“Misi” adalah salah
satu kata yang sering diperdebatkan dalam Kekristenan. Ada yang menafsirkannya
sebagai misi penginjilan, sedangkan yang lain menafsirkannya sebagai misi
sosial. Apa kata Alkitab berkaitan dengan misi?
 
Temukan jawabannya dalam:
Buku
CHRISTIAN
MISSION IN THE MODERN WORLD
(MURID RADIKAL YANG MENGUBAH DUNIA)
 
oleh: Rev. DR. JOHN R. W. STOTT, C.B.E.
 
Prakata:Ajith
Fernando, D.D.
 
Penerbit: Literatur Perkantas Jatim, Surabaya, 2013
 
Penerjemah: Tim Literatur Perkantas Jatim
 
 
 
Di dalam buku ini, Rev.
Dr. John Stott mengajar kita tentang prinsip-prinsip misi yang Alkitabiah di
zaman modern ini. Prinsip-prinsip tersebut terbagi menjadi 5 poin utama yang
akan beliau jelaskan, yaitu: misi, penginjilan, dialog, keselamatan, dan
konversi. Di poin 1, Dr. Stott menjelaskan bahwa misi Alkitabiah mencakup misi
penginjilan dan misi sosial. Tidak ada dikotomi di antara keduanya. Meskipun
tidak ada dikotomi antara misi penginjilan dan misi sosial, Dr. Stott tetap
mengingatkan kita bahwa panggilan Kekristenan yang terpenting tetap adalah
memberitakan Injil, maka di bab 2, Dr. Stott menjelaskan pentingnya penginjilan
di dalam Kekristenan yang meliputi 5 unsur: peristiwa-peristiwa Injil
(peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus yang historis sekaligus menentukan
dan mendatangkan keselamatan), saksi-saksi Injil (pembuktian keaslian para
pemberita Injil mula-mula yaitu para rasul), penegasan-penegasan dari Injil
(otoritas Injil), janji-janji Injil (apa yang Kristus tawarkan sekarang dan
yang memang Ia janjikan kelak bagi mereka yang percaya kepada-Nya), dan
tuntutan-tuntutan Injil (yaitu bertobat). Kemudian, Dr. Stott menjelaskan bahwa
penginjilan adalah pemberitaan Injil yang membawa orang kembali kepada Kristus
dan men-Tuhan-kan-Nya. Penginjilan bisa dilakukan dengan berbagai macam cara,
termasuk salah satunya melalui dialog. Oleh karena itu, di bab 3, Dr. Stott
menjelaskan natur dialog yang benar sesuai dengan Alkitab. Beliau mengajak kita
kembali kepada pengajaran Alkitab tentang makna dialog yang sesungguhnya yaitu
dialog yang menekankan berita Injil tanpa kompromi dan menolak metode dialog
yang terlalu ekstrem yang mengompromikan Injil. Di bagian akhir bab ini, beliau
memberi contoh dari beberapa misionaris tentang dialog dengan orang-orang
non-Kristen: Hindu, Islam, dan sekuler.
Di dalam dialog, kita
mengajak orang-orang non-Kristen kembali kepada Kristus dan tunduk kepada-Nya.
Itulah jalan keselamatan yang akan diuraikan oleh Dr. Stott di Bab 4.
Keselamatan bukan hanya sekadar kesembuhan fisik atau pembebasan politik,
tetapi yang terpenting adalah pembebasan manusia dari dosa. Itulah yang Alkitab
ajarkan. Kemudian, Dr. Stott menjelaskan natur keselamatan yang merupakan
proses yang terus berlanjut hingga kekekalan nantinya. Sebagaimana telah
dibahas di bab 2, penginjilan bertujuan membawa sebanyak mungkin orang kembali
kepada Kristus melalui konversi. Tema konversi ini dibahas Dr. Stott di bab 5.
Meskipun banyak orang Kristen dan pemimpin gereja yang menolak konversi (yang
diidentikkan dengan proselitisme—menarik masuk seorang yang telah beragama ke 
dalam
agama lain), konversi tetap merupakan istilah yang penting di mana konversi
dikaitkan dengan kelahiran baru. Ada 3 kaitan konversi dan kelahiran baru:
regenerasi adalah tindakan Allah, sedangkan konversi adalah bagian manusia
(kita bisa bertobat karena anugerah Allah); regenerasi adalah sesuatu yang
terjadi tanpa kita sadari, sedangkan konversi umumnya disadari; dan regenerasi
adalah karya Allah yang langsung jadi, sedangkan konversi adalah sebuah proses.
Selain itu, inti dari konversi adalah mengajak orang-orang yang diinjili untuk
menTuhankan Kristus dan bertobat, kemudian berpartisipasi di dalam keanggotaan
gereja untuk bertumbuh, lalu bertanggung jawab di dalam hal-hal sosial dan
budaya manusia, serta melihat karya Roh Kudus di dalam proses konversi. Biarlah
buku ini dapat menjadi pedoman bagi kita untuk mengerti misi yang Alkitabiah
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan Kristen kita sehari-hari.
 
 
 
Endorsement:
“Tidak ada penulis Injili yang dapat membuat upaya
lebih cermat dengan jelas dan berimbang dibandingkan John Stott. Yang
disampaikannya secara segar dan mencerahkan.”
World Vision
 
 
 
Profil Rev. DR. JOHN R. W. STOTT:
(alm.) Rev. Dr. John Robert Walmsley Stott, CBEadalah seorang pemimpin Kristen
dari Inggris dan pendeta gereja Anglikan yang tercatat sebagai seorang pemimpin
dari gerakan Injili di seluruh dunia. Beliau terkenal sebagai salah seorang
penulis terpenting dari the Lausanne
Covenant pada tahun 1974. Beliau lahir di London pada tahun 1921 dari Sir Arnold
dan Lady Stott. Stott belajar modern
languages di Trinity College, Cambridge di mana beliau
lulus dengan dua gelar dalam bidang bahasa Prancis dan Theologi. Di
universitas, beliau aktif di the Cambridge inter-collegiate Christian
Union (CICCU).
Setelah ini, beliau berpindah ke Ridley Hall Theological College (juga the 
University of Cambridge) sehingga beliau
dapat ditahbiskan menjadi pendeta Anglikan pada tahun 1945 dan menjadi pembantu
pendeta di the Church of All Souls, Langham Place (1945-1950) (website: 
www.allsouls.org)
kemudian Pendeta (1950-1975). Beliau dipilih menjadi Pendeta bagi Ratu Inggris 
Elizabeth II (1959-1991)
dan Pendeta luar biasa pada tahun 1991. Beliau menerima CBE pada tahun 2006 dan
menerima sejumlah gelar doktor kehormatan dari sekolah-sekolah di Amerika,
Inggris dan Kanada. Salah satunya adalah Lambeth Doctorate of Divinity pada 
tahun 1983.
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke