----- Original Message ----- From: "southernphoenix" To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, October 20, 2005 12:05 AM Subject: [giii] (fwd)Pesta untuk Sang Kaisar
> Edisi. 30/XXXIV/19 - 25 September 2005 > > > Pesta untuk Sang Kaisar > > > Liem Sioe Liong menggelar pesta ulang tahunnya yang ke-90 di > Singapura. Wartawan Tempo Metta Darmasaputra menyusup dalam resepsi > berbiaya Rp 20 miliar itu. > > > TENGGELAM di antara kerumunan perempuan harum dan lelaki bertuksedo, > saya terpaksa melakukan pekerjaan menyebalkan itu. Beberapa orang > datang dan bertanya di mana toilet. Please, over there, Sir, kata > saya berulang-ulang. Posisi saya di ruangan yang megah itu memang > tak menguntungkan: di pojok dan berdiri kaku empat jam penuh tanpa > sedikit pun ada kesempatan duduk. Saya merasa bagai Santa Klaus di > toko mainan anak-anak pada sebuah malam Natal tersenyum, berusaha > gembira meski sesungguhnya dipaksakan. > > > Malam itu, Sabtu dua pekan lalu, saya memang tidak berada di toko > mainan anak-anak. Saya tercagak di The Island Ballroom Hotel > Shangri-La Singapura. Bagian depan ballroom disulap menjadi taman > istana yang dipenuhi lukisan dekoratif bergambar deretan pohon > bambu. Panggung berarsitektur istana Kaisar Cina dinasti Ming dan > Ching di Kota Terlarang (Forbidden City) dihadirkan di satu sisi > dalam ruangan. Malam itu terasa istimewa: Liem Sioe Liong, mantan > taipan nomor wahid Indonesia kelahiran Fujian, Cina, berulang tahun > yang ke-90. Buat orang Cina, sembilan merupakan simbol peruntungan, > karena merupakan angka terbesar dalam deret desimal. Penghitungan > hari ulang tahun Liem didasarkan pada penanggalan kalender Cina. > Dalam tarikh Masehi, umur Om Liem sebetulnya baru 89 tahun. > Ia lahir pada 16 Juli 1916. > > > Di pintu masuk hotel, puluhan wanita cantik berpakaian cheong sam > merah menyala berjejer rapi menyambut lebih dari seribu tamu yang > datang. Sebagian besar konglomerat papan atas Indonesia hadir. > Di sana tampak antara lain Prajogo Pangestu (Grup Barito), Sofjan > Wanandi (Gemala), Mochtar Riady (Lippo), Ciputra, Murdaya Poo > beserta istrinya Siti Hartati Murdaya (Berca), Budi Hartono > (Djarum), dan Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas). Juga datang tiga > putri mantan Presiden Soeharto: Siti Hardijanti Rukmana, Siti > Hediati Harijadi, dan Siti Hutami Endang Adiningsih. > Sejumlah mantan pejabat Orde Baru pun tak ketinggalan. Moerdiono, > Harmoko, Fuad Bawazier, dan Akbar Tandjung termasuk di antaranya. > Pesta yang berlangsung dua malam itu, Sabtu dan Minggu, diperkirakan > dihadiri 2.500 undangan dari Indonesia, Singapura, dan Cina. > > > Semua tamu diterbangkan dari daerah asal dengan Singapore Airlines. > Di Singapura mereka menginap di Shangri-La dan di Hotel Meritus > Meridien. Semua biaya terbang dan menginap ditanggung Om Liem. > Servis serupa juga pernah diberikan Liem ketika ia merayakan pesta > ulang tahun perkawinan ke-60, April tahun lalu. Pesta kawin emas > Liem dan istri di hotel yang sama pada 1994 ditaksir menghabiskan > dana US$ 650 ribu (Rp 6,5 miliar). Pesta ulang tahun Om Liem ke-90 > diperkirakan koran berbahasa Cina, Lianhe Wanbao, menelan biaya US$ > 2 juta (Rp 20 miliar). > > > * * * > > > BERJUBELNYA tamu penting membuat panitia pesta jauh-jauh hari sudah > mendata ketat nama para tamu. Kartu undangan yang disebar dilengkapi > bar code dan wajib dibawa saat datang untuk dicocokkan dengan data di > komputer panitia. Setelah dipastikan bukan penyusup, para tamu > mendapat cendera mata berupa huruf kanji kuno berlapis emas murni > lima gram. Oleh panitia mereka diantar menuju meja makan sesuai > dengan nomor yang telah ditentukan. Tak kurang dari 120 meja bundar > masing-masing berkapasitas 10 orang disiapkan untuk menjamu para > tamu. > > > Saya tak membawa undangan dan karenanya tak begitu yakin bisa masuk > ke pesta itu. Tapi selalu saja ada jalan di saat-saat genting. Dalam > antrean, menjelang pos pemeriksaan, saya terpikir untuk mencari > toilet yang terletak di bagian dalam ballroom. Beruntung, petugas > malam itu sangat ramah: mereka mempersilakan saya ke kamar kecil > meski dengan demikian melewati pos sekuriti. > > > Jadilah saya tamu tak diundang yang menyaksikan pesta megah itu dari > ruang sempit di sekitar pintu keluar ruang utama. Sesekali saya > mendekat panggung utama untuk menyaksikan beberapa detail untuk > kemudian menyingkir kembali ke pojok itu. Di sana bergerombol > pelayan hotel dan tujuh juru foto dari Moreno Studio yang khusus > diterbangkan dari Jakarta. > > > * * * > > > LIMA belas menit menjelang pukul delapan malam, perhelatan dimulai. > Suara tambur menderu. Pintu utama ballroom dibuka. Liem Sioe Liong > masuk dipapah oleh beberapa kerabatnya. Lagu "Nan Erl Dang Zi > Qiang", sound track film Kung Fu Master, segera menggema. Dimainkan > oleh aktor Jet Li, Kung Fu Master bercerita tentang pahlawan > legendaris rakyat Cina, Wong Fei Hung. Lebih dari seribu tamu yang > hadir malam itu sontak berdiri memberikan hormat kepada Liem Sang > Kaisar bershio naga. Tepuk tangan membahana. > > > Ditemani istrinya, Lie Shu Zen, Liem beringsut naik ke panggung > dengan bantuan sebilah papan hidrolik. Keempat anaknya Albert, > Andree, Anthoni, dan Mira berdiri di sampingnya. Dengan jas hitam > berdasi kupu-kupu warna merah marun, ia tampak sehat meski matanya > kerap menatap kosong. Alunan musik dari Keat Hong Chinese Orchestra > membahana. Bait-bait lagu Nan Erl bercerita tentang kesejatian > seorang laki-laki. > > > Hanya sedikit kata yang disampaikan Liem dalam bahasa Mandarin saat > memberikan sambutan. Sebentar kemudian, ia mengajak para tamu > bersulang. Gaaan beei..., terdengar aba-aba panjang. Gan bei adalah > bahasa Cina untuk bersulang. Para tamu pun menyambut hangat ajakan > itu. Acara kemudian dilanjutkan dengan santap malam. > > > Artis serba bisa asal Singapura, Kit Chan, khusus didatangkan dari > Amerika Serikat negeri tempatnya kini tinggal untuk menghibur para > tamu. Para undangan bernostalgia dengan beberapa lagu lama yang > pernah dipopulerkan Teresa Teng, penyanyi top yang tak asing bagi > warga keturunan Cina di seluruh dunia. > > > Selain makanan dan musik, para tamu juga disuguhi film dokumenter > tentang kehidupan Liem melalui enam layar lebar yang terpampang di > dua sisi ruangan. > > > Dalam film itu dikisahkan bagaimana Liem muda, saat itu 21 tahun, > memulai kariernya sebagai pembuat krupuk dan tahu di Kudus, Jawa > Tengah, setibanya ia dari tanah leluhurnya, Tiongkok. > > > Di kota itulah, Liem bertemu dengan gadis asal Lasem, Jawa Tengah, > Lie Shu Zen, yang kini jadi istrinya. Menurut Mira Salim, putri > Liem, ibunya sempat tak diizinkan orang tuanya untuk dinikahi Liem. > Mereka khawatir, anaknya dibawa ke Tiongkok, katanya. Tapi Liem > berhasil meyakinkan calon mertuanya. Pesta perkawinan selama 12 hari > pun dilangsungkan. > > > Liem kemudian hijrah ke Jakarta dan bisnisnya dari tahun ke tahun > menggurita. Tak hanya di Indonesia, sayap bisnisnya melebar hingga > Arab Saudi dan Nigeria. Ia pernah masuk dalam jajaran 100 orang > terkaya versi majalah Fortune. Liem pernah menerima penghargaan dari > pemerintah Spanyol. Ia juga pernah dinobatkan oleh Wharton School, > University of Pennsylvania, AS, sebagai legenda dari Asia Tenggara. > > > Tapi terpaan badai krisis ekonomi 1997 membuat bisnisnya ringsek. > Ia berutang kepada negara hingga Rp 52 triliun. Akibatnya, sejumlah > aset emasnya, termasuk Bank Central Asia, harus lepas dari > genggaman. Meski begitu, kerajaan bisnis Liem sepertinya tak pernah > benar-benar pudar. Ia tetap menjadi pusat magnet di jagat bisnis > Indonesia. Indofood dan Bogasari, dua dari sekian perusahaan Liem > yang tersisa, tetap merajai bisnis makanan di Indonesia. Bisik-bisik > menyebutkan, Liem sebenarnya masih punya banyak bisnis di Indonesia > meski namanya secara formal tak tercatat sebagai pemilik. > > > Buat masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, menurut Sofjan > Wanandi, jasa Om Liem tak bisa dibilang kecil. Dia pernah membiayai > 500 ribu warga Tionghoa mendapatkan kewarganegaraan Indonesia semasa > Soeharto dulu, ujarnya. > > > Wibawa Liem sebagai pebisnis memang belum tertandingi. Itu sebabnya > para taipan dan tamu undangan lainnya rela antre satu jam untuk bisa > bersalaman dengan Om Liem sebelum meninggalkan pesta yang berakhir > pukul 11 malam itu. Liem menjabat erat satu per satu tamunya dengan > ramah. Sesekali Liem tertegun jika lupa siapa orang yang ia hadapi. > Anthoni Salim, anaknya, lalu membisikkan nama tamu yang tak diingat > ayahnya. > > > Liem tampak menikmati pesta itu. Meski kini bermukim di Singapura > rumahnya di Jakarta dibakar massa pada 1998 ia tak pernah kehilangan > pengaruh. Tamu membludak. Orang-orang penting tak melupakannya. Tiga > putri Soeharto, menjelang pesta usai, mendatangi Liem dengan khidmat. > Mereka menatap, menjabat tangan lelaki tua itu, lalu tersenyum > mesra. Liem membalas jabatan itu. Ia tersenyum, memandang ketiganya > satu per satu seperti mengingat sebuah masa keemasan yang baru > beberapa tahun silam ia tinggalkan. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uBfwlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> _____________________________________________________________ Keluarga Besar Mahasiswa Siantar-Bandung (KBMSB) kbmsb@yahoogroups.com http://groups.yahoo.com/group/KBMSB http://www.mail-archive.com/kbmsb@yahoogroups.com Disclaimer : Isi tanggung jawab pembaca ! Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/KBMSB/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/