WARNING: Jika Anda tidak berkenan dengan artikel ini langsung saja dihapus; 
jika tertarik diskusikan; dan jika isinya sesat dan tidak benar beritahukan.

**********************************



Khutbah Jum'at
17/4/2008 | 10 Rabiul Akhir 1429 H | Hits: 3.383
Menggapai Kebahagiaan Hakiki 
Oleh: Thalhah Nuhin, Lc. 
--------------------------------------------------------------------------------

  

dakwatuna.com - "Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam 
surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu 
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya." Huud:108

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya 
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam 
keadaan buta." Thahaa:124

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Suatu hari, di dalam sebuah rumah tangga terjadi pertengkaran yang sengit 
antara suami istri. Sang suami berkata kepada istrinya dengan kemarahan yang 
luar biasa seraya berkata: "Sungguh aku akan menjadikan kamu menderita dan 
celaka!!!". Dengan suara lirih istrinya menjawab: "Kamu tidak akan pernah bisa 
mencelakakanku sebagaimana kamu tidak bisa membahagiakanku!". Dengan nada heran 
sang suami balik bertanya: "Mengapa tidak bisa?". Istrinya menjawab dengan 
tegas dan yakin: "Sekiranya kebahagiaan itu hanya berkaitan dengan uang belanja 
dan perhiasan, niscaya kamu bisa menghentikan. Akan tetapi kebahagian itu hanya 
ada pada suatu yang dimana kamu dan semua manusia tidak akan pernah 
menguasainya." Dan dengarkan baik-baik: "Sesungguhnya kebahagianku ada dalam 
imanku, sementara imanku ada dalam relung hatiku dan hatiku hanya ada dalam 
genggaman Rabbku." 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah...

Makna kebahagian ini juga pernah diungkapkan oleh Hujjatul Islam, Imam Ibnu 
Taimiah - rahimahullah - "Apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku terhadapku? 
Surgaku dan tamanku ada di hatiku.bila aku berjalan maka ia bersamaku dan tidak 
pernah berpisah dariku.. Penjaraku adalah kesendirianku (dengan 
Rabbku).kematianku adalah syahadah (syahid)..pengusiranku dari negeriku adalah 
wisata bagiku." 

Ya, inilah kebahagiaan yang diinginkan oleh Islam dalam kehidupan kita. Bahagia 
dengan nilai-nilai keimanan, bahagia di saat melaksanakan ketaatan kepada Allah 
swt. dan bahagia dalam naungan keislaman. Allah swt. berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian 
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka 
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa 
sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan 
Allah kepadamu" Fushshilat : 30

Jama'ah yang dimulyakan Allah..

Ketika kita istiqomah dalam memegang ajaran agama Allah swt, maka kita akan 
merasakan keamanan dan kenyamanan yang luar biasa. Bahkan surga Allah swt. 
menanti di akhirat kelak, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah swt dalam 
ayat di atas. Rasa aman dan tentram dalam hidup adalah tanda kebahagian 
seseorang. Rasulullah saw. juga bersabda:

Dari Anas bin Malik berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa yang 
menjadikan akhirat tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, 
memudahkan segala urusannya dan dunia akan datang kepadanya dengan hina (tidak 
pernah menguasai hati, semakin kaya semakin bersyukur-pen). Dan barang siapa 
yang menjadikan dunia tujuannya, maka Allah akan meletakkan kefakirannya di 
antara kedua matanya, mencerai-beraikan segala urusannya dan dunia tidak akan 
datang kecuali hanya sekedarnya." Imam At-tirmizi

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah...

Adakalanya kita temukan dalam realitas kehidupan kita, bahwasanya sebagian 
manusia ada yang merasa bahagia dengan harta yang melimpah ruah. Mereka puas 
dan bahagia ketika berfoya-foya, menghamburkan kekayaannya dan hal-hal yang 
tidak berfaedah lainnya. Ada juga yang puas dan bahagia dengan menjalankan 
kemaksiatan dan kemungkaran. Merasa tentram dan nyaman dengan segala aksi 
asusila, menontonkan aurat dan selingkuh serta berganti-ganti pasangan. Bahagia 
dengan minuman keras, ekstasi dan perjudian.

Jama'ah yang dimulyakan Allah...

Namun di balik kehidupan yang serba gelap dan kebahagian yang semu, kita masih 
melihat hamba-hamba Allah swt. yang mengoptimalkan harta, waktu dan tenaga 
untuk membangun amal unggulan dan amal shaleh. Mereka merasa bersalah ketika 
tidak memperhatikan saudara-saudaranya yang sedang dihimpit kesusuhan. Mereka 
yang menghadapi ujian seperti saudara kita yang terkena gempa, dilanda banjir 
dan tanah longsor. Saudara kita yang lain yang berada di negeri-negeri Islam 
seperti muslim Ghaza Palestine, Iraq, Chechnya, Afghanistan dan yan lainnya. 
Kegelisahan dan kegamangan merasuki jiwa mereka tatkala meninggalkan amal-amal 
shaleh, tidak tilawah, tidak sholat berjama'ah dan amal kebaikan yang lain. 
Oleh karenanya Imam Hasan Al-Bashari - rahimakumullah - berkata:

"Carilah kebahagiaan dalam tiga hal: dalam sholat, dalam dzikr dan dalam 
tilawat Al-Quran."

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah..

Imam Ibnu Qoyyim - rahimahullah - mengklasifikasikan kebahagian yang 
mempengaruhi suasana jiwa seseorang menjadi tiga.

Pertama; kebahagian yang berkaitan dengan eksternal. Yaitu bahagia dengan harta 
yang berada di luar diri manusia. Ia bahagaia ketika mendapatkan kekayaan. 
Inilah kebahagian yang disebut dengan "ladzdzah wahmiah khayaliah" (kebahagiaan 
semu). Dan ketika ia bahagia membelanjakan hartanya untuk memenuhi syahwatnya 
yang dilarang, maka inilah yang disebut "ladzdzah bahimiah" (kebahagiaan dan 
kenikmatan hewani).

Kedua, kebahagiaan yang berkaitan dengan nikmat badaniah. Bahagia dengan 
kesehatan yang prima, bahagia dengan kesempurnaan ciptaannnya, bahagia dengan 
kecantikan dan kemolekan tubuhnya dan nikmat badaniah yang lain. Ini juga 
termasuk kebahagiaan yang semu. Alangkah indahnya ungkapan penyair Arab:

"Wahai pelayan jasad, berapa banyak kamu sengsara dalam melayani. Kamu hanya 
dengan ruh bukan dengan jasad, disebut manusia."

Dan - jama'ah rahimakumullah - yang ketiga adalah kebahagiaan yang sebenarnya. 
Kebahagian dunia akhirat. Kebahagiaan abadi dan hakiki. Kebahagiaan yang kita 
dambakan semua. Yaitu kebahagiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketaatan 
kepada Allah swt.

Sebab-Sebab Bahagia

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah....

Untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki, kita harus memiliki sebab-sebab yang 
melahirkan kebahagiaan ini.

Pertama, Keimanan dan Tauhid

"Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, 
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa 
yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak 
lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah 
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman". Al-An'am:125

Keimanan dan ketauhidan yang mengkristal dalam jiwa seorang muslim merupakan 
sumber dari segala sumber kebahagiaan. Keiistiqamahan dalam bertauhid akan 
memberikan energi baru untuk menghadapi segala ragam kehidupan. Ia tidak akan 
pernah takut dan bersedih dalam menjalani kehidupan dalam kondisi apupun. Baik 
dalam kondisi lapang maupun kondisi dan situasi yang sempit. Maka ia tetap 
eksis dalam menjalani kehidupan dengan kekuatan iman ini.

Kedua, Tazkiatun Nafs (mensucikan diri)

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.

Salah satu sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan seseorang dalam hidup ini 
adalah kesuciaan jiwa. Jiwa yang suci akan mendatangkan banyak manfaat dan 
kebaikan dalam kehidupan seseorang di dunia maupun di akhirat. Karena pangkal 
kebaikan diri seseorang, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa diawali dengan 
kebaikan jiwa seseorang. Manusia yang memiliki jiwa yang suci nan sehat akan 
senantia komitmen dengan nilai-nilai kebaikan. Oleh karenanya Allah swt. 
berfirman:
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya 
merugilah orang yang mengotorinya." Asy-Syamsy: 8-10

Rasulullah Saw bersabda: ".Ketauhilah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal 
daging. Jika ia baik, seluruh tubuhpun baik, dan jika ia rusak, seluruh tubuh 
pun rusak. Ketauhilah, segumpal daging itu adalah hati." (Bukhari Muslim)

Ibnu Rajab berkata: "Hati yang baik adalah yang terbebas dari segala penyakit 
hati dan berbagai perkara yang dibenci, hati yang penuh kecintaan dan rasa 
takut kepada Allah, dan rasa takut berjauhan dari Allah swt."

Ketiga, Sholat 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah..

Sebab kebahagiaan yang lain adalah sholat. Karena sholat adalah cahaya, 
ketenangan dan ketentraman dalam jiwa kita. Sholat juga penghubung antara Allah 
dan hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan sholat mereka menemukan 
ketenangan dan kebahagiaan. Bahkan dalam menghadapi musibah pun diperintahkan 
untuk sholat. Allah berfirman: "Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) 
dengan kesabaran dan sholat." Al-Baqarah : 45

Rasulullah bersabda: "Dijadikan ketenanganku di dalam sholat," dan apabila 
mendapatkan kesulitan, beliau berkata kepada Bilal," Wahai Bilal, qamatlah! 
Agar dengan sholat tersebut kami tenang." (Imam Abu Dawud)

Keempat, Ridho dan Qona'ah

Ridho dan qana'ah merupakan akhlak mulya yang harus dimiliki oleh setiap 
muslim. Karena ridho dan qana'ah adalah bentuk ketulusan, keikhlasan dan 
ketundukan seorang hamba dalam menerima hasil akhir dari amal usaha. Dengan 
ridho, manusia akan menerima segala keputusan yang telah digariskan oleh Allah. 
Baik yang berkaitan dengan dirinya, keluarga maupun harapan-harapan lain yang 
sangat dicita-citakan dalam kehidupannya. Kekuatan ridho dan qana'ah akan 
membendung keputusasaan dan kesedihan yang akan masuk dalam ruang kepribadian 
kita. Allah swt. berfirman:

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu 
sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami 
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami 
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang 
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang 
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi 
membanggakan diri." Al-Hadiid: 22-23

Kelima, Dzikir

Seorang mukmin sangat memerlukan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Karena 
itu, ia perlu memperbanyak dzikir kepada Allah, agar senantiasa berhubungan 
dengan Allah, bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan dan ampunannya. Dengan 
senantiasa berdzikir kepada Allah dalam kondisi apapun, manusia akan merasa 
tentram, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa khawatir dan kesedihan dalam 
jiwanya. Oleh karenanya Allah berfirman:
" (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan 
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi 
tenteram." Ar-Ra'du: 28

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah..

Semoga dengan sentuhan ayat-ayat Allah swt. dan hadits Nabawiah kita semua bisa 
melakukan perbaikan diri kita dalam kehidupan yang fana ini. Agar kita 
mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. 
Dan semoga kita dijadikan oleh Allah swt. hamba-hamba-Nya yang sholeh, 
model-model muslim yang ideal nan mempesona. Aamiin Yaa Mujiibassaa'iliin.



http://www.dakwatuna.com/2008/menggapai-kebahagiaan-hakiki/

Kirim email ke