Poin-poin dalam tanda # yang dipaparkan mas Harry mungkin adalah 
pendidikan entrepreneurship atau kewirausahaan, yang dalam dunia 
pendidikan kita memang masih sedikit sekali diajarkan. Orientasi 
pendidikan kita saat ini cenderung masih kepada untuk menjadikan 
anak/siswa sebagai "karyawan", contoh :

"Nanti kalau kamu bisa mempelajari ini dengan baik, kamu bisa kerja di 
Telkom, kamu bisa kerja di Exxon, di sini di situ dsb", sambil 
menunjukkan perusahaan-perusahaan bonafide dengan gaji karyawannya yang 
besar.

Mungkin ungkapan itu juga tanpa sadar keluar, tapi dari situ kita bisa 
ambil kesimpulan (walaupun kasar ya) bahwa orientasi pendidikan kita 
masih cenderung ke arah itu. Siswa tidak di stimulus atau didorong untuk 
mandiri, mendirikan perusahaan sendiri, atau mengembangkan usaha, kecil 
maupun besar, yang bisa menjadikan masukan buat siswa untuk memiliki 
semangat kewirausahaan, atau memiliki ilmu mempertahankan hidup.

Itu sekedar tinjauan kasar kasat mata saya, barangkali untuk masalah 
analisis kurikulum-nya mungkin sahabat yang lain yang lebih faham bisa 
menambahkan, apakah kurikulum pendidikan kita sudah mampu memberikan 
kepada anak/siswa/mahasiswa untuk menjadi pribadi yang utuh secara ilmu 
maupun amalan, jadi nantinya tidak terjadi seperti yang diungkapkan mas 
Harry, selesai sekolah/kuliah kaget ketika menghadapi dunia nyata dan 
mulai dari nol lagi.

Berarti selain biaya yang bisa mengganjal perkembangan pendidikan kita, 
kurikulum juga perlu di improve (tapi bukan asal dirubah).

Maaf, mas Harry, menurut saya sekolah itu masih penting, ... :-)
Ada yang drop out dan kemudian sukses, sekolah mereka adalah di alam 
nyata, guru mereka adalah tempaan hidup dan pengalaman.

Demikian, kurang lebih mohon dimaafkan.

Wassalam,
A Rudianto




Harry Sufehmi wrote:
> Sekolah itu sebetulnya tidak penting  :-)  karena sekolah bukan
> jaminan kesuksesan. Banyak juga yang drop-out tapi justru sukses.
>
> Kolega senior saya dulu tidak lulus SMA. Tapi ilmu komputernya JAUH
> diatas saya, dan karena itu dia bisa berada di posisi senior.
>
> Yang JAUH lebih penting adalah pendidikan dari orang tua. Karena di
> sekolah tidak diajarkan hal-hal seperti :
>
> # Cara mengatur keuangan pribadi / keluarga
>
> # Suasana kantor, dan trik-trik untuk sukses berkarir (office
> politics, etika, dst)
>
> # Cara bergaul dengan orang lain : pergaulan di sekolah JAUH berbeda
> dengan di "dunia nyata" .
>
> contoh: beda umur satu tahun di sekolah sudah cukup untuk menjadikan
> kita sebagai "senior".
> Di dunia sehari-hari? Kadang ada orang yang lebih tua 30 tahun dari
> kita namun memanggil kita "Bapak Fulan" - atau kebalikannya.
>
> # Bagi wiraswastawan - seluk beluk dunia bisnis: mengatur cashflow,
> prinsip2 bisnis, etika pedagang, trik2 sukses, dst
>
>
> Betul tidak ?  :-)
>
> Sayangnya, sekarang ini SANGAT merata mindset / pola pikir bahwa
> "pendidikan anak = urusan sekolah", dan kemudian orang tua tidak mau
> tahu lagi apapun mengenainya.
>
> Akibatnya? Lulus sekolah anak kita belum tahu SECUIL pun mengenai
> dunia sehari-hari. Dia cuma bisa kaget menemukan kenyataan bahwa dunia
> "nyata" berbeda total dengan dunia "sekolah"-nya dulu.
>
> Padahal umurnya ketika lulus kuliah sudah 21 tahun - di Amerika tahun
> 60-an saja (juga di Indonesia dulu) umur segini rata-rata sudah pada
> menikah dan karirnya sudah lumayan stabil.
> Sekarang ? Baru mengalami "culture shock" :-)
>
> Pengalaman pribadi  :-)  dan juga kawan-kawan saya yang lainnya.
>
> Jadi sekarang saya selalu pesan kepada teman-teman yang masih muda,
> sekolah itu asal lulus saja tidak apa. Kalau bisa nilainya bagus tentu
> memang lebih bagus, tapi kalau lulusnya pas-pasan pun tidak apa.
> Yang lebih penting adalah segera secepat mungkin memahami dunia.
> Misal: magang, kerja paruh waktu, membantu bisnis keluarga, dst. Jadi
> ketika selesai kuliah, sudah tidak kaget lagi. Dan tidak memulai dari
> nol lagi.
>
> Disini hal-hal seperti homeschooling bisa sangat membantu, karena bisa
> lebih disesuaikan dengan minat dan bakat dari anak ybs.
> Sekolah, di lain pihak, cenderung membuat anak kita menjadi standar
> saja. Malah kadang bisa memusnahkan bakat spesial yang ada pada anak
> kita.
>
>
>
> Salam, HS
>
>
>
> On 2/18/09, Alkhori M <m.alkh...@qatar.net.qa> wrote:
>   
>> Biaya Pendidikan Memang Mahal, Kalau Perlu Uang Pangkal 100 Juta dan Kuliah
>> 50 Juta Pertahun.
>>     

_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke