[EMAIL PROTECTED] wrote:

> Ass. Ww
> Apa yang saya katakan sebenarnya sudah dinyatakan oleh pakar yang lain di
> salah satu stasiun TV.
> Banjir kemarin bukan terjadi di puncak musim hujan, karena puncaknya baru
> nanti di akhir Februari atau awal Maret.
> Hanya saja saya mengkaitkan dengan tulisan saya karena apa yang terjadi di
> sekitar secara tidak langsung merupakan
> petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT. Kalau bahasanya kelihatan secara
> pasti itu karena orang-orang bidang teknik seperti saya biasa
> membuat analisa dengan presisi tinggi.Jadi harap maklum.
> Wassalam
> Djarot D.
> 

Ass wr wb.
Nambahin sedikit aja, dari artikelnya Nadirsyah Hosen di bawah ini:

Makna InsyaAllah
23/03/2005, 12:17
        
Beberapa penduduk Mekkah datang ke Nabi Muhammad SAW.
bertanya tentang ruh, kisah ashabul kahfi dan kisah Dzulqarnain.
Nabi menjawab, "Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan."
Keesokan harinya wahyu tidak datang menemui Nabi, sehingga Nabi
gagal menjawab hal-hal yang ditanyakan. Tentu saja "kegagalan" ini
menjadi cemoohan kaum kafir.

Saat itulah turun ayat menegur Nabi, "Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,
kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah."  Dan ingatlah kepada Tuhan-
Mu jika kamu lupa dan katakanlah "Mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada
ini." (Q.S Al-Kahfi 18:24)

Kata "Insya Allah" berarti "jika Allah menghendaki". Ini menunjukkan
bahwa kita tidak tahu sedetik ke depan apa yang terjadi dengan kita.
Kedua, hal ini juga menunjukkan bahwa manusia punya rencana,
Allah punya kuasa. Dengan demikian, kata "insya Allah" menunjukkan
kerendahan hati seorang hamba sekaligus kesadaran akan kekuasaan
ilahi.

Dari kisah di atas kita tahu bahkan Nabi pun mendapat teguran ketika
alpa mengucapkan insya Allah.

Sayang, sebagian diantara kita sering melupakan peranan dan
kekuasaan Allah ketika hendak berencana atau mengerjakan sesuatu.
Sebagian diantara kita malah secara keliru mengamalkan kata "insya
Allah" sebagai cara untuk tidak mengerjakan sesuatu. Ketika kita
diundang, kita menjawab dengan kata "Insya Allah" bukan dengan
keyakinan bahwa Allah yang punya kuasa tetapi sebagai cara berbasa-
basi untuk tidak memenuhi undangan tersebut. Kita rupanya berkelit
dan berlindung dengan kata "Insya Allah". Begitu pula halnya ketika
kita berjanji, sering kali kata "insya Allah" keluar begitu saja
sebagai alat basa-basi pergaulan.

Yang benar adalah, ketika kita diundang atau berjanji pada orang
lain, kita ucapkan "insya Allah", lalu kita berusaha memenuhi
undangan ataupun janji itu. Bila tiba-tiba datang halangan seperti
sakit, hujan, dan lainnya, kita tidak mampu memenuhi undangan
ataupun janji itu, maka disinilah letak kekuasaan Allah. Disinilah
baru berlaku makna "insya Allah".

--
Achmad Y. Sjarifuddin.
E-mail: abu [at] lathiifa.com
Website: http://www.lathiifa.com

------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah kesulitan dan sakit menimpa seorang muslim, 
tidak juga kegalauan, kesedihan, duka dan behan, hingga duri yang mengenai 
kakinya, kecuali menjadi penebus sebagian dari kesalahan-kesalahannya. 
(HR.Bukhori dan Muslim, dari Abu Said dan Abu Hurairah).

Kirim email ke