From : Dewi P

Mengasihi Tanpa Mengatakan Sesuatu
Oleh: Andiko Trikasi

Saya ditraktir makan mie di kedai mie yang terkenal. Harganya tidak mahal dan rasanya sangat lezat sekali. Kami duduk di depan meja panjang yang dapat menampung sekitar sepuluh orang bila mengelilingi meja. Meja sudah terisi enam orang, saya, teman saya dan empat orang pengunjung.

Ketika asyik makan, satu keluarga baru duduk di dekat kami. Tepatnya diantara teman saya dan pengunjung lainnya. Mereka telah memesan mie dan sedang menunggu. Keluarga tersebut terdiri dari sepasang suami istri yang masih muda dan seorang anak yang berusia sekitar enam tahun. Mereka keluarga yang jauh dari sederhana. Pakaiannya agak kusam dan berbau. Si anak kelihatannya baru sembuh dari suatu penyakit yang tidak kami ketahui dan sedang menarik ingusnya keluar masuk. Ingusnya seperti angka sebelas dan terkadang seperti angka satu dengan warna kuning kehijau-hijauan. Si ibu dengan penuh kasih sayang mengelap ingus yang tidak berhenti keluar masuk hidung anaknya. Pasangan itu sangat bahagia melihat anaknya bermain sambil tertawa. Sepertinya makan mie merupakan perayaan menyambut kesembuhannya. Saat mie datang keluarga tersebut makan dengan lahap.

Keadaan tersebut tidak berlaku bagi kami semua terkecuali teman saya. Bagi kami berlima (termasuk saya) keadaan tersebut merupakan bencana dan penyiksaan. Bayangkan aja, bagaimana rasanya makan mie dengan mencium satu keluarga yang bau badannya tidak enak. Belum lagi melihat dan mendengar ingus yang ditarik keluar masuk dan sesekali dibersihkan oleh ibunya. Setiap kali memakan mie sambil meminum kuahnya, rasanya seperti ingus telah tercampur dengan makanan dan membuat selera makan hilang.

Tidak berapa lama kemudian, keempat pelanggan yang duduk semeja dengan kami meninggalkan meja satu persatu- tanpa menghabiskan makanan. Melihat ini ada rasa kepahitan yang terpancar diwajah keluarga muda itu, seperti rasa rendah diri dan terasing melihat sikap saya dan empat pengunjung lainnya.

Tetapi itu tidak berlangsung lama, terutama saat mereka melihat teman saya, keceriaan mereka pulih kembali. Teman saya tetap menikmati mie dengan segala kecuekannya. Seolah-olah tidak ada bau disekitarnya dan tidak ada suara ingus yang didengar. Saya tidak bisa berbuat banyak selain belajar cuek dan menghabiskan sisa mie. Lagi pula saya ditraktir makan dan tidak berhak mengajukan hal-hal yang aneh-aneh dan tidak sopan.

Selesai makan, kami masih duduk dua puluh menit sebelum meninggalkan kedai makanan. Saya heran dengan tingkah teman saya yang diluar kebiasaannya. Biasanya setelah makan, ia hanya duduk paling lama sepuluh menit. Sekali lagi saya harus mengikuti kemauan teman saya dengan jengkel.

Akhirnya kami keluar meninggalkan kedai dan keluarga muda, saya merasa lega. Dalam perjalanan pulang, teman saya mengatakan ia sangat terganggu duduk di samping keluarga tersebut. Ia merasakan rasa bau dan merasa terganggu dengan suara ingus anaknya. Ia merasakan tepat seperti yang saya rasakan.

Teman saya juga mengatakan, jika ia meninggalkan keluarga tersebut di saat mereka bergembira, keluarga itu akan merasa terpukul, tidak berharga, terasing dan putus asa. Si suami sedang memberi yang terbaik bagi keluarganya. Mereka bersukacita merayakan kesembuhan anaknya. Si suami telah mengeluarkan uang yang bagi mereka cukup mahal dari hasil kerja keras hanya untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Uang itu tidak begitu banyak untuk ukuran kami tetapi tidak bagi keluarga itu.

Saya sangat terkejut mendengar penuturan teman saya. Dan tidak menyangka teman saya telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi keluarga itu. Dengan caranya yang khas, bertahan makan mie sampai habis dan menunggu dua puluh menit setelah makan, telah memberi semangat baru bagi keluarga itu.

Saya teringat bagaimana rasa kepahitan, rendah diri dan terasing di wajah kedua suami istri ketika melihat pelanggan yang lain meninggalkan meja tanpa menghabiskan makanan dan melihat tingkah saya. Saya juga teringat bagaimana pasangan ini kembali ceria begitu melihat sikap teman saya yang cuek.

Pertama kali dalam hidup ini, saya menyadari dan menyaksikan bagaimana mengasihi sesama tanpa mengatakan sesuatu benar-benar tidak mustahil. Ini benar-benar keajaiban. Ajaib bagaimana semua ayat-ayat di dalam Alkitab tentang mengasihi sesama dapat diwujudkan tanpa perkataan dalam waktu sesingkat itu. Cukup hanya dengan meneruskan makan mie sampai habis. Masa bodoh dengan sikap saya dan pengunjung lain yang tidak terpuji. Menunggu dua puluh menit setelah selesai makan. Yang terakhir menahan rasa bau untuk menyempurnakan segalanya telah menunjukkan suatu keajaiban kasih dan dilakukan oleh seorang teman.

Ajaib, bagaimana teman saya menegor saya tanpa mengatakan sesuatu. Ia tidak menuduh tetapi cukup telak memukul saya. Saya merasa sangat terpukul, malu tetapi tidak marah. Saya kembali mengingatkan diri sendiri bagaimana mudahnya mengatakan mengasihi sesama tetapi tidak melakukannya.
***

Saya telah mencari-cari di dalam Alkitab, ayat apa yang sesuai untuk menggambar kan keadaan di atas, 'mengasihi tanpa mengatakan sesuatu', tetapi belum menemu kannya. Ungkapan yang sangat tepat untuk menyatakan keadaan di atas dan bagaimana Yesus berkarya adalah, ''Yesus meminta teman saya untuk tidak mematahkan semangat, kegembiraan keluarga yang kehidupannya susah, berbau dan anaknya baru sembuh. TUHAN sudah mempunyai rencana untuk mereka dan TUHAN membutuhkan seorang untuk menyatakan bahwa keluarga tersebut layak melanjutkan kehidupannya, berharga di mata TUHAN dan manusia. Teman saya telah melakukan nya dengan sangat baik. Sementara saya harus belajar lebih lagi mengasihi sesama".
Setelah peristiwa ini, saya banyak merenung. Mengasihi sesama merupakan pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari. Seulas senyum, menahan perkataan yang dapat melukai orang lain, menahan rasa bau atau jijik, suatu lelucon, persahabatan yang akrab, memaafkan sesama, menolong yang kesulitan merupakan ungkapan kasih yang layak dilakukan. Kekuatan kasih terletak bagaimana melakukan kasih bukan mengimani saja. Yang pasti bisa dilakukan dengan atau tanpa perkataan. Pasti tantangannya berat tetapi baik untuk pertumbuhan karakter.

~ Andiko Trikasi
TUHAN memberkati
Christiana Albertha Widjaja (Choice 121)
===========================================
From: Dwi Setyani


Mengecam dan Menuntut Paus meminta maaf ?
----------------------------------------------------------
Salam Indonesia,

Membaca reaksi dan komentar menanggapi pidato Paus Benedictus XVI, di University of Regensburg memprihatinkan memang kalau memberikan komentar hanya berdasarkan informasi yang sepotong-sepotong. Bahkan sangat berbahaya. Sebaiknya kita tidak men-justifikasi hanya dari keterangan pers saja.

Kompas tidak memuatnya juga baik, karena redaksi sadar "kemampuan penterjemahan" mereka bisa blunder bagi pembaca Indonesia yang sensitive dengan agama. Sehubungan dengan pidato Paus, ada beberapa sikap tepat yang patut dimiliki pendengarnya :

1. Pidato itu berjudul Glaube, Vernunft und Universit¢t : Die Vorlesung.die Bennedickt XVI. an der Universit¢t Regensburg gehalten hat, markiert die Grundz¢ge seines Denkens - Wissenschaft, Theologie, Dialog der Kulturen.

Artinya : Belief, Reason and University : The lecture. the Bennedickt XVI. at the University of Regensburg , marks the fundamentals of his thinking - science, theology, dialogue of the cultures.

Maaf jika terjemahannya dalam bahasa Indonesia menjadi tidak pas.

2. Pidato itu di tulis kira kira 2 halaman koran penuh dengan bhs Jerman tingkat tinggi, yang nggak sembarang orang bisa membacanya (bahkan orang Jerman sendiri). Bahasa itu biasa di pakai utk orang orang yang duduk di bangku kuliah Teologi.

3. Membaca pidato itu, tidak sekeras yang di kutip surat kabar, majalah, pidato balasan, kecaman terhadap pidato Paus tersebut. Nuansa yang saya tangkap sangat berbeda, karena disampaikan sebagai literature yang merupakan diskusi dari Kaisar Manuel II dgn lawan bicara (org Persia) mengenai Bibel dan Quran. Wajar sekali dalam forum ilmiah di Universitas mengutip pernyataan dari literature.

Dalam diskusi tersebut Kaisar minta penjelasan dari lawan bicaranya dengan berkata : "Zeig mir , was Mohammed Neues gebracht hat und da wirst du nur Schlechtes und Inhumanes finden wie dies, dass er vorgeschrieben hat, den Glauben, den er predigte, durch das Schwert zu verbreiten".

Mungkin kutipan inilah yang jadi pangkal kehebohan karena hanya dibaca sepotong ini saja, dan dianggap itu pernyataan dari Paus. Padahal itu adalah kutipan dari perkataan Kaisar Manuel II (thn 1391) yang dikutip dari sebuah kitab.
Jadi hanya kutipan dan bukan pernyataan Paus Benedictus. Sengaja tidak saya terjemahkan supaya tidak salah mengartikan.

4. Paus sadar bahwa pendengarnya saat itu adalah kerabat seiman dan sangat wajar jika membicarakan masalah ini dilingkungan kita sendiri. Ingat, pengucapan kutipan itu dilakukan di dalam Aula Univesitas Regensburg dalam konteks sebagai kuliah Teologi. Dalam hal ini barangkali lebih tepat dikategorikan sebagai pengutipan yang dilakukan untuk mengingat-mempelajari dan merenungkan Sejarah Gereja.

Jadi, jelas sekali ini sebenarnya bukan utk konsumsi umum. Orang Islam, Budha, Hindu, Protestan, Ortodhox atau berimanan apapun yang melakukan hal sama dilingkungan mereka sendiri, meskipun itu dipublikasikan, kita toh tidak pada tempatnya utk protes. Tetapi majalah, koran, orator juga butuh tiras, uang, amplop dan sejenisnya, sehingga pidato ini menjadi komoditas yang bakal laris manis bak kacang goreng. Jadi jika ada yang memprotes, Lebih tepatnya memprotes majalah, koran atau yang mempublikasikan pidato Paus itu. Karena kutipan tertutup Paus yang disebarkan itu bisa memancing ketersinggungan.
Kita hendaknya memahami Paus yang hendak mengajak umat Katolik tahu Sejarah Gereja dengan mengutip kutipan tersebut. Bagaimana kita bisa berdialog dengan saudara kita, kalau kita tidak memahami sejarah gereja secara lengkap (termasuk hal yang buruk buruknya juga)?

Kelemahan kita di Indonesia, kita tidak pernah diajarkan sejarah gereja secara lengkap. Sejarah Gereja hanya diajarkan di bangku kuliah teologi. Di bangku kuliah Teologi pun segala keburukan Gereja, masa gelap gereja juga diungkap.
Bukan untuk membuka aib namun untuk mempelajari sejarah agar tahu menentukan arah. Demikian pula kutipan Paus Benedictus XIV di ruang kuliah University of Regensburg bukan untuk menjelekkan atau membuka aib, tetapi untuk membuka agar tahu sejarah supaya tahu menentukan arah.

love Indonesia n you
-------------
Thomas Tjahja
__._,_.___

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
     Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM -
Daftar : [EMAIL PROTECTED]
Keluar : [EMAIL PROTECTED]
Posting: jesus-net@yahoogroups.com

If you have any comment or suggestion about this mailing list,
to : [EMAIL PROTECTED]

Bagi Saudara yang berdomisili di Amerika, saudara dapat bergabung
dengan mailing list Keluarga Kristen USA (KK-USA) dengan mengirimkan
email kosong ke [EMAIL PROTECTED] dan ikuti instruksi
yang ada.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-





SPONSORED LINKS
Arizona regional mls Regional truck driving jobs Anda networks

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Kirim email ke