-----Original Message-----
From: "Asep Juarna" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: 18 Jul 2006 18:09:41 +0700
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [staff] Hermawan Kartajaya dan Marketing Syariah


http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=245144&kat_id=256

Ekonomi Islam itu Adil dan Indah

Guru marketing Hermawan Kartajaya sudah beberapa lama bergaul dengan praktisi 
keuangan syariah. Ia
mulai fasih mengatakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Beragama 
Katolik, Hermawan malah
berniat ikut dalam mengembangkan nilai marketing Islami. Berikut petikan 
wawancara sesaat setelah
peluncuran buku Sharia Marketing di Jakarta pekan lalu.

Sebetulnya apa beda marketing syariah dan konvensional?

Dalam dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip 
yang disalah artikan.
Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. 
Atau marketing yang
yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak 
bagus. Atau membujuk
dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu salah satu 
kelirumologi ( merujuk
istilah yang dipopulerkan Jaya Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan 
orang untuk jujur pada
konsumen atau orang lailn. Nilai syariah mencegah orang (marketer) terperosok 
pada kelirumologi itu
tadi. Ada nilai-nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika 
ia Muslim.

Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain?

Lha ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil alamin. Begitu kan istilahnya. 
Nabi Muhammad itu
menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya untuk umat Islam saja. Jadi tidak 
apa-apa jika nilai
marketing syariah ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang 
lain. Makin banyak
non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya ikut mengendorse 
marketing syariah.
Soal jujur itu kan universal. Jadi marketing syariah harus diketahui orang lain 
dalam rangka
rahmatan lil alamin itu.

Apa nilai inti marketing syariah?

Integrity atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi 
orang membeli karena
butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya. Itu 
jika konsep marketing
dijalankan secara benar.

Bagaiman muasal perkembangan nilai spiritual dalam marketing?

Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ 
dan EQ saja tidak
cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient. Orang melihat

Apakah nilai marketing syariah ini akan bertahan?

Ya pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan semua 
orang. Apalagi
setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya. Orang melihat bisnis itu 
harus jujur.

Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syariah?

Syariah mengendorse marketing dan marketing mengendorse syariah. Ilmu marketing 
menyumbangkan
profesionalitas dalam syariah. Karena jika orang marketing tidak profesional, 
orang tetap tidak
percaya. Lihat saja bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di 
Indonesia, meski negara
ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin dengan 
profesionalitas kita. Jadi, jujur
saja tidak cukup.

Bukankan nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama?

Ya. Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa bahwa islam itu 
rahmatan lil alamin.
Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik mencari yang serupa dari pada 
memperkarakan yang
berbeda. Jika begitu hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut 
marketing syariah.
Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai syariah yang kita 
kedepankan. Kita
mulai di sini, di Indonesia. Ada bagusnya jika yang mengendorse itu orang 
Islam, bukan yang lain.

Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis?

Millenium. Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus 
menjaga kelangsungan
alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia 
yang miskin dan
bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai ini ke 
depan akan mengemuka.
Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana.

Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan?

Islam agama yang universal dan komprehensif. Guidance-nya lengkap. Ada petunjuk 
untuk seorang
pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima perang dan semuanya. Ada diatur 
secara lengkap. Di
atas semua itu saya melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam 
bisa dipakai semua
orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai Islam untuk 
dikembangkan dalam konsep
marketing. Saya sekarang menjadi aktivis lingkungan dan nilai-nilai.

(tid )

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
For additional commands, e-mail: [EMAIL PROTECTED]





--------------------------------------------------------------
Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913
Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com


Kirim email ke