Setiap orang Indonesia baik Kristen maupun
non-Kristen pasti dapat membaca Alkitab, karena Alkitab LAI ditulis dalam
bahasa Indonesia. Namun membaca Alkitab TIDAK sama dengan mengerti Alkitab!
Oleh karena itu, tidak heran, banyak orang non-Kristen dan orang Kristen
sendiri pun yang dapat membaca Alkitab ternyata tidak dapat mengerti Alkitab
dengan bertanggung jawab. Bagaimana orang dapat mengerti Alkitab? Tidak ada
jalan lain, kecuali orang itu menafsirkan Alkitab. Menafsirkan Alkitab pun
perlu prinsip-prinsip tegas agar dapat mengerti Alkitab secara komprehensif.
Bagaimana kita dapat menafsirkan Alkitab secara tepat dan sesuai dengan maksud
asli penulis?
 
Temukan
jawabannya dalam:
Buku
BAGAIMANA
MENAFSIRKAN ALKITAB DENGAN BERTANGGUNG JAWAB?
 
oleh: Denny Teguh
Sutandio
 
 
 
Di dalam buku
ini, penulis menguraikan objek dan subjek dalam penafsiran Alkitab, yaitu
Alkitab sebagai subjek dan penafsir Alkitab sebagai objeknya. Sebelum masuk ke
dalam prinsip-prinsip penafsiran Alkitab yang bertanggung jawab, penulis
menguraikan pentingnya presuposisi penafsir Alkitab dan ketundukan presuposisi
tersebut pada Alkitab itu sendiri. Kemudian, penulis menguraikan definisi
Alkitab sebagai dasar untuk mengerti keunikan Alkitab dan prinsip-prinsip
penafsiran Alkitab yang bertanggung jawab. Sebelum mengerti prinsip-prinsip
penafsiran Alkitab, maka penafsir Alkitab memerlukan tools dalam menafsirkan 
Alkitab. Setelah itu, penulis baru
menguraikan prinsip-prinsip penafsiran Alkitab yang bertanggung jawab yang
memperhatikan jenis literatur, bahasa Ibrani dan Yunani, konteks dekat, konteks
jauh, dll. Sebagai penutup, di bagian III, penulis menguraikan berbagai macam
problematika kesalahan penafsiran Alkitab. Biarlah buku ini dapat menyadarkan
kita tentang pentingnya penafsiran Alkitab yang bertanggung jawab yang setia
pada teks dan konteks Alkitab, sehingga kita tidak menciptakan tafsiran Alkitab
yang seenaknya sendiri.
 
Prakata: Ev. Hans Wuysang, M.Th.
(Direktur Scripture Union Indonesia yang menerbitkan Santapan Harian, dll)
 
Penerbit:Sola Scriptura
 
Harga:Rp
75.000, 00/buku + ongkos kirim (tergantung lokasi)
 
Informasi, hubungi:
Denny Teguh Sutandio (0878-5187-3719)
 
 
 
Apa kata mereka tentang buku ini?
“Menafsir Alkitab adalah suatu gabungan seni intelektual dan
pekerjaan Roh Kudus. … Buku ini menguraikan dengan tepat menuju penafsiran yang
baik dan lurus bagi pelajar Alkitab pemula, mahasiswa theologi, dan hamba-hamba
Tuhan yang ingin meningkatkan skill tafsir sabda suci.”
Drs.
Tonny Mulia Hutabarat, M.Div., M.Th., D.Th.
Dosen di Sekolah Tinggi Theologi Injili Abdi Allah (STTIAA),
Pacet, Mojokerto
 
“… Buku yang ditulis oleh
Denny ini boleh dikatakan sebagai sebuah buku yang akan membawa pembaca untuk
berada dalam trek yang benar tentang bagaimana menafsirkan Alkitab yang 
bertanggung
jawab dan Alkitabiah serta berdasarkan penafsiran menurut tradisi Reformed.
Kiranya buku yang sangat bermanfaat ini dapat menstimuli dan mereformasi kita
untuk semakin giat belajar Alkitab melalui pendekatan hermeneutika yang benar
pula.”
Ev. Ramly B. Lumintang, M.Div., M.Th., D.Th. 
Dosen Hermeneutika dan
Theologi Sistematika di Sekolah Tinggi Theologi Bandung serta penulis buku:
“Bahaya Postmodernisme dan Peranan Kredo Reformed”
 
“… bagaimana untuk bisa menemukan kebenaran terdekat atas sebuah
teks, yang sesuai dengan maksud dan tujuan Sang Penulis?
Inilah buku yang membahasnya dengan tuntas: “Bagaimana
Menafsirkan Alkitab Dengan Bertanggung Jawab?”
Nikmati dengan serius isinya, niscaya akan mengubah paradigma
Anda dalam bertheologi yang Alkitabiah.
Energi baru untuk senantiasa bisa mencintai dan merenungkan
Alkitab siang dan malam, akan segera menyertai.”
Pdm. Juanda, M.A., M.Th., M.Mis.,
D.Th. (Cand.) 
Pengkhotbah, Dosen di beberapa STT di Indonesia, 
Pendeta Gereja Bethel Indonesia (GBI), dan Penulis beberapa buku
yang tinggal di Surabaya.
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke