Wa 'alaikum salam,
Kalau dilihat dari konteks kalimat sebelumnya kelihatannya cukup jelas Pak.
Wass / Jaerony.-
----- Original Message -----
From: "PRANA" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <jamaah@arroyyan.com>
Sent: Friday, May 09, 2008 10:50 AM
Subject: Re: [Ar-Royyan-7665] Permusuhan Yahudi Terhadap Islam
Assalamualaikum....
Maaf pak... saya agak bingung nih....
Ada kalimat yang tertulis "Bahkan sebelum Beliau lahir, kaum yahudi sudah
menampakkan permusuhannya tersebut".
Permusuhannya dengan siapa ya pak ?
----- Original Message -----
From: "jaerony" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <jamaah@arroyyan.com>; "'AL Ikhlash'" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, May 09, 2008 10:00 AM
Subject: [Ar-Royyan-7665] Permusuhan Yahudi Terhadap Islam
Original Message : "Abu Harits" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
PERMUSUHAN YAHUDI TERHADAP ISLAM (TINJAUAN HISTORIS)
Oleh : Abu Asma Kholid Syamhudi
http://www.almanhaj.or.id/content/2434/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/2435/slash/0
Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah diketahui dan sudah ada semenjak
dahulu, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai
dakwahnya. Bahkan sebelum beliau lahir, kaum Yahudi sudah menampakkan
permusuhannya tersebut. mereka merasa khawatir, pengaruh dakwah Islam ini
dapat menghancurkan impian dan rencana mereka. [1]
Substansi permusuhan Yahudi terhadap Islam adalah masalah agama, bukan
permusuhan yang menyangkut perebutan tanah, wilayah ataupun perbatasan,
sebagaimana opini yang berkembang di khalayak. Bukan masalah tersebut,
tetapi karena persoalan yang menyangkut aqidah dan Islam.
Musuh-musuh Islam dan para pengekornya terus berupaya membentuk opini,
bahwa hakikat pertarungan dengan Yahudi hanya sebatas perebutan wilayah,
pengungsi dan persoalan air. Sehingga menurut mereka, persengkataan ini
berakhir dengan (diciptakannya) hidup berdampingan secara damai,
perbaikan taraf hidup masing-masing, penempatan pemukiman secara
terpisah, dan pendirian sebuah negara sekuler kecil yang lemah di bawah
tekanan Zionisme. Semua itu, justru menjadi pagar pengaman bagi negara
Zionis. Kita semua tidak menyadari, bahwa permusuhan kita dengan Yahudi
sudah lama terjadi, semenjak berdirinya negara Islam di Madinah di bawah
kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta, yaitu Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam [2]. Permusuhan dan usaha Yahudi merusak Islam akan
berlanjut terus. Hal ini sudah terlihat dalam peringatan yang disampaikan
pendeta Buhairah terhadap Abu Thalib, ketika paman beliau ini menyertakan
Rasulullah waktu masih kecil dalam perjalanan dagang bersamanya.
Pemusuhan Yahudi, telah dijelaskan dalam firman-Nya
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik” [Al-Maidah : 82]
Melihat demikian panjang sejarah dan banyaknya permusuhan Yahudi terhadap
Islam dan Negara Islam, maka dalam tulisan ini, kami ringkas dalam tiga
marhalah [3].
Marhalah Pertama : Upaya Dan Cara Yahudi Menghalangi Dakwah Islam Pada
Masa Awal Perkembangan Dakwah Islam.
Di antara upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam pada masa-masa awal
perkembangan Islam adalah.
[1]. Melancarkan Embargo Dalam Bidang Ekonomi
Pada awal perkembangan Islam di Madinah, kaum Muslimin dalam kondisi
perekonomian yang sangat lemah. Kaum Muhajirin datang ke Madinah tidak
membawa harta. Adapun kaum Anshar yang menolong mereka pun, bukan
pemegang perekonomian Madinah. Oleh karena itu, Yahudi menggunakan
kesempatan ini untuk menjauhkan kaum Muslimin dari agama yang dipeluknya,
dan melakukan embargo ekonomi.
Para pemimpin Yahudi enggan membantu perekonomian kaum Muslimin. Ini
terjadi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu
Bakar menemui para pemimpin Yahudi untuk meminjam harta guna membantu
urusan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Abu Bakar memasuki
Baitul Midras (tempat ibadah kaum Yahudi) didapatinya kaum Yahudi sedang
berkumpul dipimpin oleh Fanhaash, seorang pembesar Bani Qainuqa. Dia
merupakan salah satu ulama besar, dan mereka didampingi seorang pendeta
Yahudi bernama Asy-ya.
Setelah Abu Bakar menyampaikan surat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepadanya, maka ia membaca sampai selesai dan kemudian berkata,
seraya menghina : “Rabb kalian membutuhkan bantuan kami”.[4]
Perlakuan mereka tidak cukup hanya sampai di sini saja, bahkan mereka
juga enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang
jual-beli dan amanah kepada kaum Muslimin.
Perlakuan mereka tidak cukup hanya sampai di sini saja, bahkan mereka
juga enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang
jual-beli dan amanah kepada kaum Muslimin. Mereka berdalih, bahwa hutang,
jual-beli dan amanah tersebut, terjadi sebelum Islam. Dan masuknya mereka
ke dalam Islam. Ini berarti menghapus itu semua. Oleh karena itu, Allah
berfirman.
“Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu ; dan di antara mereka ada
orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang
demikian itu lantaran mereka mengatakan : “Tidak ada dosa bagi kami
terhadap orang-orang ummi”. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal
mereka mengetahui” [Ali-Imran : 75]
[2]. Menyulut Fitnah Dan Kebencian
Dalam upaya menghalangi dakwah Islam, kaum Yahudi menciptakan fitnah dan
kebencian antara sesama kaum Muslimin yang pernah ada di kalangan
penduduk Madinah. Yaitu dari Aus dan Khazraj semasa jahiliyah. Sebagian
orang yang baru masuk Islam menerima ajakan kaum Yahudi, namun dapat
dipadamkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana kisah yang dibawakan Ibnu Hisyam dalam Sirah Ibnu Hisyam
(2/588), ringkas kisahnya : Seorang Yahudi bernama Syaas bin Qais
mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis dengan kaum
Anshar. Kemudian pemuda Yahudi ini mengingatkan kaum Anshar tentang
kejadian perang Bu’ats, hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar
membawa senjata masing-masing. Hasutan ini sampai kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
segera berangkat bersama para sahabat Muhajirin untuk menemui mereka dan
bersabda.
“Wahai kaum Muslimin, alangkah keterlaluan kalian. Apakah (kalian
mengangkat) seruan jahiliyah, padahal aku ada diantara kalian setelah
Allah tunjuki kalian kepada Islam dan memuliakan kalian, memutus perkara
jahiliyah dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam, serta
menyatukan hati kalian”.
Mendengar seruan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka
sadar. Bahwa ini merupakan godaan setan dan tipu daya musuh, sehingga
mereka menangis dan saling memaafkan, yaitu antara Aus dan Khazraj.
Mereka pun pergi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
patuh dan taat. Allah menurunkan firman-Nya.
“Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah,
padahal Allah Maha Menyaksikan pada yang kamu kerjakan”. Katakanlah :
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah
orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok,
padahal kamu menyaksikan”, Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan” [Ali-Imran : 99] -5]
[3] Menyebarkan Keraguan Pada Diri Kaum Muslimin
Orng-orang Yahudi berusaha memasukkan keraguan di hati kaum Muslimin,
dengan melontarkan syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan keimanannya
terhadap Islam. Dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya.
“Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya) :
“Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa-apa yang diturunkan
kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang
dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka orang-orang mu’min)
kembali (kepada kekafiran)” [Ali-Imran : 72]
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini dengan pernyataan beliau ;
“Ini merupupakan tipu daya yang mereka inginkan, untuk merancukan agama
Islam kepada orang-orang yang lemah imannya. Mereka sepakat menampakkan
keimanan pada pagi hari (permulaan siang) dan shalat Shubuh bersama kaum
Muslimin. Lalu ketika di akhir siang hari (sore hari), mereka murtad dari
agama Islam, agar orang-orang yang jahil mengatakan, bahwa mereka murtad,
tidak lain karena adanya kekurangan dan aib dalam agama kaum Muslimin”
[6]
[4]. Memata-Matai Kaum Muslimin
Ibnu Hisyam menjelaskan adanya sejumlah orang Yahudi yang memeluk Islam
untuk memata-matai kaum Muslimin, menyadap berita dari Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam yang ingin beliau lakukan kepada orang-orang
Yahudi dan kaum musyrikin. Di antaranya : Sa’ad bin Hanif, Zaid bin
Al-Listhi, Nu’maan bin Aufa bin Amru dan Utsman bin Aufa, serta Rafi bin
Huraimila. [7]
Untuk menghancurkan tipu daya mereka, Allah berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah
kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu
beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu,
mereka berkata : “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka
menggigit ujung jari lantaran marah dicampur benci terhadap kamu.
Katakanlah (kepada mereka) : “Marilah kamu karena kemarahanmu itu”.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati” [Ali-Imran : 118-119]
[5]. Berusaha Memfitnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Orang-orang Yahudi tidak pernah berhenti berusaha memfitnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah kisah yang disampaikan
Ibnu Ishaq, beliau berkata ; Ka’ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin
Shuri dan Syaas bin Qais saling berembuk dan sepakat menemui Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memfitnah agama beliau. Kemudian,
mereka pun menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata :
“Wahai Muhammad, engkau telah mengetahui, kami adalah ulama dan tokoh
terhormat serta pemimpin besar Yahudi. Apabila kami mengikutimu, maka
seluruh orang-orang Yahudi akan ikut dan tidak akan menyelisihi kami.
Sungguh antara kami dan sebagian kaum kami terjadi persengketaan. Apakah
boleh kami berhukum kepadamu, lalu engkau adili dengan memenangkan kami
atas mereka?” Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan
menerimanya lalu turunlah firman Allah.
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik” [Al-Maidah : 49]
Marhalah Kedua : Masa Peperangan Antara Kaum Yahudi Dan Kaum Muslimin
Pada Zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Orang-orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada
kaum Muslimin. Mereka pun menampakkan diri bergabung kepada kaum
musyrikin, dengan menyatakan permusuhan secara terang-terangan terhadap
Islam dan kaum Muslimin. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tetap menunggu, sampai mereka benar-benar telah melanggar dan membatalkan
perjanjian yang pernah dibuat di Madinah.
Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut, kemudian Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan tindakan untuk menghadapi mereka,
dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada
mereka. Di antara keputusan penting tersebut adalah pengusiran Bani
Qainuqa, pengusiran Bani Nadhir, perang Bani Quraidzah, dan penaklukan
kota Khaibar. Setelah terjadinya hal tersebut, maka orang-orang Yahudi
terusir dari jazirah Arab.
Marhalah Ketiga : Tipu Daya Dan Makar Orang-Orang Yahudi Terhadap Islam
Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Wafat.
Orang-orang Yahudi memandang , tidak mungkin melawan Islam dan kaum
Muslimin selama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masih hidup.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, orang-orang Yahudi
melihat adanya kesempatan untuk kembali membuat makar. Mereka mulai
merencanakan dan menjalankan tipu daya untuk memalingkan kaum Muslimin
dari agamanya.
Mereka melakukannya secara lebih baik dan teliti dibandingkan sebelumnya.
Mereka bermaksud mewujudkan sebagian targetnya, yang dilatar belakangi
oleh beberapa sebab, diantaranya :
a). Kaum Muslimin kehilangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b). Orang Yahudi dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari
usaha-usaha mereka terdahulu, sehingga dapat menambah hebat dalam membuat
makar dan tipu daya.
c). Masuknya sebagian orang Yahudi ke dalam Islam dengan tujuan
memta-matai kaum Muslimin dan merusak mereka dari dalam tubuh kaum
Muslimin
Membicarakan tipu daya dan makar Yahudi terhadap kaum Muslimin, sejak
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat hingga kini, membutuhkan
pembahasan yang sangat panjang. Namun kami cukupkan dengan mengambil
contoh tiga peristiwa besar dalam perjalanan kaum Muslimin.
[1]. Fitnah Pembunuhan Khalifah Utsman Radhiyallahu ‘Anhu
Ini merupakan awal keberhasilan Yahudi menyusup dan merusak Islam dan
kaum Muslimin. Tokoh Yahudi yang bertanggung jawab atas peristiwa ini
adalah Abdullah bin Saba, yang dikenal dengan Ibnu Sauda. Kisahnya cukup
masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab sejarah Islam.
[2]. Fitnah Maimun Qadah Dan Perkembangan Sekte Bathiniyah
Keberhasilan Abdullah bin Saba menciptakan fitnah di kalangan kaum
Muslimin dan mengajarkan Saba’isme, membuat orang-orang Yahudi semakin
berani. Belum reda fitnah Sabaiyah, mereka sudah memunculkan tipu daya
yang baru, dipimpin seorang Yahudi bernama Maimun bin Dishan Al-Qadah,
dengan membuat sekte Bathiniyah di Kufah, tahun 276H
Imam Al-Baghdadi menceritakan : “Di antara orang yang membangun sekte
Bathiniyah adalah Maimun bin Dishaan, yang dikenal dengan Al-Qaadah.
(Dia) seorang maula bagi Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq yang berasal dari
daerah Al-Ahwaz, dan Muhammad bin Al-Husain yang dikenal dengan Dandaan.
Mereka berkumpul bersama Maimun Al-Qadah di penjara Iraq, lalu membangun
sekte Bathiniyah” [8]
Tipu daya Yahudi ini terus berjalan dengan beragam bentuk, sehingga sekte
ini berkembang menjadi sangat luas, di kalangan kaum Muslimin,
sampai-sampai menghalalkan pernikahan sesama mahram dan hilangnya
kewajiban syari’at pada seseorang. [9]
[3]. Penghancuran Kekhilafahan Turki Utsmani Oleh Gerakan Masoniyah, Yang
Kemudian Berdampak Perpecahan Di Kalangan Kaum Muslimin.
Orang-orang Yahudi mengetahui, bahwa sumber kekuatan kaum Muslimin adalah
jika mereka bersatu dibawah kepemimpinan dalam naungan Kekhilafahan
Islamiyah. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk meruntuhkan
kekhilafahan yang telah ada sejak zaman Khulafa-ur Rasyidin, sampai
kemudian berhasil meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah.
Orang-orang Yahudi memulai konspirasinya dalam meruntuhkan Negara Turki
Utsmaniyah pada masa Sultan Murad ke-2 (tahun 834-855H). setelah itu,
pada masa Sultan Muhammad Al-Faatih (tahun 856-886H), beliau meninggal
diracun oleh thobib (dokter) beliau yang seorang Yahudi bernama Ya’qub
Basya. Demikian juga Yahudi berhasil membunuh Sultan Sulaiman Al-Qanuni
(tahun 926-974H) dan cucu-cucunya yang diatur oleh seorang Yahudi bernama
Nurbanu.
Konspirasi Yahudi ini terus berlangsung pada masa Kekhilafahan
Utsamaniyah, lebih dari 400 tahun, hingga keruntuhannya di tangan
Mutsthafa Kamal Ataturk. Dalam perjalanan tipu dayanya, mereka
menggunakan berbagai kekuatan, misalnya :
[1]. Yahudi Ad-Dunamah. Di antara tokohnya adalah Madhat Basya dan
Musthafa Kamal Ataturk. Mereka sangat berperan dalam menghancurkan
Kekhilafahan Utsmaniyah.
[2]. Salibis Eropa yang sangat membenci Islam dan kaum Muslimin. Mereka
menekan negara Eropa, seperti Bulgaria, Rumania, Namsa, Perancis, Rusia,
Yunani dan Italia.
[3]. Organisasi bawah tanah (rahasia), khususnya Masoniyah yang terus
berusaha merealisasikan tujuan dan target Zionis.
Catatan mutakhir telah merekam usaha-usaha Musthafa Kamal Ataturk dalam
menghancurkan Kekhilafahan Utsmaniyah, di antaranya :
a). Pada awal November 1922M ia menghapus kesultanan dan membiarkan
kekhilafahan.
b). Pada 18 November 1922M, ia mencopot Wahiduddin Muhammad ke-6 dari
kekhilafahan.
c). Pada Agustus 1923M, ia mendirikan Hizbusy-Sya’b Al-Jumhuriyah (Partai
Rakyat Republik) dengan tokoh-tokoh pentingnya kebanyakan dari Yahudi
Ad-Dunamah dan Masoniyah.
d). Pada 20 Oktober 1923M, Republik Turki diresmikan dan Al-Jum’iyah
Al-Wathaniyah (Organisasi Nasional) memilih Musthafa Kamal Pahsya
Attaturk sebagai Presiden Turki.
e). Pada 2 Maret 1924M, kekhilafahan dihapus total.
Demikian catatan ringkas sejarah permusuhan Yahudi, sejak zaman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga masa mutakhir ini, mereka
tak henti-hentinya melakukan makar, tipu daya dan permusuhan terhadap
kaum Muslimin. Mudah-mudahan uraian ringkas ini dapat menjadi pelajaran
bagi kaum Muslimin.
Untuk lebih detail tentang sekte Bathiniyah, silahkan merujuk kepada
kitab-kitab yang memuat pembahasan sekte-sekte dalam Islam.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M.
Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi
Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
[1]. Al-Yahudiyah wal Masuniyah, karya Syaikh Abdurrahman Ad-Dausari,
Cetakan Pertama, Tahun 1414H, Darus Sunnah, Kairo, halaman 25
[2]. Majalah Al-Ashalah, edisi 30/Th. V/15/Syawwal 1421H. Lihat
terjemahannya oleh Ust. Ahmas Fais dalam Majalan As-Sunnah Edisi
8/V/1422/2001M. halaman 19.
[3]. Pembagian dan penjelasan tiga marhalah ini diambil dari kitab
Badzlul Majhud fi Itsbat Musyabahatil Rafidhah bil Yahud, Abdullah
Al-Jumaili, 1/40-69, secara ringkas dengan penambahan dari beberapa
referensi yang disebutkan dalam footnote.
[4]. Badzul Majhul, 1/42. Riwayat ini juga dibawakan Imam Ath-Thabrani,
Ibnu Katsir dan Al-Baghawi dalam tafsir mereka terhadap firman Allah
surat Ali-Imran ayat 181. lihat Tafsir Ath-Thabari 7/444
[5]. Diringkas dari Badzlul Mahjhud, 1/44-45
[6]. Tafsir Ibnu Katsir, 1/273
[7]. Lihat Sirah Ibnu Hisyam, 2/556
[8]. Al-Farqu Bainal Firaq, halaman 282, dinukil dari Badzlul Majhud,
1/61
[9]. Untuk lebih detail tentang sekte Bathiniyah, silahkan merujuk kepada
kitab-kitab yang memuat pembahasan sekte-sekte dalam Islam.
_________________________________________________________________
Manage multiple email accounts with Windows Live Mail effortlessly.
http://www.get.live.com/wl/all
------------------------------------
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata: Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum. (HR.
Muttafaq alaih) Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di
dalam gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman.
(Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)
--
Internal Virus Database is out-of-date.
Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.516 / Virus Database:
269.19.11/1244 - Release Date: 1/25/2008 7:44 PM
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata: Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum. (HR.
Muttafaq alaih) Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di
dalam gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman.
(Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata: Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum. (HR. Muttafaq alaih) Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di dalam gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)