APAKAH YESUS DIMAKAMKAN DI TALPIOT ? 

Sambungan dari: Yudas Menyelamatkan Yesus ? 

"Film "The Lost Tomb of Jesus" disutradarai oleh James Cameron dan Simcha
Jacobovici diputar dalam siaran Discovery Channel pada tanggal 4 Maret 2007
setelah sebelumnya, pada tanggal 26 Februari 2007, dipromosikan dalam
konferensi pers di kota New York. Film ini menimbulkan reaksi dimana-mana
karena menyimpulkan bahwa Yesus dimakamkan dan ditemukan peti tulangnya di
Talpiot disebelah selatan Yerusalem."

Ada baiknya kita melihat latar belakang orang-orang dibalik pembuatan film
ini sehingga mengerti mengapa film itu mengarah pada sensasi. Cameron adalah
seorang agnostik, menyutradarai film semacam "Titanic", dan "Terminator".
Wikipedia mencatat Cameron menerima Award dari Science Fiction and Fantasy
Writers of America (1991). Jacobovici adalah orang yahudi sutradara film
dokumenter yang kontroversial, yang berkaitan dengan pembelaannya akan
sejarah bangsa Yahudi. Semangatnya yang membela keyahudian dan perannya
sebagai tokoh zionis terungkap dalam "agenda" film itu.

The Lost Tomb of Jesus 

Film "The Lost Tomb of Jesus" diawali dengan "praduga tak bersalah"-nya
Mahkamah Agama Yahudi, yang menurut Injil disebut telah menaburkan dusta
bahwa jasad Yesus dicuri oleh para murid-Nya (Mat. 28:13). Bertitik tolak
dari anggapan bahwa Mahkamah Agama Yahudi tidak berdusta, tentulah jasad
Yesus benar-benar dicuri dan dipindahkan oleh para murid-Nya ke tempat lain
secara rahasia. Hal itulah yang ingin ditunjukkan Jacobovici, dan tempat
rahasia itu adalah makam Talpiot. Namun, hipotesis bahwa "Mahkamah Agama
Yahudi" benar justru menjadikan film itu kontradiktif. Jika dalam film itu
dikatakan bahwa para murid membawa jasad Yesus ke kuburan rahasia, pada
kenyataannya kuburan itu adalah kuburan keluarga dengan gerbang besar dan
mencolok, yang tentu sudah lama ada dan digunakan beberapa generasi,
sehingga aneh kalau kuburan itu dianggap kuburan rahasia.

Untuk mendukung "agenda" kasatmata kedua pembuat film itu, dihadirkanlah dua
narasumber yang berlatar belakang teologi liberal (yang menolak mukjizat dan
supranatural dalam Injil serta anti kebangkitan) yang radikal karena
pernyataan mereka yang kontroversial, yaitu John Dominic Crossan dan James
D. Tabor. 

Crossan adalah pendiri Jesus Seminar (1985) yang mengemukakan teori bahwa
jasad Yesus kemungkianan tidak dikubur, tetapi dibiarkan tergantung di salib
untuk menjadi mangsa anjing-anjing dan binatang pemangsa lainnya. Namun,
pendapatnya itu menjadi tidak konsisten karena ia kemudian mendukung teori
bahwa Yesus dikubur di makam keluarga Talpiot secara biasa dan aman-aman
saja. 

Tabor dikenal dengan bukunya, Jesus Dinasty, adalah orang yang menghidupkan
kembali fitnah Celsus, yaitu bahwa Yesus bukan Anak Allah dan bukan anak
Yusuf, melainkan  anak tentara Romawi bernama Panthera atau Yeshua ben
Panthera. Bukan hanya itu, pribadi Maria yang sangat dihormati dan dianggap
tetap perawan dalam gereja Roma Katolik pun dijadikan sebagai perempuan yang
diperkosa tentara penjajah atau kawin dengan Klopas, saudara Yusuf, setelah
Yusuf mati. 

Dari tayangan awal "praduga tak bersalahnya" Mahkamah Agama Yahudi yang
ditunjukkan dalam film itu dan motivasi kedua sutradaranya, sudah terbaca
adanya konspirasi ke mana agenda film itu akan diarahkan. Di samping itu,
banyak hal dalam film itu yang tidak dimulai dari data untuk kemudian
dianalisis dan disimpulkan. Namun, justru asumsi atau hipotesislah yang
disodorkan sejak awal untuk kemudian dicari pembenarannya dengan cara
mencatut komentar dari beberapa tokoh, seperti dari bidang arkeologi,
statistik, DNA, dan finger-prints (spektrum unsur). Pendapat atau komentar
mereka itu pun hanya dikutip sepotong-potong. 

Pada awal film itu yang dibicarakan sebenarnya adalah tentang nama "Yesus
dari Nazareth", nama yang biasa disebut dalam kitab Injil. Namun, nama
"Yesus anak Yusuf" di makam Talpiot itu yang kemudian diidentikkan sama
dengan "Yesus dari Nazareth". Nama di Yudea biasa dikaitkan dengan ayah
sedang nama di Galilea dikaitkan tempat kelahiran.

Di Makam Talpiot, yang ditemukan pada tahun 1980 itu, ditemukan sepuluh
ossuary, yang enam di antaranya memiliki inskripsi dan empat lagi  tidak
-salah satunya kemudian hilang. Keenam ossuary itu memiliki inskripsi yang
ditafsirkan sebagai nama "Yesus anak Yusuf, Maria, Matiah, Mariamne e Mara,
dan Judah anak Yesus". Semula lima nama pertama dianggap sebagai nama
keluarga Yesus yang sesuai dengan kitab Injil, tetapi nama Matiah kemudian
dikurangi. Amos Kloner, yang ikut serta dalam pembukaan makam Talpiot pada
tahun 1980, menyebutkan bahwa nama-nama itu sangat umum di Israel. David
Menorah, kurator museum Israel, menyebutkan bahwa menyamakan kelompok nama
itu dengan nama keluarga Yesus adalah tidak masuk akal. Lagi pula, pemasukan
ossuary Yakobus ke dalam jajaran Talpiot itu pun terlihat dipaksakan.
Pertanyaannya adalah apakah "Mariamne e Mara" itu termasuk keluarga Yesus? 

Mariamne e Mara 

Asumsi yang kemudian dibuat adalah bahwa Mariamne e Mara sebenarnya Maria
Magdalena yang dianggap istri Yesus. Hipotesis dini itu kemudian dicarikan
pembenarannya dengan berbagai cara yang ditolak para ahli. David Manoreh,
Tal Ilan, dan Amos Kloner, menyebut bahwa kalau nama itu disertai nama
'Magdala,' kemungkinan ke arah itu ada. Walaupun pada kenyataannya nama
Magdala tidak dikuburkan di sana Jacobovici tetap memaksakan
diri/membenarkan bahwa Mariamne e Mara adalah Maria Magdalena istri Yesus.
Ahli forensik yang memeriksa cetak DNA juga menyangkal bahwa Mariamne e Mara
sebagai istri Yesus. Ketika Jacobovici ditanya mengenai hal itu, ia berkata,
"I'm not a scientist ... I've done my job as a journalist."

Meskipun demikian, "agenda" di dalam film itu, yaitu bahwa makam Talpiot
sebagai makam keluarga Yesus yang beristrikan Mariamne e Mara dan beranak
Yudah, didukung oleh Tabor. Padahal, dalam bukunya, Jesus Dinasty, ia tidak
menyebutkan Maria Magdalena sebagai Mariamne maupun istri Yesus. Ia hanya
menyebutkan nama Mariamne sebagai nama istri Herodes. Bahkan, ia menolak dan
menganggap sebagai teori fantastis yang tidak ada rujukannya dalam sejarah
kalau menyebut Yesus mengawini Maria Magdalena dan memiliki anak. 

Jacobovici menyebutkan bukti lain bahwa dalam naskah The Acts of Phillip
disebutkan bahwa Mariamne adalah saudara Filipus dan menjadi penginjil yang
mengajar dan membaptis -yang memiliki gambaran yang mirip dengan Maria
Magdalena. Namun, menurut Francois Bovon tidak mungkin Mariamne itu adalah
Maria Magdalena karena Mariamne dalam The Acts of Philip menganut aliran
selibat. Pada ayat 50, Filipus berkata kepada Areus, "Do no wrong, and leave
thy wife." Jadi, tidak konsisten kalau Filipus menyuruh seorang suami
menceraikan istrinya, sedangkan adiknya sendiri, yang penginjil, ternyata
kawin. 

Dengan demikian, hipotesis Mariamne e Mara sebagai Maria Magdalena lemah.
Kalau nama itu dikeluarkan dari keluarga Yesus, perbandingan kemungkinannya
menjadi semakin kecil, yaitu satu berbanding belasan saja. Dengan kata lain,
akan sangat banyak dijumpai keluarga di Israel dengan kombinasi nama yang
sama dengan tiga nama yang disebut sebagai keluarga Yesus di makam Talpiot
itu.

Yang harus dicermati adalah pengakuan Oded Golan pemilik ossuary (peti
tulang) Yakobus di pengadilan, yaitu bahwa ossuary itu berasal dari Silwan
(bekas tanah di ossuary itu sama dengan tanah di Silwan). Golan sendiri
diadili karena dianggap memalsukan inskripsi puluhan barang antik, termasuk
inskripsi Yakobus, yang diaku telah dibelinya pada tahun 1970-an. Padahal,
pada tahun 1978 pemerintah Israel mengeluarkan undang-undang yang
menyebutkan bahwa semua penemuan barang antik menjadi milik negara.
Laboratorium forensik FBI yang menyelidiki foto yang diambil di studio
Golan, tempat ossuary itu berada, menentukan bahwa foto itu diambil pada
tahun 1970-an. Makam Talpiot baru ditemukan pada tahun 1980.

Hipotesis bahwa ossuary Yakobus itu berasal dari Talpiot di dalam film "The
Lost Tomb of Jesus" menunjukkan bahwa film itu dibuat memaksakan diri. Bila
ossuary Yakobus berasal dari Talpiot, berarti inskripsi di sana, yang
menyebutkan nama Yakobus adalah palsu karena menurut Amos Kloner dan Joe
Zias, yang pertama kalinya mencatat penemuan itu, keempat ossuary lainnya
-termasuk yang hilang- tidak memiliki inskripsi apa-apa. Konsekuensinya,
bila inskripsi di ossuary Yakobus itu asli, jelas bahwa ossuary itu bukan
berasal dari makam Talpiot. Hal itu juga menunjukkan bahwa tulang Yakobus
tidak berasal dari makam Talpiot.

Yudah Anak Yesus ? 

Asumsi lain yang dikemukan untuk mendukung teori bahwa makam itu adalah
makam keluarga Yesus dan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus serta
mereka memiliki anak yang disebutkan sebagai "murid yang dikasihi" dalam
Injil Yohanes. Bahkan, di akhir film itu disebutkan bahwa anak itu dipeluk
oleh Maria Magdalena. Anak itu disebutkan sebagai Yudah, yang tertulis di
ossuary Talpiot, ini jelas jauh dari kebenaran Injil. Dalam Injil Yohanes
(19:26) sendiri disebutkan bahwa Yesus berbicara kepada Maria, ibunya, agar
"murid yang dikasihi-Nya" itu menerima Maria di rumahnya (dari konteks Injil
Yohanes, diketahui bahwa "murid yang dikasihi" itu adalah Yohanes, penulis
Injil itu). 

Asumsi itu juga justru menimbulkan tanda tanya lebih besar. Misalnya, kalau
benar Yesus mengawini Maria Magdalena dan segera memiliki anak, anak itu
baru berumur sekitar dua tahun ketika Yesus disalibkan. Kalau sejak di
Nazareth Yesus sudah mengawini Maria Magdalena (itu lebih mustahil), tentu
anak itu masih remaja dan tidak mungkin disembunyikan identitasnya, Jadi,
bagaimana anak itu sudah bisa memiliki rumah dan bisa mengajak ibunya (di
film itu Maria dianggap Magdalena) tinggal bersamanya? Kalau Maria Magdalena
memang benar ibunya, bukankah mereka sudah tinggal serumah?

Film itu semakin menunjukkan "kepanikannya" untuk menghadirkan bukti-bukti
autentik bahwa kuburan di Talpiot itu adalah kuburan keluarga Yesus. Jika
Tabor berteori bahwa  perkawinan Yesus dan Maria Magdalena itu disembunyikan
adalah untuk menyembunyikan garis keturunan/dinasti Yesus, harus diingat
bahwa di hadapan massa Palestina pada waktu itu tidak mudah menyembunyikan
status perkawinan seseorang, apalagi kalau orang itu pemberontak. Kalau
disebutkan bahwa kehadiran anak Yesus -yang dicap sebagai pemberontak itu-
disembunyikan agar tidak ikut ditangkap dan disalibkan, hal itu sungguh aneh
karena di dalam film tersebut anak itu bisa berpelukan dengan ibunya (Maria
Magdalena) dan disebut "'anak" oleh Yesus yang disalibkan secara terbuka di
muka umum. Apalagi, kalau diasumsikan bahwa anak itu digambarkan sudah
remaja, anak itu tentu sudah dilahirkan jauh sebelum Yesus dicurigai oleh
pemimpin agama dan pihak Romawi sehingga tidak perlu disembunyikan
identitasnya.

Hal itu semakin menjelaskan bawa taktik wawancara yang dilakukan Jacobovici
itu adalah untuk menunjukkan agendanya sebab para ahli yang diwawancarainya
kemudian menolak hipotesis film itu dan mengakui bahwa keterangan mereka
dimanipulasi. Shimon Gibson, yang terlibat dalam film itu, meragukan klaim
Jacobovici atas penemuannya itu, dan mengatakan, 

"My professional assesment of the facts available about this tomb, based on
some 30 years of experience studying Second Temple tombs around Jerusalem,
is that the Talpiot Tomb is not the Jesus family tomb." 

Harus disadari bahwa ketika Injil ditulis, banyak saksi mata yang masih
hidup. Jadi, kalau jasad Yesus disembunyikan di kuburan lain, apa perlunya
Mahkamah Agama Yahudi berdusta mengenai pencurian jasad, lalu menyuap para
tentara Romawi yang menjaga kuburan-Nya? Mereka tentunya cukup menunjukkan
lokasi makam Talpiot. Di sisi lain, tentu tidak akan banyak martir yang
menjadi saksi "kebangkitan" kalau tulang-tulang Yesus tergeletak di makam
itu.

Bovon mengatakan, 

"I must say that the reconstruction of Jesus marriage with Mary Magdalene
and the birth of a child belong for me to science fiction. ... I do not
believe that Mariamne is the real name of Mary Magdalene"

Feuerverger juga menulis, "I now believe that I should not assert any
conclusions connecting this tomb with any hypothetical one of the NT
family."

Pada kenyataannya, dalam wawancara yang dilakukan untuk filmnya itu,
Jacobovici tidak menjelaskan tujuan wawancaranya kepada responden. Ia hanya
memberikan pertanyaan yang mengarah. Selanjutnya, ia hanya mengutip sebagian
wawancara itu untuk mendukung hipotesisnya. Bila komentar para ahli itu
ditayangkan secara lengkap juga pendapat para ahli teologi lain yang tidak
sependapat dengan Jacobovici & Tabor disertakan dalam pembuktian dalam film
itu, simpulan yang dihasilkan tentu akan berbeda. Oleh karena itu, jelaslah
bahwa film itu merupakan hasil konspirasi dari agenda yang memiliki semangat
zionisme, yang dikawinkan dengan sikap alergi teolog liberal radikal
terhadap kebangkitan Yesus,  lalu diramu dalam sebuah film oleh sutradara
spesialis fiksi-sains. 

Film "The Lost Tomb of Jesus" memang disebut film dokumenter. Namun,
menyebutnya sebagai dokumenter ilmiah (scientific) jelas tidak tepat sebab
film itu lebih merupakan film dokumenter fiksi-ilmiah (science fiction).
Film itu bisa dikatakan mengulang taktik Dan Brown dalam buku The Da Vinci
Code, yaitu bahwa dalam makam Talpiot, baik arkaelogi, ossuary, maupun
badan-badan yang terlibat adalah fakta. Namun, simpulan film itu bahwa makam
itu milik keluarga Yesus yang beristri Mariamne dan memiliki anak bernama
Yudah, adalah fiktif. 

Bersambung ke: Yesus Bangkit !

Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)

 

Kirim email ke