://prakitan.blog.friendster.com/2008/09/ramadhan-1429h/) > > Ini yang menyenangkan dengan Islam -- sangat "scalable". Bisa > dinikmati mulai dari orang Badui, sampai ke pemenang Nobel sekalipun. > > Bagi yang cerdas, ada banyak hikmah di dalam Islam yang bisa > membuatnya tercengang dan tenggelam dalam ketakjuban setiap hari. Bagi > umat yang awam, mengikuti Islam apa adanya sudah cukup untuk menuntun > ybs ke surga-Nya. Ini benar-benar adalah agama yang sangat adil. > > Jadi saya usul kita bersama-sama bisa fokus ke perintah Nabi kita : > Permudahlah, jangan dipersulit. > Spesialisasi ke ilmu kita tidak apa dan bagus. Tapi jangan sampai ilmu > kita jadi malah membingungkan orang lain. > > "Mudahkanlah jangan persulit, buatlah orang gembira dan jangan buat > mereka lari" (Muttafaq 'Alaihi) > > Ngomong2 mengenai perintah "buatlah orang gembira", beberapa kawan > kita yang non-muslim telah melakukan hal-hal seperti ini : > http://improveverywhere.com/2009/02/09/high-five-escalator/ > > Cuma membacanya saja sudah membuat saya tersenyum lebar selama 2 hari > :-) Kira2 apa yang bisa saya lakukan ya ? > > > > Salam, HS > > > > 2009/2/11 Bango Samparan <bsampa...@yahoo.com>: > > Tasauf malah menjadi istilah yang justru bermasalah dalam Islam. Orang > hanya nggak mau tahu saja bahwa "mencegah perbuatan keji dan mungkar" > merupakan syarat dan rukun menegakkan sholat. > > > > Jadi kalau orang sholat tetapi tidak bertindak mencegak perbuatan keji dan > mungkar, ya dia telah merubuhkan sholatnya. Rasanya tak perlu ada > tasauf-tasauf-an. > > > > Salam hangat > > B. Samparan -- sig Shofwan Al-Banna Choiruzzad Kemanusiaan. Keindonesiaan. Islam. Ketiganya memaksa saya berpihak pada yang lemah dan tertindas. http://maul-keren.blogspot.com/2009/01/surabaya-dulu-gaza-sekarang.html -- sig _______________________________________________ Is-lam mailing list Is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam