thanks ...

salam,
Fahru




________________________________
From: Sithol Markithol <risang_...@yahoo.com>
To: Is_lam MailingList <is-lam@milis.isnet.org>; civ...@yahoogroups.com
Sent: Friday, February 13, 2009 8:52:33 PM
Subject: [is-lam] Valntine's day for moslem. (No Offense)


6 Kerusakan Valentine’s Day
Alhamdulillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu 
robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa 
shohbihi wa sallam.
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: 
Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih 
seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang 
jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di 
antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, 
kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari 
kasih sayang.

Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul 
Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang 
peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati 
suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan 
Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 
Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish 
love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di 
dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang 
namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan 
dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa 
Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang 
dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan 
itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan 
para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan 
nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus 
atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory 
I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih 
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan 
upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint 
Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 
Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama 
Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai 
yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa 
“St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui 
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan 
memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan 
menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa 
St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda 
bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang 
menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine 
melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap 
dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur 
sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia 
menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya 
yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: 
http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
        1. Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang 
penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
        2. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan 
gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi 
acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya 
menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
        3. Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani 
yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
        4. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine 
disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah 
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan 
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal 
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, 
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata 
bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual 
paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). 
Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa 
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan 
kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul 
Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim 
(Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al 
Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi 
orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah 
mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan 
kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di 
antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak 
meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari 
mereka.”(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] 
mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan 
bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas 
di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi 
ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah 
orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan 
ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam 
valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا 
كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka 
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak 
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al 
Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna 
kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah 
saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan 
macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak 
menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. 
Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan 
orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang 
terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang 
sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan 
Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut 
bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di 
Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan 
berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada 
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، 
وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak 
shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah 
cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. 
Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - « 
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ - صلى 
الله عليه وسلم - وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ 
بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika 
mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta 
(Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، 
وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ 
بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan 
‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, 
walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh 
Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang 
menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. 
Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau 
bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah 
yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh 
Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] 
Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan 
Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha 
Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod 
dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my 
valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang 
menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, 
menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada 
berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah 
perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, 
mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang 
kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama 
(baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim 
rahimahullahdalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau 
rahimahullahmengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar 
kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal 
atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan 
ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada 
hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari 
yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan 
semacamnya. Kalau memang
 orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak 
akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini 
pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka 
lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi 
Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang 
memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, 
berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di 
masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, 
kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka 
di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang 
paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan 
praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan 
maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, 
berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama 
remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih 
sayang.Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu 
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras 
daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati 
zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih 
terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan 
souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. 
Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain 
yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan 
agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih 
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan 
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh 
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah 
mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya 
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 
26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan 
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada 
jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, 
kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan 
kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu 
yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa 
Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh 
agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari 
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. 
Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma 
kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan 
mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan 
hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak 
boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, 
mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong 
dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada 
kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin 
yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah 
kepada kita semua.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala 
nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

(muslim.or.id)
________________________________
 Get your preferred Email name!  
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.


      
_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Reply via email to