2008/8/7 natimoet <[EMAIL PROTECTED]>:
> Dear rekan semua,
>
> Saya adalah seorang lulusan IT dari sebuah universitas yang terkenal
> dengan jurusan IT di Jakarta (gak etis kalau saya menyebutkan nama).
> Semenjak semester terakhir saya mendapat mata kuliah yang berhubungan
> dengan JAVA programming. Kebanyakkan yang mengambil mata kuliah ini
> mengalami yang namanya ANTI JAVA dalam hal ini saya menyebutnya
> sebagai "JAVA SYNDROME", statment mereka kebanyakan mengatakan klo
> belajar Java itu susah.
>

Ya benar ... belajar Java memang susah.
Belajar berenang dan naik sepeda juga susah.

> Sampai saat ini saya masih takut untuk memperdalam tentang JAVA entah
> kenapa (mungkin terpengaruh dengan yang lain), walupun untuk
> dasar-dasarnya saya mengerti sedikit.

Kalo takut, kapan mau bisa?


> Kalau saya tanya kepada programmer-programmer JAVA kebanyakan mereka
> secara tidak langsung menyebutkan bahwa JAVA itu terlalu luas untuk
> diselami. Padahal setahu saya Java itu memiliki kelebihan seperti bisa
> dipakai di OS manapun, bisa buat aplikasi mobile phone dan bla...bla..bla.
>

> Tapi mana buktinya bahwa Java banyak yang meminati?
>

Bank BCA pakai Java, Bank Mandiri pakai Java, Bank Indonesia pakai Java.



> Apa sebenarnya arti kata "luas" itu?

Ya itu sudah kamu tulis di atas.
Bisa dipakai di server, desktop, dan mobile.
Berarti kan luas cakupannya.

>
> Apa ada cara menghilangkan Java Syndrome di Indonesia?
>

Tidak perlu dihilangkan ... memangnya kenapa harus dihilangkan?
Semakin sedikit yang menguasai, supply semakin sedikit.
Padahal demand di dalam dan luar negeri semakin banyak.
Itu lihat aja di thread sebelah ... Balicamp butuh puluhan programmer Java.
Baru di Indonesia aja ...

Nah, kalo demand jauh melebihi supply, harga akan membubung.

Kamu mau gak dapat rate tinggi?
Kalo mau ya pelajari Java walaupun susah.
Kalo gak mau, ya belajar yang lain aja ...
No pain no gain ...



> Dan harus ada sesuatu yang dapat mengubah paradigma tentang Java, agar
> terdengar lebih familiar, khushusnya di telinga orang Indonesia
> (termasuk saya)


Mungkin justru paradigma kamu yang barus berubah.
Bahwa semakin sulit sesuatu, nilainya semakin tinggi.
Orang dibayar karena bisa solve problem.
Semakin sulit problem yang bisa disolve, semakin mahal bayarannya.

Jadi, harusnya kalo denger sesuatu sulit itu justru jadi tertantang.


-- 
Endy Muhardin
http://endy.artivisi.com
Y! : endymuhardin
-- life learn contribute --

Kirim email ke