yg penting bisa bantu sembuhin sakit orang2 miskin. mudah2an
mereka tidak terjerumus syirik. memang kalo org berobat scr medis 
kedokteran se-modern skrg tidak ada unsur sugestinya? apa yg ilmiah 
itu selalu mustajab? terlalu percayakan kedokteran juga sama resiko
syiriknya.
 
kalo 'org timur' katakan HIV, aids itu akibat free sex, daging babi,
makan darah, 'org barat' tak akan begitu percaya. bahkan 'org barat' 
cari obat atw serumnya agar yg free sex, pemakan babi merasa 
'aman' karena punya penangkalnya.
 
masih bijak apa komentar Ibu Menkes dari pakar ITS itu.
 
---
ini sekedar menjaga, agar yg belajar barat tidak barat sekali, tapi 
tetaplah pelihara timur, karena 2 'alam' itu diakui dlm Islam.
 
fenomena yg sangat sering terjadi, kalo ada upaya 'alternatif', yg bukan 
datang dr 'barat' sering di-nafik-kan. jamu, pengobatan tradisional bbrp 
waktu lalu sampai skrg(?) sering diopinikan sbg pengobatan 'lemah' 
dibanding obat2an apotik. padahal semua itu adlh karunia Allah SWT.
 
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/02/17/11003377/Menkes.Saya.Tak.Berhak.Katakan.Ponari.Benar.atau.Salah
 
 
salam,
Fahru
----
Pakar ITS: Penyembuhan Batu Petir Itu Sugesti
Irawulan - detikSurabaya

 
Surabaya - Kesaktian batu yang digunakan dukun cilik Ponari asal Jombang lebih 
dikarenakan faktor sugesti. Batu yang tidak umum bisa saja ada, baik dari luar 
angkasa ataupun dari dalam bumi.

Ha itu disampaikan Widya Utama, pakar lapisan batuan bumi dari Teknik Geofisika 
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS).

"Kalau tersugesti sehat, maka akan sehat dengan sendirinya," kata Widya saat 
berbincang dengan detiksurabaya.com, Selasa (17/2/2009).

Pria yang fasih berbahasa Perancis ini mengatakan seberapa saktinya batu 
tersebut masih harus diteliti lebih jauh lagi. Batu petir yang dimiliki Ponari 
maupun Achmad Ikhsannuji warga Dusun Kebondalem, Desa Kebondalem, Kecamatan 
Bangorejo, Banyuwangi harus terlebih dulu diuji di laboratorium.

"Kalau sebuah batu terkena petir memang berubah sifatnya, tapi kemudian menjadi 
sakti itu nanti dulu," ungkapnya.

Menurut Widya, kalau seseorang tersambar petir bisa punya kekuatan itu juga 
sesuatu yang wajar. Manusia pada umumnya mempunyai kekuatan listrik di dalam 
tubuhnya, dan itu bisa dipergunakan untuk penyembuhan.

"Itu bisa kita terima secara ilmiah dan juga faktor sugesti. Kemampuan semua 
itu bisa dilatih dan makin lama hilang karena faktor usia itu sesuatu yang 
alamiah," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Guru Besar Kimia dari ITS, Pery Burhan. 
Menurut dia secara ilmiah batu yang dipunyai Ponari tidak bisa dijelaskan. Tapi 
jelas dia, kalau tubuh Ponari kemudian mengandung listrik karena kena petir itu 
bisa lazim terjadi. Namun tambahnya, kekuatan yang dimilik oleh Ponari tidak 
akan bertahan lama dan akan habis dalam waktu 1-2 bulan.

"Ini lazim ditemui dibanyak tempat. Tapi apakah batu itu sakti atau tidak, saya 
tidak bisa menjelaskan secara ilmiah. Kalau Ponari punya energi untuk 
menyembuhkan mungkin saja," tandasnya.(bdh/bdh)


---

Menkes: Saya Tak Berhak Katakan Ponari Benar atau Salah


FENOMENA dukun cilik Ponari, menurut Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, 
tidak bisa diatasi dengan cara-cara rasional, seperti pelarangan praktik. 
Karena menurut Menkes, fenomena Ponari ini menyangkut kepercayaan masyarakat 
terhadap suatu keajaiban yang tidak bisa dirasionalkan. Penyelesaian masalah 
ini hanya menunggu waktu.

“Ini tidak bisa diatur. Itu akan hilang seiring dengan waktu. Kalau sudah tahu 
bahwa dia tidak sembuh, nanti lama-lama pasti akan berhenti. Kita lihat saja 
nanti,” kata Fadilah saat dihubungi Surya, Senin (16/2).

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah khususnya departemen kesehatan tidak bisa 
berbuat banyak karena kebijakan rasional pemerintah tidak akan bisa dijalan 
dengan kepercayaan yang sudah melekat di masyarakat. 

Menurut Fadilah, yang lebih dituntut peranannya dalam hal ini adalah kalangan 
ulama untuk menyadarkan bahwa fenomena ini bisa mengarah pada hal-hal yang 
berbau syirik. Fadilah  juga membantah jika fenomena Ponari ini berhuhungan 
dengan kurang teraksesnya layanan kesehatan masyarakat di wilayah Jawa Timur 
khususnya. Karena, lanjut Siti Fadillah, mereka yang datang ke Ponari itu bukan 
orang-orang miskin, malah orang-orang kaya yang punya mobil-mobil bagus, 
termasuk orang yang pergi berobat ke luar negeri. 

“Fenomena Ponari tidak ada hubungannya tidak mahal dan murahnya. Jadi bukan 
masalah kurangnya layanan kesehatan, tapi itu fenomena sosial. Dimana ada 
sekelompok orang-orang yang ingin suatu keajaiban di dalam hidupnya,” terangnya.

Menurut Menkes, praktik pengobatan yang dilakukan Ponari tidak bisa digolongkan 
dalam pengobatan tradisional, jadi tidak perlu dimintakan izin resmi.
Siti Fadilah juga mengaku tidak perlu membuat semacam kebijakan khusus untuk 
mengatur masalah ini. “Yang penting dari Satpol PP mengaturnya,” katanya.

Apakah Menkes percaya dengan praktik Ponari ini. “Wallahualam,” kata Siti 
Fadilah yang kerap berkerudung ini. 

Menurut dia, keajaiban selalu ada, tapi apakah Ponari itu ajaib atau tidak, 
Fadilah tidak bisa mengatakan karena tidak pernah bertemu. "Saya tidak berhak 
mengatakan itu salah atau itu benar," katanya. (UUS)


      
_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Reply via email to