AA GYM: SUKSES BISNIS DENGAN AKHLAK

ditulis oleh admin

Kalau kita mau sukses, kunci pertama adalah jujur, dengan bermodalkan 
kejujuran, orang akan percaya kepada kita. Kedua, professional. Kita harus 
cakap sehingga siapapun yang memerlukan kita merasa puas dengan yang kita 
kerjakan. Ketiga, inovatif, artinya kita harus mampu menciptakan sesuatu yang 
baru, jangan hanya menjiplak atau meniru yang sudah ada - 
------   K.H. Abdullah Gymnastiar. 

Sosok kyai muda ini sering kali muncul di acara televisi secara langsung yang 
selalu dihadiri oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan fenomena tersendiri. 
Beliau adalah K.H. Abdullah Gymnastiar atau biasa dipanggil Aa Gym, pimpinan 
pesantren Daarut Tauhid Bandung. Aa Gym memulai pendidikan formal awal di SD 
Damar sebuah SD swasta yang kini sudah dibubarkan. Sekolah ini cukup jauh dari 
rumahnya, sekitar tiga kilometer. Masa itu, pilihan satu-satunya ke sekolah 
adalah berjalan kaki. Menjelang naik ke kelas 3 SD, pindah ke KPAD Gegerkalong. 
Aa Gym pun pindah sekolah ke SD Sukarasa 3. Bakat saya mulai berkembang dan 
nilai prestasi sekolah pun cukup bagus. Terbukti ketika tamat, beliau terpilih 
menjadi ranking terbaik II di sekolah dengan selisih satu nilai saja 
dibandingkan ranking I. Di bidang seni, bakat beliau juga berkembang, seperti 
menggambar dan menyanyi. Sejak itu pula Aa Gym sering ditunjuk menjadi ketua 
kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka. Jiwa dagang Aa Gym sudah terbentuk sejak 
TK, terbawa-bawa hingga di Sekolah Dasar. Misalnya, beliau pernah menjual 
petasan yang memang pada waktu itu belum dilarang seperti sekarang. Alhasil, 
beliau pernah mendapat teguran dan pengurus DKM masjid. Namun, pada waktu itu 
beliau belum begitu mengerti ilmu agama dengan baik. Setelah lulus SMA dan 
memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes Sipenmaru. Aa Gym mencoba daftar ke 
Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran, yaitu 
sebuah program D3 di Fakultas Ekonomi. Alhamdulillah beliau diterima. Namun, 
kuliah di sini hanya bertahan selama tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis 
daripada mengikuti kuliah. Teman-teman kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai 
"tukang dagang". Selepas PAAP, beliau masuk ke Akademi Tekhnik Jenderal Abmad 
Yani (ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu sangat sederhana karena 
menumpang di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum, karena pemiliknya 
adalah Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di ATA, 
beliau mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benar-benar ingin 
melatih hidup mandiri. Soal prestasi, banyak yang telah diraih. Beliau 
mengikuti lomba menggambar, mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato. 
Allhamdulillah, beliau selalu meraih juara, walaupun yang mengadakannya adalah 
senat mahasiswa dan kebetulan beliau sendirilah ketuanya. Selain menjadi ketua 
senat, beliau juga menjadi komandan resimen mahasiswa (Mlenwa) di ATA, 
maklumlah saingan di kala itu sedikit. Kegiatan berbisnis masa kuliah juga 
semakin menggebu. Beliau pernah membuat usaha keset dan perca kain. Beliau juga 
jadi penjual baterai dan film kamera kalau ada acara wisuda. Aa Gym juga sempat 
menjadi supir angkot jurusan Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti 
dari semua ini, memang Aa Gym sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri 
tanpa menjadi beban siapa pun. Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak 
dibelenggu oleh gengsi dan atribut pengekang lainnya. Aa Gym telah 
menyelesaikan program sarjana muda di ATA walaupun belum mengikuti ujian 
negara. Berarti, beliau memang tak berhak menyandang gelar apa pun. Bahkan, 
sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau ambil dari kampus. Memang sesudah 
itu ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai S1, terutama karena dorongan 
teman-teman dan beberapa dosen yang baik hati. Beberapa kegiatan perkuliahan 
pun diikuti. Akan tetapi, setelah menelusuri hati, ternyata hanya sekedar untuk 
mencari status belaka, dan hal itu tak cukup kuat untuk memotivasi 
menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi orang yang belum dan 
tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses. 
Untuk menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun menikah. Tepat 
dua belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah bagi kehidupan 
beliau dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi pilihan beliau adalah 
Ninih Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di Pesantren Kalangsari, 
Cijulang,ini dihadiri oleh banyak ulama karena memang berada di lingkungan 
pesantren. Beliau menikah dengan resepsi ala kadarnya. Bahkan, untuk menghemat 
jamuan bagi tamu, digunakan niru (nampan) sehingga satu niru bisa menjamu 8 
orang sesudah menikah, kami tinggal di rumah orang tua di Kompleks Perumahan 
Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym bertekad untuk memberi 
nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya. Jelas tak mungkin 
rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta haram yang 
dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan. Usaha-usaha 
yang beliau rintis antara lain : 
1. Buku. Setiap pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung. 
Sambil belajar tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi 
buku-buku agama untuk dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki. 
Alhamdulillah, usaha kecil inilah yang menjadi cikal bakal toko buku dan 
sekarang berkembang menjadi supermarket yang saat ini sudah dikelola dan 
diserahkan kepada Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut Tauhid. 
2. Handicraft. Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan 
bersama anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa 
membeli mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta 
order sablonan. Dari usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha 
percetakan dan penerbitan buku. Subhanallah, benar-benar semuanya dimulai dari 
hal yang kecil. 
3. Konveksi. Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk 
menambah penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit 
bekas. Alhamdulillah, order jahitan berkembang dan bisa mengajak beberapa 
muslimah untuk ikut bergabung. Kadang seminggu sekali kami berbelanja untuk 
membeli kain yang dijual kiloan.. Dari kegiatan dan perjuangan inilah cikal 
bakal lahirnya usaha konveksi. 
4. Mie Baso. Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling mengesankan. Beliau 
mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas Sarijadi, bekerja sama 
dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat subuh beliau sudah 
pergi ke Pasar Sederhana untuk mencari tulang karena kuah yang enak harus 
dicampur dengan sumsum tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan dengan 
menggiling daging untuk bahan baso, dan pukul sembilan pagi beliau baru bisa 
melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan shalat berjamaah, setiap 
kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat berjamaah di 
sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau 
tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya. Memang 
tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya pembeli banyak yang 
bingung justru yang sering datang adalah yang mau berkonsultasi. Akibatnya, tak 
jarang saya baru bisa pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam. Lelah sekali 
rasanya sementara hasilnya pun tak seberapa. Rupanya masyarakat tak terbiasa 
dengan cara baru ini. Belum lagi badan yang selalu bau baso karena seharian 
bergulat dengan baso. Yang menyedihkan, ternyata istri agak mual dan kurang 
suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah warung baso ini dengan segudang 
pengalamannya. 
Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati sangat dipengaruhi oleh masa 
kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu dimudahkan urusan, selalu 
ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak yang tidak berdaya. Oleh karena itu, 
bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar pekerjaan, tapi berpikirlah 
untuk menjadi wirausahawan. Dan bagi orang tua, tanamkan kepada anak-anak kita 
jiwa wirausaha sejak dini. Didik anak-anak agar mandiri sejak kecil. Latih 
anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. 
Orang tua yang memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan segala 
keinginannya maka akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau pun 
sempat berjualan semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga. Begitu 
juga ketika di bangku SD dan SMP. Dengan demikian, ketika selesai kuliah, sudah 
hafal bagaimana cara "bangkrut efektif", bagaimana "tertipu optimal", dan 
bagaimana usaha bisa remuk. Selesai kuliah, ijazah tidak diambil sehingga 
sampai sekarang saya tidak tahu ijazah saya seperti apa. Namun, dengan izin 
Allah tidak kurang rezeki sampai sekarang. Mencoba mengurus pesantren dengan 
jiwa wirausaha jadilah pesantren Daarut Tauhid seperti sekarang ini. Hal ini 
benar-benar membuat sebuah keyakinan bahwa jikalau jiwa kewirausahaan tertanam 
sejak awal pada diri kita, kita tidak akan pernah takut dengan apa pun. Karena 
itu, kalau saja bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha, 
tidak ada satu pun yang perlu kita takuti dan krisis ini. Hal yang paling tak 
enak didengar beliau adalah kalau ada yang bertanya, "Berapa sih tarifnva kalau 
manggil Aa Gym ceramah?" Duh, rasanya sedih sekali dengan pertanyaan seperti 
itu. Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah adalah panggilan kewajiban atas 
amanah ilmu yang ada. Bisa menyampaikan ilmu saja sudah merupakan rezeki yang 
luar biasa. Kalaupun ada yang berterima kasih, itu karunia Allah yang tak 
diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Itulah sebabnya 
beliau berusaha sekuat tenaga agar memiliki penghasilan sendiri. Apalagi 
sesudah regenerasi di Yayasan Daarut Tauhid sehingga beliau lebih leluasa dan 
sungguh-sungguh untuk membangun MQ Corporation, usaha pribadi yang beliau 
harapkan menjadi sumber rezeki yang halal serta mencukupi untuk keluarga dan 
biaya dakwah, sehingga dapat menghindari fitnah dan tak menjadi beban bagi 
umat. Selain itu juga bisa membuktikan bahwa bisnis berbasis moral sangat 
memungkinkan untuk maju, bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal ini juga menjadi 
laboratorium saya untuk berlatih mengelola bisnis yang profesional sebagai 
bahan untuk berdakwah dan tentunya juga membuat lapangan kerja yang lebih luas 
bagi masyarakat, khususnya para tetangga, kaum dhuafa, dan orang-orang cacat. 
Bagi beliau usaha yang ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang memiliki 
rezeki berlebih dan ingin usaha yang halal dan maslahat, untuk bergabung dalam 
sistem bagi hasil. Oleh karena itu, dan setiap keuntungan, selain disisihkan 
untuk zakatnya juga dikeluarkan biaya pendidikan bagi saudara kita yang dhuafa 
agar bisa maju bersama-sama. Alhamdulillah dengan didukung oleh tim yang 
berakhlak baik, konflik menjadi minimal dan kebocoran pun nyaris nihil. Bahkan, 
sesudah kemampuan pengelolanya dikembangkan, kinerja perusahaan kian baik dan 
professional. Dulu beliau berpikir pas-pasan, yaitu pas butuh ada. Tapi kini 
beliau berpikir sebaliknya. Beliau ingin menjadi orang kaya yang melimpah 
rezekinya serta halal dan berkah. Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang 
mau kaya dengan tetap taat kepada Allah. Dan juga supaya orang tak memandang 
sebelah mata karena menganggap kita butuh terhadap kekayaan mereka. Di samping 
itu juga diharapkan bisa sedikitnya memberi contoh bagaimana memanfaatkan 
kekayaan di jalan Allah. Semoga terpelihara dari fitnah dunia karena memang 
luas dunia ini amat menggoda dan melalaikan. 
Kebanyakan orang selalu meributkan modal berupa finansial, padahal menurut 
beliau modal itu adalah: Pertama, keyakinan kepada janji dan jaminan Allah. 
Kedua, kegigihan meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, menjadi 
orang yang terpercaya (kredibel). Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan 
terpercaya, selalu berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu 
berusaha mengembangkan ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif, 
inovatif dan solutif. Percayalah bahwa sebelum kita lahir, rezeki sudah lengkap 
disiapkan oleh Allah Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh menjemputnya, bukan 
mencarinya. Yang harus diperoleh justru keberkahan dari jatah kita. Dan semua 
itu akan datang kalau kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. 
Adapun keuntungan bukan hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris 
duniawi lainnya. Bagi beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang 
dilakukan ada di jalan Allah, bisnis kita jadi amal shaleh yang disukai Allah, 
dan menjadi jalan mendekat kepada-Nya. Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi 
personal guarantie. Dengan bisnis kita bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan, 
dengan bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya silaturahmi, dan dengan 
bisnis kita semakin banyak orang yang merasa beruntung. 
Jadi, walaupun keuntungan finansial tak seberapa didapat atau bahkan tak 
mendapatkannya, apabila keuntungan seperti di atas sudah didapatkan, beliau 
tetap merasa sangat beruntung. Beliau yakin pada saatnya Allah akan memberikan 
keuntungan dunia yang sesuai dengan waktu dan jumlahnya dengan kadar kebutuhan 
dan kekuatan iman beliau. 
Berbisnis bagi Aa Gym bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis dijalankan 
dengan cara yang salah hanya akan melahirkan kerakusan dan ketamakkan manusia. 
Sebaliknya bisnis yang dijalankan dengan niat dan cara yang benar adalah ibadah 
yang besar sekali pahalanya, karena dengan mengokohkan harga diri bangsa. 
Seperti disampaikan beliau dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian yang 
kuat akan berimbas pada tingkat kesehatan yang baik, sehingga akan meningkatkan 
kemampuan untuk berkarya dengan mengakses ilmu lebih banyak, hingga melahirkan 
sebuah bangsa yang cerdas. 
Visi Aa Gym dalam membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan beragam 
kegiatan bisnisnya, tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di pesantren ini 
menyatukan antara dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar. Dimensi dzikir ini sangat 
menekankan pada keikhlasan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan 
sisi penyeimbang hidup, dimana kita dituntut untuk senantiasa menyempatkan 
waktu, untuk berkontemplasi dan menjadikan setiap detik kehidupan kita 
bergantung kepada Tuhan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam 
setiap tindakan kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari 
perencanaan yang matang. Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan pentingnya etos 
kerja, melalui hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa kenal putus asa. 
Ketika dimensi tersebut jika dilakukan secara sinergis akan melahirkan pribadi 
yang unggul dan tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai kearifan. 
Kunci kesuksesan Aa Gym dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya, hingga 
telah berkembang menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada 
pembangunan kredibilitas para pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama 
yaitu, nilai kejujuran, kecakapan (profesionalisme), dan inovatif. Nilai 
kejujuran yang diajarkan meliputi ketepatan dalam menepati janji, manajemen 
waktu, memiliki fakta dan data yang jelas, terbuka, kemampuan mengevaluasi, 
rasa tanggung jawab dan pantang putus asa. 
Kecakapan dalam berbisnis ini selain diperlukan pendidikan yang penting juga 
adalah pelatihan nyata. Seperti ditulis oleh Syafi'i Antonio dalam artikelnya 
yang menceritakan tentang riwayat Rasulullah yang telah mendapat pendidikan 
entrepreneurship sejak usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu Thalib 
melakukan perjalanan bisnis. Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi tanggung 
jawab untuk mengurus seluruh bisnis pamannya, dan mulai merasakan persaingan 
dengan para pedagang yang lebih professional. Menginjak usia 25 tahun Beliau 
mendapatkan dukungan finansial dari konglomerat setempat Siti Khadijah yang 
kemudian menjadi istri Beliau. 
Nilai yang ketika yang dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal dengan 
bengkel akhlak ini adalah inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara lain 
melatih jiwa progressive, dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik 
sebagai kewajiban massal, mengadakan studi banding, melakukan 
pelatihan-pelatihan dan senantiasa memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap 
kreatif dan inovatif. 
Ketiga nilai tersebut telah dilakukan secara integral di Daarut Tauhid. Bisnis 
bagi Aa Gym akan terasa hambar jika nilai-nilai moral dikesampingkan, hanya 
akan menjadi materi sebagai dewa yang dikejar dan diagung-agungkan, dan 
akhirnya akan melahirkan jiwa-jiwa Brutus di setiap pelaku bisnis. 
Aspek-aspek modal dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan oleh Rasul jauh 15 
abad yang lalu, lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki Beliau yaitu sidiq 
(benar), amanah (terpercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (komunikasi). 
Nilai-nilai moral ini bersifat general truth, melintasi batas waktu, agama dan 
budaya. Jika disinergikan dengan strategi bisnis yang tepat akan mampu 
membangun kepercayaan konsumen yang kuat. Kepercayaan konsumen ini merupakan 
aset yang tidak ternilai. 
Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan pesantren pada umumnya masih 
tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan iklim demokrasi kurang 
berkembang sehingga seringkali timbul blind faith di kalangan santri. Fungsi 
manajemen yang dijalankan pun kurang mendapat sentuhan bahkan cenderung 
diabaikan. Pola kepemimpinan Darut Tauhid tidak lagi menempatkan figur sebagai 
sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren hadir hanya karena nilai khusus yang 
dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber, pola kepemimpinan yang lahir seperti 
ini karena otoritas karismatik. Kepemimpinan di Daarut Tauhid telah menerapkan 
system pendelegasian kerja, sebagai pengalihan wewenang formal manajer kepada 
bawahannya. Pemimpin diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati dan mau 
melayani, seperti pernah dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana SJ. Bahwa pada 
intinya pemimpin adalah tugas pengabdian mereka menjalankan the golden rule of 
leadership yaitu knows the way, shows the way and goes the way. Dari sisi 
manajemen Daarut Tauhiid telah menerapkan system lebih dari hanya sekedar 
menerapkan sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen modern. Dimana 
sistem manajemen yang berkembang saat ini tidak menjadikan manusia hanya objek 
pelaku agar materi dan kapital semakin produktif, tapi juga telah melahirkan 
aspek-aspek spiritual dan emosi dalam pemikiran manusia. Covey sendiri dalam 
hal ini telah melakukan terobosan baru dengan mengemukakan gagasannya tentang 
manajemen berbasis kepentingan yang kental dengan nuansa religius. 
Daarut Tauhid sendiri menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan sekaligus 
dalam konsep Manajemen Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati adalah 
fakultas utama dalam diri manusia yang sangat menentukan kualitas manusia itu 
sendiri, jika dimanajemeni dan dipimpin dengan benar akan melahirkan manusia 
paripurna dalam kehidupan dunia dan akhirat. 
Dalam kesehariannya Daarut Tauhid tidak pernah merengek-rengek meminta 
sumbangan, apalagi dengan menjaring dana di pinggir jalan. Dilihat dari 
fasilitas dan asset Daarut Tauhid termasuk pesantren yang maju dalam waktu 
singkat. DT pada awalnya hanya dikenal sebagai bengkel akhlak tetapi sekarang 
lebih menonjol di bidang ekonomi. "Memang kami memiliki strategi tersendiri, 
oleh karena itu visi dan misi Daarut Tauhid sendiri harus dikenali dahulu. 
Secara garis besar kami ingin membentuk SDM yang memiliki keunggulan dalam 
zikir, fikir dan ikhtiar, suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan," demikian 
penuturan Abdullah Gymnastiar. 
Dzikir, fikir dan ikhtiar ini merupakan konsep dasar dari MQ yang diajarkan 
sehari-hari melalui hal-hal kecil. Untuk menerapkan Daarut Tauhid sendiri 
memiliki lima aturan dasar pelatihan kepada para santrinya yang juga merupakan 
bagian dari roda perekonomian Daarut Tauhid. Pertama, seorang santri dilatih 
untuk berfikir keras, mengenal diri dan potensinya sehingga ia mampu mengenal 
kekurangan diri lalu memperbaikinya dan menempat dirinya secara optimal. Kedua, 
mereka dilatih untuk mengenal situasi lingkungannya sehingga bisa mendapatkan 
manfaat dari lingkungannya secara optimal sekaligus memberikan manfaat balik 
kepada lingkungan secara professional. Ketika, mereka dilatih untuuk membuat 
suatu perencanaan yang matang, sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur 
yang telah disepakati. Keempat, mereka dilatih untuk mengevaluasi setiap hasil 
karya mereka, bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dan senantiasa 
meningkatkan kinerja mereka. Kelima, ciri SDM yang akan dibentuk adalah yang 
unggul dalam berikhtiar. Kombinasi ibadah yang bagus, strategi hidup yang tepat 
dan ikhtiar dengan bersungguh-sungguh akan menjadikan hidup sebagai mesin 
penghasil karya. 
Pola MQ sampai sejauh ini telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini terbukti 
dari berkembangnya perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan meningkatnya 
kepercayaan masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan untuk 
mengadakan pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT 
Telkom, BNI, IPTN dan PT Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep 
manajemen Daarut Tauhid karena diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan 
menurunkan tingkat penyelewengan kerja, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme 
(KKN). 

Kirim email ke