From: Donny A. Wiguna 

PERPULUHAN: APAKAH HARUS?

Belum lama ini saya terlibat dengan pembicaraan yang menarik di kantor.
Mula-mula pembicaraannya adalah tentang Hukum Taurat, serta apa bedanya dengan 
Kitab Taurat. Dengan mudah kami semua sama-sama memahami bahwa yang disebut 
dengan Kitab Taurat atau Torah adalah lima kitab Musa:
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Hukum Taurat terkandung di 
dalam Kitab Taurat, meliputi berbagai aturan tentang ibadah/ritual, aturan 
sosial, dan moralitas. Selain Hukum, Kitab Taurat juga berisi berbagai riwayat, 
informasi orang dan tempat, serta
penjelasan tentang latar belakang sejarah Israel.

Kita bisa belajar dari Paulus tentang sasaran dari Hukum Taurat:
1 Tim 1:9  ...yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang 
yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan 
orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan 
pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya,... 
Gal 3:24  Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, 
supaya kita dibenarkan karena iman. 

Dari sini, dengan cepat kita bisa mengikuti pengajaran bahwa Kristus telah 
menggenapi Hukum Taurat, telah menyelesaikan Perjanjian Lama antara Allah 
dengan bangsa Israel. Kini adalah masa Perjanjian Baru, suatu tatanan baru yang 
tersedia bagi semua orang, segala bangsa, yang dengan tulus dan kesungguhan 
bersedia percaya kepada Kristus. Hukumnya
bukan lagi Hukum Taurat yang justru membuat orang jadi berdosa, melainkan hukum 
Roh yang menyelamatkan manusia melalui iman. Tentang ini, saya dan teman-teman 
di kantor pun setuju dengan suara bulat.
Kemudian, kami membicarakan akibatnya. Apa akibat yang terjadi setelah ada 
Perjanjian Baru? Apa arti Kitab Taurat bagi orang Kristen?

Ketika kita membaca Kitab Taurat, di dalamnya kita menemukan penuturan tentang 
diri TUHAN, Allah pencipta. Kita belajar tentang karakter-Nya, tentang apa yang 
Ia suka dan tidak suka. Kita belajar tentang konsistensi-Nya, kekudusan-Nya, 
keadilan-Nya, juga belas kasih-Nya. Bukankah Allah yang membinasakan semua 
orang yang tidak menjaga kekudusan adalah juga Allah yang menyuruh orang Israel 
menolong keledai musuh yang masuk rebah karena terlalu banyak beban (Kel 23:5)?

Jadi, walaupun Hukum Taurat sudah digenapi dan tidak menjadi patokan lagi, 
karakter Allah yang dinyatakan melalui Hukum itu tetap berlaku. Ia tetap 
menginginkan kesungguhan hati, menjaga kekudusan, juga kesetiaan.
Ia tetap menginginkan hubungan sosial yang saling menjaga dan memelihara, juga 
mempertahankan moralitas yang sempurna. Tentang hal-hal ini, Allah tidak 
berubah; Ia tetap sama, dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Hanya, aturan 
ibadah yang berpusat pada korban sebagai penjaga hubungan antara manusia dengan 
Allah telah digantikan dan dipenuhi dengan sempurna oleh Tuhan Yesus Kristus, 
jadi tidak perlu lagi dilakukan. Jalan itu kini telah terbuka lebar, tirai 
penutup telah terkoyak besar, terbelah dari atas sampai ke bawah.
Karena itu, tidak lagi dibutuhkan para imam yang secara rutin mempersembahkan 
korban. Tidak lagi dibutuhkan orang-orang Lewi yang bergiliran bertugas di Bait 
Allah; kini KITA adalah Bait Allah. Dan kita adalah anak-anak Allah, karena 
kita kini bisa memanggil dengan sebutan
Bapa kepada Allah kita di Surga. Bukankah sangat mengherankan, juga amat indah, 
bisa memanggil Bapa kepada-Nya?
Lalu, karena aturan korban tidak lagi dijalankan dan orang Lewi tidak lagi 
dibutuhkan, maka bagaimana tentang PERPULUHAN? Jika kita mempelajari Alkitab, 
kita dapat mengetahui bahwa perpuluhan adalah bagian dari Hukum Taurat yang 
menjamin kehidupan suku bangsa Lewi yang tidak memiliki tanah pusaka. Beginilah 
yang dituliskan dalam Kitab Bilangan:

Bil 18:21  Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala 
persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk 
membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan. 

Bil 18:24  sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel 
kepada TUHAN sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai 
milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka 
tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel." 
Ketika bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian, persembahan persepuluhan
itu menjadi sumber sukacita bagi mereka di hadapan TUHAN:

Ul 12:17-18  Di dalam tempatmu tidak boleh kaumakan persembahan persepuluhan 
dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu 
sapimu dan kambing dombamu, ataupun sesuatu dari korban yang akan kaunazarkan, 
ataupun dari korban sukarelamu, ataupun persembahan khususmu. Tetapi di hadapan 
TUHAN, Allahmu, haruslah engkau memakannya, di tempat yang akan dipilih TUHAN, 
Allahmu, engkau ini,
anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, 
dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan haruslah engkau bersukaria di 
hadapan TUHAN, Allahmu, karena segala usahamu. 
Kalau begini, jelas bahwa persepuluhan -- atau disingkat perpuluhan --adalah 
bagian dari hukum Taurat. Dan, sebagaimana hukum itu telah digenapi dan 
berlalu, maka demikian pula aturan persepuluhan sudah berlalu. Tidak lagi 
berlaku.
Sampai di sini, teman-teman ada yang protes. "Mana bisa! Sudah jelas bukan, 
bahwa kita semua HARUS memberikan perpuluhan?" Dia membuka sebuah ayat, 
demikian:

Im 27:30  Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari 
hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah 
persembahan kudus bagi TUHAN. 
Im 27:32  Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing 
domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, 
setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN. 
Di sini jelas disebutkan, bahwa segala sepersepuluh hasil dari tanah dan ternak 
adalah milik TUHAN. Harus dipersembahkan kepada TUHAN, sebagai persembahan 
kudus. Tetapi kita bisa melihat bahwa semua ini adalah perintah TUHAN kepada 
Musa di Gunung Sinai untuk disampaikan kepada orang Israel. Di dalamnya 
terkandung pengertian yang kekal bahwa bumi
dan segala isinya adalah milik TUHAN. Tetapi, peraturan persembahan itu sendiri 
adalah bagian dari hukum Taurat.

Dan hukum Taurat sudah digenapi, sudah selesai. Sudah finish. Tidak dibuka 
lagi, tidak diungkit lagi. Karena jika kita mau membuka kembali Perjanjian 
Lama, maka kita harus mengenakan tanda fisik dari Perjanjian Lama, yaitu tanda 
perjanjian antara Abraham dengan Allah: tanda sunat. Tetapi, Gal 5:2  
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, 
Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. 
Artinya, kalau kita masih mempermasalahkan persepuluhan sebagai kewajiban dan 
syarat untuk berhubungan dengan Tuhan, maka Kristus sama sekali tidak akan 
berguna bagi kita! Apakah yang dapat dicapai oleh manusia dengan memberikan 
persepuluhan? Bagaimana mungkin kita masih terikat untuk persembahan 
persepuluhan, sama seperti orang Israel yang
diikat Hukum Taurat?

Jadi, saya yakin 100%, bahwa aturan persepuluhan itu sudah berlalu.
Tidak ada lagi keharusan untuk memberikan sepersepuluh, apalagi menjadi syarat 
untuk berhubungan dengan Allah. Kita adalah orang-orang yang sudah ditebus dan 
diangkat sebagai ANAK, dan di mana ada anak yang berkewajiban memberi 
sepersepuluh dari pendapatannya untuk tetap menjadi seorang anak? Sebaliknya, 
Tuhan sudah membayar kita lunas dari semua hutang dosa, dengan darah yang amat 
mahal! Masihkah memberi atau tidak memberi sepersepuluh penghasilan menjadi 
suatu urusan yang membatasi hubungan kita dengan TUHAN?
Sampai di sini, terjadilah sedikit kehebohan. Saya tidak tahu, apakah saudara 
sekalian juga sedikit merasa heboh? Ah, si donny ini macam-macam saja, kata 
temanku yang Batak itu. Pendeta di banyak gereja sudah begitu sering berkotbah 
dan menekankan keharusan memberi perpuluhan, apa si donny mau menantang Pendeta?

Ah, bukan menantang, Bang. Tetapi bagi saya Firman Allah berbicara dengan jelas 
dan tegas, dan tidak ada Pendeta atau siapa pun juga yang bisa bersuara lebih 
keras dari ayat-ayat ini. Lagipula, acapkali terjadi keributan karena uang 
perpuluhan itu begitu besar dan menggiurkan, sehingga diselewengkan oleh 
Pendeta dan pejabat gereja. Tidak sedikit
gereja yang memasukkan semua uang perpuluhan ke dalam satu tangan Pendeta, 
tanpa ada audit atau laporan penerimaan dan pengeluaran. Dan akibatnya pula, 
tidak sedikit orang yang skeptis dan mencurigai setiap ajakan Pendeta untuk 
memberi persembahan perpuluhan, karena disangkanya Pak Pendeta sedang berusaha 
memperkaya dirinya sendiri(sampai sini, saya jadi ingat Mang Ucup yang jeli 
menyoroti hamba duit).

Lantas bagaimana? Kalau begitu, apakah persembahan tidak perlu lagi dilakukan? 
Wahai kawan, jangan begitu cepat merasa senang. Ingatlah, bahwa Kristus tidak 
membatalkan Taurat, melainkan Ia MENGGENAPInya. Membuatnya menjadi sempurna.
Jika kita belajar Injil baik-baik, kita menemukan bahwa Kristus sebenarnya 
MENINGKATKAN tuntutan-tuntutan Hukum Taurat. Coba lihat, misalnya:

Mat 5:20  Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar 
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya 
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 
Siapa orang Farisi dan ahli Taurat? Mereka orang yang habis-habisan berusaha 
memenuhi hukum Taurat dengan sempurna. Tetapi, mereka tidak cukup baik. Orang 
harus LEBIH baik lagi. Hal ini diwujudkan dalam berbagai perbuatan, misalnya:
Mat 5:22  Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap 
saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus 
dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke 
dalam neraka yang menyala-nyala. 
Mat 5:28  Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan 
serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. 
Mat 5:32  Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya 
kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin 
dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah. 
Mat 5:34-37  Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik 
demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi 
adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota 
Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak 
berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah 
kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si 
jahat. 

Kalau sudut pandang kita masih seperti orang Farisi atau ahli Taurat, maka 
sebenarnya standar kita masih rendah di hadapan-Nya. Menjadi pengikut Kristus 
berarti mengenakan standar Kristus: standar ilahi yang sempurna. Kita harus 
melihat dari tempat yang lebih tinggi,
memperhatikan lebih mendalam. Kalau kita masih berpikir tentang persembahan 
hanya berupa uang dan harta, nampaknya kita harus melangkah lebih jauh lagi.
Aturan perpuluhan sudah berlalu, sudah lewat. Sebagai gantinya adalah hukum 
yang lebih sempurna, menurut standarnya Allah. Inilah nasehat rasul Paulus 
tentang persembahan:

Rom 12:1  Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan 
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang 
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 
Saya bisa mengatakan, bahwa TUHAN tidak mengharapkan persembahan persepuluhan. 
Yang Ia inginkan adalah persembahan SERATUS PERSEN.
SELURUH TUBUH sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan 
kepada Allah. Kepemilikan diri kita bukanlah di tangan kita lagi, melainkan di 
tangan Tuhan yang sudah lunas membayar:

1 Kor 6:19-20  Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus 
yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa 
kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas 
dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 
Kita bisa menemukan bahwa Tuhan Yesus secara konsisten mengajarkan bahwa 
tuntutan-Nya adalah SELURUH kehidupan, bukan hanya sepersepuluh dari 
penghasilan. Orang harus siap untuk melepaskan seluruh hartanya demi Kerajaan 
Sorga:

Mat 13:44  "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam diladang, yang 
ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia 
menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 

Mat 19:21  Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, 
juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka 
engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku." 
Dan Tuhan jelas menghargai keseluruhan hidup, yang nilainya melebihi nilai dari 
persembahan itu sendiri. Kita menemukan hal tersebut ketika Tuhan Yesus 
mengamati seorang janda yang memberi persembahan:

Mar 12:43-44  Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: 
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari 
pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka 
semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, 
semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." 

Siapakah yang bersedia memberikan SELURUH NAFKAHNYA bagi Tuhan?
Ada kesaksian orang yang memberikan 90% pendapatannya bagi Tuhan, sedangkan ia 
sendiri hanya mengambil 10%; memang ia seorang yang berhasil sehingga jumlah 
10% itu masih cukup untuk hidup dengan makmur dan sejahtera. Tetapi, rasanya 
tidak banyak yang sanggup melakukan hal seperti itu. Untuk memberikan 
persepuluhan saja orang merasa berat, apalagi semuanya!

Tetapi di saat yang sama, pemberian itu bisa berarti seluruh kehidupan.
SELURUH KEHIDUPAN KITA adalah bagi Tuhan, di mana kita sepenuhnya menjalani 
hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Apa yang kita pikirkan, apa yang kita 
katakan, dan apa yang kita lakukan; semuanya ada dalam konteks penyerahan diri 
kepada Tuhan. Ia tidak menginginkan uang kita, tetapi Ia menginginkan 
keberadaan kita bagi-Nya. Dia ingin kita taat
kepada-Nya, setia kepada-Nya. Dia ingin agar kita hidup dalam pekerjaan baik 
yang telah dipersiapkan-Nya:
Ef 2:10  Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk 
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya 
kita hidup di dalamnya. 

Bapa yang di Surga telah memberikan kita hari ini makanan kita yang secukupnya; 
Ia yang memelihara kita, anak-anak-Nya. Yang diharapkan dari seorang anak 
adalah hormat dan taat kepada orang tuanya, bukan? Apakah kita menghormati 
Tuhan? Apakah kita tunduk kepada Tuhan? Apakah kita menaruh hal-hal yang 
penting bagi Bapa di tempat yang paling utama dalam kehidupan kita?
Persepuluhan tidak sepenting ketaatan kita untuk hidup mengikuti-Nya.
Tidak ada artinya memberikan persepuluhan, jika kita memperoleh penghasilan 
kita melalui korupsi dan mencuri. Tidak ada artinya perpuluhan, bila kita tidak 
peduli dengan saudara sendiri yang sedang susah, menutup hati terhadap teman 
yang membutuhkan. Apa artinya
persembahan, bila di luar gereja kita sedang berseteru berebut harta sampai ke 
pengadilan? Inilah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus:

Mat 5:23-25 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah 
dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu 
dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 
Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di 
tengah jalan, supaya lawanmu
itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau 
kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
TUHAN menghendaki kehidupan kita bagi-Nya. Untuk itu, kita bisa mulai belajar 
untuk memberi sepersepuluh penghasilan kita secara teratur, tetapi ini hanya 
suatu latihan kecil. Sebuah latihan untuk mengajar kita melepas harta, agar 
hati kita tidak jatuh cinta kepada uang. Tuhan sendiri tidak menginginkan uang, 
yang Ia inginkan adalah kasih:

Mat 22:37-39 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap 
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum 
yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, 
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Jadi, persepuluhan bukan keharusan. Bukan itu tuntutan bagi kita, melainkan 
kehidupan kita sekalian. Kehidupan yang sepenuhnya mengasihi Allah, kehidupan 
yang mengasihi sesama. Bila kita bisa memberi, jangan hanya memberi 
sepersepuluh kalau sanggup memberi lima persepuluh. Tetapi sebaliknya untuk 
memberi persepuluhan, kadang kehidupan begitu keras
sehingga sukar dan berkekurangan. Akan menjadi sikap yang tidak mengasihi, bila 
demi memberi perpuluhan maka tetangga sebelah rumah tidak bisa dibantu untuk 
makan sehari lagi. Akan menjadi sikap yang tidak mengasihi, bila demi memberi 
perpuluhan maka saudara yang sedang sakit tidak dibantu berobat. Tetapi orang 
tidak pernah kekurangan kasih,
kalau ia mau memberikannya dengan tulus. Kasih itu tidak akan pernah habis, 
tidak akan pernah mengering. Maukah kita memberikannya? TUHAN yang akan 
menyanggupkan kita, Dialah yang memelihara kita sekalian.
Terpujilah TUHAN!

[Non-text portions of this message have been removed]



-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
     Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED]
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke