From: [EMAIL PROTECTED] 

Rukun adalah tempat berkat Tuhan dicurahkan
 
Mazmur 
133:1. Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila 
saudara-saudara diam bersama dengan rukun! 

133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh 
ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.

133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab 
ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. 

London 

Hidup rukun dengan sesama bisa menyelamatkan Anda dari serangan jantung. Inilah 
hasil studi terhadap 9.000 pegawai negeri sipil Inggris yang dibuat Archives of 
Internal Medicine. Laporan yang dikutip Reuters, Rabu (10/10), menemukan bahwa 
stres, permusuhan, dan hubungan yang diwarnai pertengkaran dapat meningkatkan 
risiko penyakit jantung. Peluang terkena serangan jantung dan nyeri dada pada 
orang yang terlibat dalam hubungan jelek dengan sesama meningkat 34 persen 
dibandingkan orang yang hidup rukun dengan teman atau pasangan. "Kondisi 
jantung seseorang tampaknya dipengaruhi oleh hubungan dekat yang negatif. Kami 
menunjukkan bahwa aspek negatif sebuah hubungan ternyata berkaitan dengan 
penyakit jantung koroner," tulis para peneliti. Riset lain menunjukkan bahwa 
hubungan sosial yang lebih baik dapat menyehatkan jantung.(REUTERS/BSW)  

Shalom/mig/

==================================================

From: hesti biaktika 

‘MELAKSANAKAN MURKA TUHAN’

Lima belas tahun yang lalu, ketika saya masih Muslim, saya sudah bisa berkata 
begini :
“Gue gak setuju sama Imam Khomeini. Kalau memang Salman Rusdhi (dengan bukunya 
“Ayat-ayat Setan”) menghujat Tuhan, ya biar saja Tuhan yang membunuhnya, kenapa 
kita harus capek-capek membunuhnya?”

Karena teman-teman yang saya ajak bicara ini yang satu Kristen, yang satu 
Katolik, maka mereka jawab begini : “Makanya hes, pohon yang baik dilihat dari 
buahnya……”

Nah setelah saya empat belas tahun jadi Kristen, saya melihat banyak orang 
Kristen tidak mempunyai tingkat pengertian yang lebih tinggi dari Imam 
Khomeini. Kalau melihat pendosa, atau orang yang dituduh melakukan dosa, mereka 
bilang begini : “Kita harus menganiaya orang itu…..kita harus melaksanakan 
murka Tuhan….ini demi kebaikan.”

Tingkat pengertian seperti ini, apa bedanya dengan Imam Khomeini, apa bedanya 
dengan teroris? Teroris juga melakukan kejahatan demi kebaikan. Bahkan menurut 
saya, teroris-teroris itu lebih baik dari kita. Lho kenapa? Bayangkan, mereka 
mau capek-capek sekolah pilot bertahun-tahun hanya untuk bunuh diri, itupun 
demi bangsa lain, yaitu bangsa Palestina. Lho baik kan? Kita mana mau? Lalu 
dimana letak kesalahan teroris? Kesalahannya, mereka berdiri di atas 
kebenarannya sendiri. Lho, persis ya seperti kebanyakan orang Kristen, berdiri 
di atas kebenarannya sendiri?

Jesus tidak berpesan : “Di dalam dunia, kamu akan menjadi penganiaya…”. Tapi 
Jesus berpesan ; “Di dalam dunia, kamu akan menderita aniaya, tetapi kuatkanlah 
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

Jadi orang-orang Kristen yang masih menganiaya ini harus bertanya kepada 
dirinya sendiri, dengan pertanyaan yang mungkin agak ekstrim; “benarkah aku 
adalah orang Kristen?” Karena seharusnya orang Kristen itu dianiaya, dan bukan 
menganiaya….seharusnya orang Kristen itu ‘berlian’ dan bukan ‘batu amril’…….

Orang-orang Kristen memang banyak menjadi korban kejahatan, tapi bagian kita 
adalah meningkatkan manusia roh kita, belajar terus Firman Tuhan, dan minta 
Tuhan terus membereskan diri kita dari sikap hati, cara berpikir, sampai 
perkataan dan perbuatan kita. Soal orang lain bahkan penganiaya kita, itu 
urusan Tuhan, penghakiman itu urusan Tuhan, pendidikan orang lain itu urusan 
Tuhan.

GBU
Hesti
================================================
From: hesti biaktika 

KONTROVERSI

Yoh 7; 40-43
Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengar perkataan-perkataan itu 
berkata : “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang”. Yang lain berkata : “Ia 
ini Mesias.” Tetapi yang lain berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari 
Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud 
dan dari Kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah 
pertentangan di antara orang banyak karena Dia.

Yoh 9; 16
Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu; “Orang ini tidak datang dari Tuhan, 
sebab Ia tidak memelihara hari Sabat”. Sebagian pula berkata : “Bagaimanakah 
seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?” Maka timbullah 
pertentangan di antara mereka.

Sejak 2000 tahun yang lalu sampai sekarang Jesus selalu menjadi kontroversi di 
tengah-tengah masyarakat. Ada yang berkata Dia adalah nabi, ada yang berkata 
Dia adalah Mesias, sampai ada pula yang mengatakan “Dengan kuasa penghulu setan 
Ia mengusir setan” (Mat 9; 34). Sampai hari ini, kita mengatakan Jesus adalah 
Tuhan, ada yang mengatakan Jesus cuma nabi, ada yang mengatakan Jesus cuma 
orang baik. Ada yang mengatakan bukan Jesus yang disalib melainkan Judas, ada 
yang mengatakan Dia menikah dengan Maria Magdalena kemudian punya anak. Ada 
yang mengklaim telah menemukan “kuburan keluarga Jesus”, ada yang mengklaim 
menemukan kain kafan Jesus, ada yang membantahnya, mengklaim itu bukan kain 
kafan Jesus, dan seterusnya. Menurut saya, kontroversi tentang Jesus baru 
berhenti kalau Jesus sudah datang yang kedua kalinya.

Perhatikan bahwa kehidupan Paulus juga menimbulkan kontroversi di tengah-tengah 
masyarakat. 

2 Kor 6; 8-10
Ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika 
dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, 
namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai 
orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun 
senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; 
sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu. 

Ada yang menghina, ada yang menghormati. Ada yang mengumpat, ada yang memuji. 
Ada yang menganggapnya penipu, tapi ada yang mempercayai. Paulus tidak dikenal, 
tetapi terkenal, dan seterusnya, bukankah ini juga mencerminkan adanya 
kontroversi tentang Paulus di tengah-tengah masyarakat pada waktu itu?

Lalu bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan masa kini? Ternyata sama saja. 
“Kerjanya cuma bikin kontroversi”, sama dengan Tuhannya, sama dengan Paulus. 
Mereka juga dicela, dihina, tapi juga dihormati dan dipuji. Mereka juga 
dibilang sesat, tapi juga dipercaya. Ada yang bilang ; “Hamba Tuhan ini 
sesaaat”, ada juga yang bilang “Tidak, ini alkitabiah.” Ada yang bilang “Hamba 
Tuhan ini cuma cari sensasi, cari duit.” Ada yang bilang “Wah, ini benar-benar 
pesan Tuhan.” Ada yang bilang “Hamba Tuhan ini berzinah, makanya hamil cacat.” 
Ada yang bilang “Heiii, Tuhan lagi ngajar sesuatu sama dia.” Ada hamba Tuhan 
senior kecelakaan, ada yang bilang “Manaaa? Katanya dekat dengan Tuhan, kok 
Tuhan gak kasih tahu?”… Ada yang bilang “heiii, diam, kita tunggu ceritanya.” 
Bahkan kontroversi tentang Benny Hinn, pernah ada di milis ini. Ada macam-macam 
kontroversi tentang hamba-hamba Tuhan, yang kalau saya tuliskan satu persatu, 
tulisan saya akan menjadi terlalu panjang.

Lalu mengapa Tuhan biarkan ini terjadi? Apakah Tuhan kurang Maha Kuasa untuk 
melindungi para hambaNya dari cercaan orang? Ataukah Tuhan kurang mengasihi 
para hambaNya ini?

Saya belajar dari pengalaman Benny Hinn. Seperti diceritakan oleh hambaNya 
Petrus Agung, Benny Hinn ini kemana-mana ia mengadakan seminar, koran-koran 
lokal di sana isinya mencerca dan mencela Benny Hinn, bahkan itu dilakukan oleh 
sesama hamba Tuhan. Pada suatu hari, seorang staffnya bekerja sama dengan 
seorang wartawan, untuk menjebak Benny Hinn. Wartawan di Amerika punya alat 
yang dapat menangkap suara dari jarak jauh. Si staff ini menjebak Benny Hinn 
dengan suatu pertanyaan :
            “Mengapa pastor suka memakai mobil-mobil Eropa?”
            Benny Hinn karena tidak mengira dia dijebak, ia menjawab dengan 
santai :
            “Memangnya saya musti naik Honda?”
Jawaban ini kemudian terpampang di koran-koran di sana, menjadi bahan cercaan 
bagi Benny Hinn. “Hamba Tuhan sombong….” Dan lain-lain.

Saya merenunginya. Apakah Tuhan tidak tahu bahwa staff Benny Hinn dan wartawan 
bekerja sama untuk menjebak dan menjatuhkan Benny Hinn? Tuhan sangat tahu. 
Kenapa Tuhan diamkan saja? Apa susahnya bagi Tuhan untuk membisiki Benny Hinn; 
“Hay Benny, hati-hati bicara, kamu sedang dijebak orang.” Bisa kan? Mengapa 
Tuhan tidak lakukan itu?

Saya mendapatkan jawaban. Justru Tuhan ijinkan saja peristiwa itu terjadi, 
saking sayangnya Tuhan pada hambaNya Benny Hinn ini. Kita tahu Tuhan pakai 
pelayanan Benny Hinn luar biasa, banyak orang dipertobatkan, banyak orang 
disembuhkan, banyak orang terima Jesus dan seterusnya, orang mengenal dia 
sebagai “hamba Tuhan kelas dunia”. Itu menempatkan Benny Hinn di suatu titik 
yang saya sebut “Titik Rawan Kesombongan”. Setiap hamba Tuhan yang pelayanan 
Tuhan pakai luar biasa, iblis pasti mengincarnya, dengan dosa kesombongan. 
Iblis akan berusaha menaruh pikiran seperti ini dalam pikiran mereka “ini semua 
berkat ketaatanku, ini semua berkat kerja kerasku, ini semua berkat 
ketekunanku, dan seterusnya.” Tuhan tahu strategi iblis, dan Tuhan punya banyak 
cara untuk mencegah hamba-hambaNya jatuh ke dalam dosa kesombongan, di 
antaranya adalah dengan mengijinkan hamba-hambaNya dicerca dan dihina orang, 
selain dipuji dan dihormati. Kalau semua orang memuji dan menghormati mereka, 
mereka bisa lupa kalau semua ini adalah anugerah Tuhan, mereka bisa jatuh ke 
dalam dosa kesombongan. Tapi Tuhan ijinkan terus kontroversi ini terjadi, untuk 
menjaga hamba-hambaNya tetap dalam jalur rendah hati, artinya tetap berada 
dalam jalur keselamatan, ini karena cintaNya yang dalam pada mereka.

Belajar dari Tuhan Jesus, belajar dari Paulus, belajar dari hamba-hamba Tuhan 
masa kini, sayapun mengerti apa yang sedang terjadi dengan hidup saya, yang 
juga jadi kontroversi. Saya lihat hamba-hamba Tuhan itu berjalan terus dengan 
Tuhannya, sayapun mau terus berjalan dengan Dia. Saya pegang Pengkotbah 11;4

Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa 
melihat awan tidak akan menuai…….

Benarlah apa yang dikatakan Pengkotbah. Kalau kita terus memperhatikan angin,  
kapan kita berani menabur? Kita akan berkata : “Ah, anginnya terlalu keras, 
Tuhan, nanti benihnya jatuh ke tanah keras…jadi aku nggak nabur sekarang ya, 
nanti….tunggu anginnya mereda.”. Padahal “angin” memang selalu keras, 
kontroversi itu akan terus ada, apapun yang kita katakan, apapun yang kita 
lakukan. Dan benih, memang sebagian akan jatuh di tanah keras, sebagian jatuh 
di tanah berbatu-batu, sebagian jatuh di semak-semak, tapi sebagian juga jatuh 
di tanah subur. Jadi menaburlah “anyway”, apapun situasinya, apakah itu berkat 
rohani ataupun materi.

GBU
Hesti

Referensi Alkitab
Kotbah Petrus Agung di SHRK (lupa bulannya)

Kirim email ke