SETAN = LUCIFER? (2)
 
oleh:Pdt. Jeffrey
Siauw, M.Div.
 
 
 
Supaya
adil dengan tulisan saya sebelum ini di sini, berikut ini adalah pandangan dari
Walter Kaiser di dalam Hard Sayings of the Bible, dimana dia membuka
kemungkinan untuk menafsirkan Yesaya 14:12 sebagai bagian yang bicara tentang
setan.
 
Saya
terjemahkan:
Maka
apakah cerita ini menunjuk pada raja Babel dalam istilah-istilah hiperbolis,
atau menunjuk pada setan? Secara normal, peraturan penafsiran yang baik
menuntut supaya kita hanya menempatkan satu penafsiran untuk setiap bagian;
kalau tidak teks itu akan menimbulkan kebingungan. 
Tetapi,
dalam situasi ini, sang nabi menggunakan cara yang sering ditemukan dalam teks
nubuatan: dia menghubungkan nubuatan dekat dan jauh di bawah satu makna, atau
arti, karena keduanya, sekalipun terpisah secara tempat dan waktu, adalah
bagian yang saling melengkapi.
Yesaya
melihat raja Babel memiliki kesombongan dan kebanggaan sangat besar yang
memuakkan. Dalam mengembangkan aspirasi-aspirasi yang melampaui kedudukan dan
kemampuannya, Yesaya memparalelkan raja Babel dengan pencapaiannya sendiri yang
dilebih-lebihkan dengan Setan.
Seperti
ada garis mesianik yang panjang di Perjanjian Lama, dan setiap orang yang
termasuk dalam garis itu adalah manifestasi dari Yang Akan Datang tetapi bukan
Dia, demikian pula ada garis anti-mesianik dari raja-raja di dalam garis anti
Kristus dan Setan. Raja Babel adalah salah satu dari garis panjang raja-raja
dunia yang berdiri melawan Allah dan semua ketetapan-Nya.
Ini
menjelaskan bahasa hiperbolis disini, yang walaupun benar dalam arti terbatas
untuk raja Babel, tapi terutama menunjuk pada dia yang akan menjadi puncak dari
garis kejahatan ini yaitu garis raja-raja yang sombong.
Dalam
arti ini, makna bagian ini adalah tunggal, bukan ganda atau banyak. Karena
bagian-bagiannya adalah bagian dari keseluruhan dan memiliki tanda-tanda dari
keseluruhannya, maka mereka adalah satu bagian.
Seperti
raja Babel menginginkan kesejajaran dengan Allah, keinginan setan untuk
menyaingi otoritas Allah menyebabkan kejatuhannya. Semua ini adalah model dari
anti-Kristus, yang akan meniru setan, dan korban penipuan dalam sejarah, raja
Babel, dalam kehausan akan kuasa.
Penghubungan
serupa akan jarak yang dekat dan jauh ini muncul di Yehezkiel 28, dimana nubuat
mengenai raja Tirus menggunakan bahasa hiperbolis yang sama (Yeh. 28:11-19).
Dengan cara yang serupa, nabi Daniel memprediksikan kedatangan Antiochus
Epiphanes (Dan. 11:29-35); di tengah-tengah bagian ini, dia meloncat jauh dalam
ayat 35 untuk menghubungkan Antiochus Epiphanes dengan anti-Kristus di akhir
zaman, karena mereka punya banyak keserupaan sebagai anggota garis
anti-Mesias. 
Maka
cara bernubuat ini didukung di dalam Perjanjian Lama dan tidak seharusnya
menimbulkan perhatian khusus kita.
 
Saya
menghormati Walter Kaiser, tapi terus terang saya kaget membaca tulisannya di
atas. Sederhana saja, apa yang dia tulis di atas tidak ada dasarnya!
 
Saya
setuju bahwa para nabi suka menghubungkan dekat dan jauh di dalam satu
nubuatan. Tapi harus ada dasar yang membenarkan untuk kita memutuskan bahwa di
bagian itu nabi itu menggunakan cara demikian. Kalau tidak ada dasar, paling
banyak kita hanya bisa berspekulasi.
 
Misalnya:
Kerajaan Daud dikatakan tidak akan pernah berakhir selama-lamanya (2Sam. 7:16).
Kita tahu untuk ‘yang jauh’, ini menunjuk pada kerajaan Mesias, sesuatu yang
masih jauh di depan. Mengapa? Ada dasarnya! Yesaya 9 menubuatkan kelahiran
seorang Putera yang disebutkan Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa… dan damai
sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaanNya…
(Yes. 9:5-6). Kalimat-kalimat penegasan seperti ini entah berapa sering diulang
dalam Perjanjian Lama. Sampai akhirnya di dalam Injil, Yesus disebut Anak Daud.
 
Tapi
dimana dasarnya untuk mengatakan Yesaya 14 dan Yehezkiel 28 bukan saja sedang
bicara yang dekat, tentang Raja Babel dan Raja Tirus, tapi juga bicara yang
jauh yaitu tentang setan? Lagipula, kalaupun ini bicara tentang setan,
khususnya di Yehezkiel, dia bukan bicara sesuatu yang jauh di depan tapi jauh
di belakang tentang penciptaan setan??
 
Perhatikan
keanehan dalam Yehezkiel. Yang menyebabkan orang berpikir ini bicara tentang
setan adalah Yehezkiel 28:12-15, bahwa ia diciptakan dengan sempurna, indah, di
taman Eden, tempatnya dekat kerub, dan sebagainya. Tapi perhatikan ay. 16:
“Dengan dagangmu yang besar, engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat
dosa. Maka Ku buangkan engkau…” Kapan setan dibuang? Jelas jauh sekali di
belakang (paling tidak di Kej. 3 sudah terjadi). Bagaimana Kaiser bisa
mengatakan, ini bicara tentang yang dekat (raja Tirus) dan yang jauh di depan
(setan)?  Lalu setan jatuh karena dagang yang besar penuh kekerasan? Ini
tidak mungkin tidak menunjuk pada raja Tirus dan bukan setan.
 
Satu
lagi, dia mengutip contoh nubuatan Daniel tentang Antiochus Epiphanes (yang
dekat) yang kemudian dikaitkan dengan anti-Kristus di akhir zaman (yang jauh).
Tapi saya sama sekali tidak menemukan mengapa dia bisa berpikir demikian. Coba
saja teliti Daniel 11:29-35 dan Anda akan mengerti maksud saya.
 
Saya
hanya ingin mengatakan bahwa tidak ada dasar untuk menghubungkan Yesaya 14 dan
Yehezkiel 28 dengan setan. Mungkinkah apa yang dikatakan Yesaya dan Yekezkiel
tentang raja Babel dan Tirus adalah sama dengan apa yang sudah dan akan terjadi
terhadap setan? Mungkin. Tapi bagian ini tidak mengkaitkannya, atau paling
tidak, tidak ada bagian lain Alkitab yang mendukung untuk kita mengkonfirmasi
bahwa Yesaya dan Yehezkiel bermaksud bicara tentang setan. Dan kalau kita boleh
seenaknya tanpa dasar mengatakan bagian ini atau itu bicara tentang yang jauh
di depan, wow.. betapa mengerikan!?
 
Kembali
kepada judul tulisan ini, apakah Lucifer (Bintang Timur) adalah Setan?
Sebaiknya, paling banyak kita mengatakan, ini hanya ‘kemungkinan’ atau
‘spekulasi’. Saya mungkin salah, tapi saya pribadi tidak melihat ada dasar
secara konteks.
 
 
 
Sumber:
http://jeffreysiauw.blogspot.com/2012/10/lucifer-setan-bagian-2.html
 
 
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke