Conclusion Engineering Ajaran Islam, Al-Qur'an untuk Semua Ummat Manusia
Abstraks:
Karakteristik dari Fiqih, Tasauf & Tauhid (FTT) yang berdasarkan Qur'an dan
Hadis yaitu:
*       Fiqih ruang lingkupnya adalah (salah, benar, baik & buruk), serta
cenderung kaku dan mencari kesalahan.
*       Tasauf tujuanya adalah akhlak mulia, dalam kedamaian untuk mencapai
ke-IKHSAN-an dan domainya adalah hati.
*       Tauhid adl hubungan vertikal dan pengaruhnya terhadap diri manusia,
ilmu Tauhid ini tidak punya masalah, tapi orang yg belajarnya bisa
bermasalah.
Ketiga ilmu tersebut yaitu FTT, jangan dipisahkan, kalau dipisahkan akan
terbentuk karakter seperti ke-3 bullet diatas. Demi kesempurnaan kehidupan
di Bumi Allah ini maka ke-3 FTT tersebut harus dipahami secara keseluruh
tanpa terpisah-pisah yang berdasarkan al-Qur'an & al-Hadis. 

Al-Qur'an untuk Semua Ummat Manusia, lanjutan 3,
Benarkah Tasauf Bid'ah dan Tauhid Kafir? Walau sedikit melenceng tapi
"Tasauf Bid'ah dan Tauhid Kafir?" adalah bagian yg tersulit untuk dituliskan
dengan singkat tapi bisa dimengerti. Insyaallah "Kullu Syai'in 'Ala Mayuram"
arti gamblangnya, semua harapan dapat dikabulkan, amiin. Tidak dapat
disangkal terdapat kitab/ buku buku yang menuliskan tentang Al-Halaj dan
Sheikh Siti Jenar yang dihukum mati. Karena sekarang sudah masuk DOMAIN-nya
sejarah, maka kaedah sejarah (atau pinjam istilahnya mas BS dipakai ushul
fiqih-nya sejarah untuk memahami sejarah). Sebuah sejarah yang bersentuhan
dengan KEKUASAAN/ POLITIK, maka berlakulah aksioma sbb: 1. Sejarah Adalah
Cerita Rekayasa Rejim Yang Menang. 2. Yang Kalah Direkayasa Adalah Sebagai
Kelompok Yang SALAH. 3. Semua Bukti Kelompok Yang Kalah Dimusnahkan. Contoh
yang masih hangat, yaitu Super Semar dan kisah G30S PKI, walau baru hanya
berapa puluh tahun, hingga sekarang selalu terbentur untuk mengungkapkan apa
yang sebenarnya terjadi. Waktu masih jaya-jayanya orde baru, setiap
kecamatan diputar gratis film Pemberontakan G30S PKI. Hingga sampai hari ini
usaha usaha untuk meluruskan sejarah G30S PKI, tidak ada kemajuan. Itulah
suatu contoh bagaimana bias-nya sebuah sejarah bila bersentuhan dengan
KEKUASAAN/ POLITIK. Maka berdasarkan fakta tersebut diatas marilah kita
lihat kisah beberapa ratus tahun yang lalu.
Al-Halaj mati dibunuh, karena mengucapkan "Ana Al-Haq" sangat salah kalau
disederhanakan ana al-haq diartikan saya adalah tuhan. (Ana artinya saya dan
al-Haq adalah salah satu dari nama-nama tuhan yang artinya kebenaran). Tentu
timbul pertanyaan, mengapa yang dipilih al-Haq=Kebenaran, padahal ada 90
nama-nama tuhan berdasarkan sifatnya. Tentu bisa dengan sederhana diduga
tentu telah terjadi penyelewengan/ melencengnya ajaran Islam, Iman & Ikhsan
yang dilihat oleh Al-Halaj, maka beliau men-declare Sayalah Kebenaran atau
Ana Al-Haq or I am the Truth. Pada setiap sumber literatur yang ada selalu
ada 2 pendapat tentang hal tersebut. Ada yang lansung percaya bahwa Al-Halaj
telah mengaku sebagai Tuhan dan ada kelompok lain yang percaya Al-Halaj
bukan mengaku sebagai Tuhan. Sehingga berkali-kali surat perintah untuk
membunuh al-Halaj tidak mau ditanda tangani oleh guru beliau yang juga
seorang sufi, tapi karena dipaksa terus, sang guru melepaskan jubah sufi-nya
dan menyetujui permintaan al-Halaj dihukum. Disini juga ada maknanya, apa
yang dimaksud sang guru melepaskan juba Sufi-nya yaitu berarti secara Sufi
al-Halaj tidak bersalah, maka sang guru melepaskan jubahnya, beliau
menghukum al-Halaj bukan sebagi Sufi, tapi sebagai seorang ulama. Itulah
sebuah engineering dan terserah kepada pembaca utk menyimpulkanya, tapi yang
jelas dan pasti Al-Halaj dihukum mati karena mengucapkan Ana al-Haq dan
dianggap bersalah. Untuk SSJ ada kisahnya, tapi apakah benar terjadi atau
hanya fiktif masih tanda tanya, tapi yang pasti ada kisah seorang Sufi ala
Indonesia yang dihukum mati. Dari kedua contoh diatas memang ada mereka
mereka yang telah dianggap bersalah dan telah dihukum mati. Tapi jangan lupa
banyak Sufi-Sufi lain yang telah menjadi panutan, sehingga hanya karena dua
kisah tersebut diatas telah digeneralisasikan bahwa ajaran ini tidak boleh
diikuti karena sesat. Untuk kepentingan Politik/ Penjajah, para sufi-sufi
ini adalah kekuatan yang sangat besar dan sangat ditakuti oleh penjajah,
maka bagaimana kekuatan ini harus bisa dihancurkan dari dalam, tiada lain
tiada bukan, ummat Islam harus dipecah belah dengan seribu daya. Makanya
setelah baru saja kemerdekaan Indonesia ummat Islam di Indonesia ibarat anak
ayam kehilangan Induknya yaitu cerai berai, begitulah berhasilnya penjajah
menghembuskan politik pecah belahnya. Sehingga kekuatan Islam yang
didalamnya ada Tasauf dikatakan sesat dengan cerita versi SSJ. Insya Allah,
bersambung, Wa Iyakun Shawaaban Faminallah, Wa Iyakun Khatha Aan Faminii Wa
Minasyaithan, Astaghfirullah & Subhanallaah. Salam kompak selalu dari Qatar.
Alkhori M
Alkhor Community
Qatar


==============================================
Al-Qur'an untuk Semua Ummat Manusia, lanjutan 2,
Dengan ke-3 bullet diatas (FTT) dan ditambah lagi dengan "Uthlubul Ilmi.."
maka sudah lebih dari cukup bagi kita untuk mengetahui bagaimana
karakteristik siapa-siapa dibelakang pemberi komentar. Maka akan terlihat
jelas komentator tersebut purely Fiqiyah, atau Fiqiyah yang sudah dibalut
Tasaufiyah dan subhanallah akan juga terpancarkan bahwa dibalik komentator
itu adalah orang orang yang sudah merangkai FTT secara bijak dan arif.
Contoh yang mungkin masih up to date adalah sosok ulama yang juga pernah
sebagai Ketum MUI yang lebih populer dengan sebutan Buya Hamka. Beliau itu
karena sudah mengamalkan FTT secara kamil maka beliau terasa sejuk dalam
penyampaian Dakwah Islam sehingga bisa diterima semua pihak sebagai ketua
MUI. Pada saat itu keadaan ummat Islam di Indonesia adalah hingar bingar
alias dalam artian terpecah belah. Tapi dengan penampilan beliau yang sejuk,
alhamdulillah sedikit demi sedikit perpecahan ummat Islam di Indonesia bisa
diredam. Karena buya Hamka mengamalkan ajaran Islam yang bersandarkan
al-Qur'an dan al-Hadis secara menyeluruh yaitu komponen utamanya adalah FTT,
maka ketika beliau berbicara Fiqih, sirna ke-KAKU-an dari Fiqih karena
terbalut ke-LEMAH-LEMBUT-an Tasauf. Hilang mencari ke-SALAH-an Fiqiyah
karena di-FINISHING oleh DAMAI-nya Tasauf. Ditambah lagi dengan Tauhid yang
dijalankan beliau yang diiringi dengan Aqidah yang konsisten. Maka puncaknya
dari Aqidah dan Tauhid dan FTT yang beliau amalan dan terakhir beliau
mengeluarkan Fatwa MUI yang terkenal itu yaitu MUI melarang ummat Islam
menghadiri acara Natal. Dengan FTT yang sesuai dengan al-Qur'an dan
al-Hadis, maka seseorang tahu kapan menjadi KAKU/ TEGAS, kapan pula harus
LEMAH-LEMBUT kapan pula dipakai TAKE it or LEAVE it. Tapi apa jadinya jika
kita hanya mengamalkan sepotong-potong dari ajaran Islam, yaitu seperti
seorang pemula yang mengenal Islam. Memang lazimnya seorang Islam pertama
kali diajarkan adalah ilmu Fiqih, seharusnya dengan bertambah umur, maka
mode kedua dan mode ketiga setelah paham FIQIH, maka seseorang tadi sudah
harus diikuti dengan mengenal Tauhid dan selanjutnya Tasauf sesuai dengan :
"Uthlubul Ilmi Minal Mahdi Ilal Lahdi" tapi apa lacur ternyata karena
didapat salah informasi bahwa Tasauf BID'AH dan TAUHID bisa KAFIR seperti
para Sufi (Mansur Al-Hallaj dan SSJ). Maka banyaklah ajaran Islam terhenti/
mentok pada Fiqih saja. Benarkah Tasauf Bid'ah dan Tauhid Kafir??? ? Insya
Allah, bersambung, Wa Iyakun Shawaaban Faminallah, Wa Iyakun Khatha Aan
Faminii Wa Minasyaithan, Astaghfirullah & Subhanallaah. Salam kompak selalu
dari Qatar.
Alkhori M
Alkhor Community
Qatar
_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Reply via email to