ooo ... begitu to ceritane. Hizbul Khilafah apa lagi itu Pak Bango?
--- On Thu, 3/12/09, Bango Samparan <bsampa...@yahoo.com> wrote: From: Bango Samparan <bsampa...@yahoo.com> Subject: Re: [is-lam] Misteri JUB, Nilai Rupiah, Fiat Standard, dan Standar Emas To: is-lam@milis.isnet.org, "Harry Sufehmi" <sufe...@gmail.com> Date: Thursday, March 12, 2009, 4:24 PM --- On Thu, 3/12/09, Harry Sufehmi <sufe...@gmail.com> wrote: > Hehe.. gelar yang cukup unik, dan menohok juga :-) Iya mas, waktu itu gara-gara awalnya saya, sebagai redaktur jurnal ekonomi di jurusan saya, mengkritik tulisan dia tentang grafik yang menggambarkan perilaku konsumen yang menurut beliau Islami, nah kalau tidak diperbaiki maka tidak akan saya muat. Sejak itu, saya memang jadi diblack list beliau. BTW, saya sendiri sama HT, ya seneng-seneng saja. Dulu buku-buku mereka banyak yang saya baca. Malah saya sempat baca UUD Islami rancangan mereka juga. Pemberi gelar saya itu akhirnya juga malah keluar dari HT, lalu ikutan di Hizbul Khilafah, yang merupakan pecahan HT. Sekarang nggak tahu apa Hizbul Khilafah masih eksis atau tidak. Kalau HT memang masih energik. Saya sekarang seneng bantu-bantu siapa saja, asal saya bisa lakukan. Dulu saya masih bisa membantu dengan memilih PKS, ya saya bantu. Sekarang sudah tak mampu lagi, ya golput:-) Ada temen salafi tetangga, yang kalau ceramah di masjid selalu bikin merah telinga temen-temen dari kelompok lain, yang nggak punya kerjaan, saya kasih kerjaan jadi programmer sistem akuntansi saya, eh setahun kagak selesai, ya terpaksa diapkir. Saya lihat seringkali teman-teman nih galak di konsep, tapi kalau sudah dituntut kerja profesional, banyak yang kewalahan juga. Saya bilang sama dia, kita tuh tidak lemah di konsep kok mas, kita lemah di observasi dan eksperimentasi yang melahirkan karya atau kerja riil. > Masih mending zaman tanam paksa -- mertua saya bercerita > dulu mereka > dapat subsidi/jaminan. Jadi ternyata di zaman Belanda itu > ada semacam > bulognya. Petani mendapat jaminan bahwa padinya akan dibeli > dengan > harga (misalnya) 2 gulden per ton. Nah, lalu apakah > kemudian ke > pembeli akan terjual 3 gulden atau malah cuma 1 gulden, itu > sudah > urusan Bulog. Bukan urusan petani lagi. Almarhum ayah saya dulu juga suka cerita, banyak aspek kehidupan yang malah lebih mending ketika kita belum merdeka. Nah, artinya memang ada persoalan serius ya mas, berkenaan dengan aktivitas bangsa ini dalam mengisi kemerdekaan. > Ndak apa, banyak-banyak sabar ya mas. Kalau kita tidak > sabar, ilmu > kita nanti jadi mubazir juga, sayang. Thanks. Kita mesti jujur, bahkan bila seluruh organisasi gerakan (harakah) islamiyah di Indonesia tuh bisa bersatu, rasanya kita juga belum mampu menangani Indonesia menuju bentuk ideal yang pernah dicontohkan Rasulullah. Jadi memang harus lebih banyak sabarnya, lebih banyak bersilaturahmi, sambil terus beramal. Katanya, bila esok kiamatpun, hari ini masih sangat berpahala untuk menanam sebutir benih tanaman. Kalau dalam diskusi ada perbedaan pendapat terus dianggap debat, ya malah jadi capek kan, bayangin saja kita sedang ngobrol di pos ronda, ngomong ngalor ngidul, kadang-kadang saling menggoda dengan ketidaksetujuan, tapi ati toh tetap adem ayem saja. Semuanya sedulur lah ya. Salam hangat B. Samparan _______________________________________________ Is-lam mailing list Is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam
_______________________________________________ Is-lam mailing list Is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam