TUJUH
PINTU NERAKA
Oleh:
Ahmad
Fahmi
Al-Jufri
"Neraka
mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa
yang ditentukan)" (Qs al
Hijr :44)
Diriwayatkan
dalam Anwar Nu'maniyah
dan Biharul Anwar bahwa ketika
Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saww memintanya untuk menjelaskan
kondisi neraka. Jibril
menjawab: "Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak
antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih
panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:
1.
Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini
untuk kaum munafik dan kafir.
2.
Jahim, pintu ini
untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
3.
Pintu
ketiga untuk kaum sabian
(penyembah api).
4.
Lazza, pintu ini
untuk setan dan para pengikutnya serta para
penyembah api.
5.
Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping),
pintu ini untuk kaum Yahudi.
6.
Sa'ir
(arti
harfiahnya: api yang
menyala-nyala), pintu ini untuk kaum
kafir.
Tatkala
sampai pada
penjelasan pintu yang ketujuh,
Jibril terdiam. Nabi saww
maminta Ia untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: "Pintu ini
untuk umatmu yang angkuh"; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa
mereka.
Lalu, Nabi saww mengangkat
kepalanya dan begitu sedih, sampai
beliau pingsan. Ketika
siuman beliau berkata: "Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan
kesusahanku dua kali lipat.
Akankah umatku masuk Neraka?"
Kemudian
Nabi saww mulai menangis. Setelah
kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari,
dan ketika sholat beliau menangis dengan tangisan yang sangat
memilukan.
Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka
bertanya: "Mengapa beliau begitu berduka?" Namun beliau tidak
menjawab.
Saat itu,
Imam Ali as sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi
mengahadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah as,
mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah as
sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat "Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih
kekal" (al-A'la:17).
Para
sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah
saww). Setelah
mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah as bangkit lalu mengenakan jubahnya
(cadur) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon
korma. Salman
al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat
jubah Sayyidah Fathimah as, lalu berkata: " Aduhai! Sementara putri-putri kaisar
dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini
tidak mempunyai pakaian yang layak untuk
dipakai".
Ketika
Sayyidah Fathimah as sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang
menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: "Wahai
Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan
robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi,
sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada
waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat,
anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon
kurma. Nabi
berpaling ke arah Salman dan berkata "Apakah engkau memperhatikan dan mengambil
pelajaran?"
Sayyidah
Fathimah az-Zahra melihat -karena tangisan yang tidak
terhenti- wajah Nabi
menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung.
Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk
telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah
Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, "Mengapa
Ayahanda menangis?" Nabi saww menjawab, "Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh
menangis?, karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat
yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka
mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah
api. Pada
setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi
tujuh puluh ribu jenis azab".
Ketika
Sayyidah Fathimah mendengar semua ini, beliau berseru, "Sesungguhnya orang yang
dimasukkan kedalam api ini pasti menemui
ajal". Setelah
mengatakan ini beliau pingsan. Ketika
siuman, beliau as berkata, "Wahai yang terbaik dari segala mahluk,
siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?" Nabi saww menjawab, "Umatku
yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara sholat, dan azab ini tidak
seberapa bila dibandingkan dengan azab-azab yang
lainya.
Setelah
mendengar ucapan ini setiap sahabat Nabi saww menangis
dan meratap, "Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan
sangat sedikit". Sementara
sebagian lagi menangis dan meratap, "Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku,
maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini", Ammar bin Yasir berkata,
"Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk
di hisab". Bilal yang
tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu,
Salman menjawab, "Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat
pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi
makan dengan zaqqum (pohon
beracun di Neraka).
Masihkah kita
memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk dengan kesenangan dunia yang sementara ini?
[]