pa Agus, sy sngat terkesan dgn tilisan ini, mestinya umat islam memiliki 
maindset seperti pa Mario, biar Islam betul2 dirasakan sbg 
rahmatanlilalamin.....

--- Pada Kam, 12/3/09, Agus Rasyidi <ras...@wicaksana.co.id> menulis:


Dari: Agus Rasyidi <ras...@wicaksana.co.id>
Topik: [Ar-Royyan-8788] Fw: Siapa Sebenarnya Mario Teguh...?
Kepada: jamaah@arroyyan.com, milis_i...@googlegroups.com
Tanggal: Kamis, 12 Maret, 2009, 5:06 AM



----- Original Message ----- From: ucceph Sent: Wednesday, March 11, 2009 4:50 
PM

----- Forwarded Message ----
From: AH Musyafa Sent: Thursday, March 5, 2009 10:50:13 PM
Subject: Fw: Sufisme dalam diri Mario teguh

Buat yang nge-fans Mario Teguh,,,,semoga bermanfaat.

Petikan Wawancara Mario Teguh dengan SUFINEWS, untuk menjawab siapa
sebetulnya beliau..

Pak Mario, Saat memberikan terapi atau memotivasi, di antara Ilmu
Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?

Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya "peta" yang ada
dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar
dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah
kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan
kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas
kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga
hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari
ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata
tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan
dengan kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati
keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau
kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat
menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati
(haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!

Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!

Ha.ha.ha.terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam
menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya
menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan
agama Islam secara formal atau verbal.

Kenapa ?

Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan
"ya !" terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red)
kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan.
Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan
yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa
ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.
Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam
itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok
yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu
sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya.
Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus
tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu
mengunggul-unggulka n agama kita yang memang sudah unggul dihadapan
saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam
bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan
pemeluk) agama lain.

Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?

Ha.ha.ha.ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan
manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak
akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan
Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas
orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang
menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang
menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas.
Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di
zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam
menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada
orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!?
Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima
semua pemeluk agama lain.

Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk
agama ?

"Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri.
Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnya
bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi
pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain,
produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan
kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa
besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan
penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan
menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalam
cermin," begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat
dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.

Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah
segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran
apa-apa disana ?

Di atas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari kepada
isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang
tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena
didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin
mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya
merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam
menjalankan sebuah amanah.. Apalagi jika kita bicara tentang "cermin",
akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu
harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci tertentu.
Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan pasukannya
ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, "Semoga kalian
sukses!". Kalimat "Semoga" disitu menyimpan harapan campur tangan
kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang
tersembunyi dikedalaman relung hati kita yang paling dalam.

Apa arti sukses menurut anda ?

Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa
sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak
ada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan
kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian
sulit menemukan kesuksesan-kesukses an yang pernah diraihnya.
Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone
kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini
Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada
diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari ini
Anda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi,
maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang
pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin
percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.
Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, "Biarlah kita sekarang susah,
asal nanti kita sukses". Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya
bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar
harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang
mengatakan, "Sukses akan melahirkan sukses yang lain." Nah dari pepatah
ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat
kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk
mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih
besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat
sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.

Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu
'Atha'illah, yang mengatakan, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi
sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak
sempurna hasilnya." Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati
dalam diri kita ?

O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan
hati diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita
punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya
katakan pada diri sendiri, "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin
mendapatkan input dari sekelilingku" , "Aku masih ingin mendapatkan
pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik".

"Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari
sekelilingku" , "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan
dari mana saja agar dapat lebih baik". Jika ditilik dari kehidupan kita,
umat Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan
masih menjadi problem besar tersendiri ya ?

Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita
sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul
hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan
sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, "Orang itu
madzhabnya apa ?." Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu
madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah
menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara
Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.
Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir
dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat
yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara "orang luar"),
mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau
persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri
perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan
pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.

Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?

Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja
selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka.
Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada
juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku
bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah.
Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari
Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu
kepada-Nya.

Pengalaman lain ?

Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman
yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di
acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut
agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi
komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan
lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang
muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang
muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin
adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak
Mario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus
menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam.
..




------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus 
kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)




      Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke