Gereja adalah perkumpulan orang-orang percaya yang dahulu berdosa namun telah dibenarkan oleh Kristus. Paradoksikal ini mengakibatkan meskipun sebagai tubuh Kristus, gereja yang terdiri dari berbagai macam orang mengalami jatuh bangun dalam iman, ada yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagaimana Kristus sendiri sebagai Kepala Gereja memandang gereja? Temukan jawabannya dalam: Buku BAGAIMANA PANDANGAN KRISTUS AKAN GEREJA?: Pemahaman Berdasarkan Kitab Wahyu 2-3 oleh: Rev. DR. JOHN R. W. STOTT, C.B.E. Penerbit: Literatur SAAT Malang, 1999 (cetakan ke-4) Penerjemah: Pdt. Hasan Sutanto Dalam mengajar pandangan Kristus terhadap gereja, (alm.) Rev. Dr. John R. W. Stott mengambil perikop surat kepada ketujuh jemaat di kitab Wahyu 2-3. Sebelumnya, beliau menguraikan pendahuluan kitab Wahyu dengan menjelaskan 3 ciri khas kitab ini, yaitu kitab ini merupakan wahyu kepada gereja, diwahyukan oleh Tuhan Yesus, dan wahyu yang diberikan melalui Yohanes. Pendahuluan di Bab 1 ini menjadi pengantar kita memahami latar belakang singkat kitab Wahyu. Pengantar ini memimpin kita untuk menyelidiki isi dari pewahyuan Kristus melalui Yohanes kepada 7 jemaat, yaitu: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia. Isi pewahyuan Kristus kepada 7 jemaat ini dijelaskan oleh Dr. Stott dengan penjelasan yang mudah dimengerti dengan mengaitkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Setelah itu, Dr. Stott merefleksikan setiap isi surat kepada 7 jemaat itu ke dalam kehidupan Kristen sehari-hari di zaman sekarang. Biarlah buku pengantar studi Kitab Wahyu 2-3 ini memimpin hati dan pikiran kita untuk memahami apa yang Kristus kehendaki di setiap gereja. Profil Rev. DR. JOHN R. W. STOTT: (alm.) Rev. Dr. John Robert Walmsley Stott, CBEadalah seorang pemimpin Kristen dari Inggris dan pendeta gereja Anglikan yang tercatat sebagai seorang pemimpin dari gerakan Injili di seluruh dunia. Beliau terkenal sebagai salah seorang penulis terpenting dari the Lausanne Covenant pada tahun 1974. Beliau lahir di London pada tahun 1921 dari Sir Arnold dan Lady Stott. Stott belajar modern languages di Trinity College, Cambridge di mana beliau lulus dengan dua gelar dalam bidang bahasa Prancis dan Theologi. Di universitas, beliau aktif di the Cambridge inter-collegiate Christian Union (CICCU). Setelah ini, beliau berpindah ke Ridley Hall Theological College (juga the University of Cambridge) sehingga beliau dapat ditahbiskan menjadi pendeta Anglikan pada tahun 1945 dan menjadi pembantu pendeta di the Church of All Souls, Langham Place (1945-1950) (website: www.allsouls.org) kemudian Pendeta (1950-1975). Beliau dipilih menjadi Pendeta bagi Ratu Inggris Elizabeth II (1959-1991) dan Pendeta luar biasa pada tahun 1991. Beliau menerima CBE pada tahun 2006 dan menerima sejumlah gelar doktor kehormatan dari sekolah-sekolah di Amerika, Inggris dan Kanada. Salah satunya adalah Lambeth Doctorate of Divinity pada tahun 1983. "Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata." (Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)