dalam salah satu pojok halaman majalah tempo edisi minggu ini terdapat sebuah 
resensi sebuah buku "Outlier", karya Malcolm Gladwell yang isinya sangat 
menarik--paling tidak menurutku :)

Berikut aku cuplik dari sumber Majalah Tempo edisi 09/XXXVIII 20 April 2009

Rgds,

Bobby

"Para Jenius dan Orang Biasa"

CHRIS Langan memiliki kecerdasan luar biasa. IQ-nya 195, jauh di
atas Albert Einstein yang ”hanya” 150. Tapi, sementara hampir setiap
orang yang belajar fisika modern mengenal penggagas teori relativitas
itu, siapa yang mengetahui Langan? Mengapa ia bukan seorang
outlier—mereka yang melakukan hal-hal di luar kebiasaan—yang sukses?

Kuliah Langan di Reed College, Oregon, Amerika Serikat, patah
di tengah jalan lantaran ibunya lalai mengisi aplikasi perpanjangan
beasiswa. Birokrasi universitas yang kaku tak mau tahu soal kecerdasan
remaja ini yang luar biasa. Tumbuh dalam keluarga miskin, orang tua
tunggalnya tak sanggup membiayai kuliah Langan. 

Langan lalu jadi buruh kasar, bekerja di kantor pemerintah, dan
tukang pukul di sebuah bar di Long Island. Sambil menjalani semua itu,
dia membenamkan diri di dunia filsafat, matematika, fisika, dan
mengerjakan risalah yang ia sebut Cognitive Theoretic Model of the
Universe. Tapi, tanpa gelar akademis, dia merasa tak akan pernah bisa
menerbitkan risalah itu di jurnal ilmiah mana pun. 

Dengan mengambil contoh paradoks kejeniusan Langan, Malcolm
Gladwell berikhtiar menunjukkan bahwa para jenius sekalipun membutuhkan
kesempatan, bahkan jam terbang panjang, untuk meraih sukses. Mereka
membutuhkan apa yang disebut psikolog Robert Stenberg ”kecerdasan
praktis”, sejenis keahlian sosial yang membantu kita membaca situasi,
dan mendapatkan yang kita inginkan. 

Langan berada di lingkungan yang tidak tepat bagi perkembangan
kecerdasan bawaannya. Nasibnya tak sebaik Robert Oppenheimer, yang
cerdas dan dibesarkan di lingkungan masyarakat terkaya di Manhattan,
dan kelak dikenal sebagai ilmuwan pengembang bom atom. 

Seperti dalam The Tipping Point dan Blink, kali ini pun
Gladwell mendongeng dengan begitu memikat. Ketiga buku ini
memperlihatkan betapa Gladwell jeli mengamati fenomena dan piawai
menyambungkan fakta-fakta dengan sudut pandang yang tidak biasa.
Menyinggung The Beatles dalam Outliers, ia menunjukkan betapa
pentingnya intensitas alias kerja keras. Merasa tak puas hanya bisa
bermain satu jam setiap manggung di Liverpool, The Beatles pergi ke
Jerman. ”Di Hamburg, kami harus tampil delapan jam. Jadi kami
benar-benar harus menemukan cara baru untuk bermain,” kata John Lennon.
Mereka manggung tujuh hari sepekan, mempelajari banyak lagu, dan
berlatih menjaga stamina, jauh sebelum masyhur. 

Hukum ”kesempatan, lingkungan, dan kerja keras” itulah,
menurut Gladwell, yang berlaku bagi siapa pun, termasuk para jenius,
yang ingin meraih sukses. Sukses bukanlah penghargaan atas kerja keras
semata tanpa peran lingkungan dan kesempatan. John D. Rockefeller,
Andrew Carnegie, dan J.P. Morgan bahkan memerlukan zaman yang tepat
untuk lahir. Barangkali, ceritanya akan berbeda bila pebisnis masyhur itu
bukan lahir sekitar 1835 dan telah cukup dewasa—bukan kanak-kanak dan
belum tua—ketika ekonomi Amerika tengah bertransformasi pada
1860-70-an: saat rel kereta api dibangun, industri manufaktur dimulai,
dan Wall Street didirikan. Inilah masa ketika semua hukum ekonomi
tradisional yang berlaku dipatahkan dan ditata ulang. 

Langan adalah contoh jenius yang tragis. Ia tumbuh di
lingkungan yang tak bisa memberikan apa yang ia perlukan untuk
menghadapi dunia dengan lebih baik. Anugerah genetisnya tersia-siakan.
Keberhasilan Bill Gates, The Beatles, Oppenheimer juga akibat kerja
keras sendiri. Mereka produk warisan, sejarah, masyarakat, serta
kesempatan. Walau, sering kali, kesempatan mesti direbut dan bukan
ditunggu. 

Di tengah perdebatan apakah hidup seseorang lebih ditentukan
oleh warisan genetisnya atau dibentuk terutama oleh lingkungannya
(nature or nurture), Gladwell menyodorkan penglihatannya bahwa
dibutuhkan setidaknya 10 ribu jam bagi seseorang/kelompok untuk sukses.
Pada akhirnya, kata Gladwell, outlier sama sekali bukanlah outlier. 

Penulis: Dian R. Basuki




      Layari secara lebih pantas dan bijaksana dengan Firefox 3!
http://my.downloads.yahoo.com/firefox/

Kirim email ke