JUBING KRISTIANTO
Valentine Magelangan

Gitaris Jubing Kristianto (43) sudah terbiasa tampil di berbagai kesempatan, 
mulai dari konser resmi di gedung kesenian sampai tampil pada hari ulang tahun 
perusahaan. Namun, di Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu (14/2) mendatang, dia 
akan tampil dalam acara ”A Valentine with Jubing Kristianto—Ada Cinta di 
Mana-mana” di Gedung Serba Guna, Bayleaf Coffee, Magelang.
”Aku mau membawakan lagu yang ada hubungannya dengan cinta, seperti lagunya 
Vina (Panduwinata), ’Di Dadaku Ada Kamu’; lagu Mandarin, ’Ye Liang Tai’; sampai 
lagu ’Every Breath You Take’ dari Sting,” tutur Jubing yang empat kali menjadi 
juara gitar tunggal nasional itu.
Dia juga akan membawakan lagu- lagu daerah, seperti ”Ayam Den Lapeh” sampai 
”Bungong Jeumpa”. Jubing juga berencana memainkan ”Dondong Opo Salak” gubahan 
seniman asal Magelang, Krisbiantoro.
Rupanya, tampil di Magelang bagi Jubing juga merupakan kejutan tersendiri. 
Kristianto  lahir di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 9 April 1966,  adalah 
seorang gitaris fingerstyle Indonesia yang banyak menjelajahi berbagai 
repertoar. Jubing menggunakan gitar klasik sebagai instrumennya. Ia dikenal 
pandai menghadirkan "suasana" yang ingin disampaikan sebuah lagu melalui 
gabungan berbagai teknik permainan gitar yang dinamis. Selain itu, gitaris 
Indonesia ini juga memberikan sumbangan dalam musikalisasi puisi dengan 
melakukan kolaborasi antara permainan gitar dengan pembacaan puisi, bahkan ia 
juga berkolaborasi dengan penyair WS Rendra yang membaca puisi serta pelukis 
Susilowati Natakoesoemah dalam acara "Collaborathree" di Jakarta. Demikian pula 
kolaborasi permainan gitarnya dengan permainan perkusi tradisional Suryadi dan 
suara penyanyi tenor Abimanyu tampil memukau penggemar musik yang melihatnya. 
Di luar keberaniannya untuk berkolaborasi dengan seniman lainnya, Jubing 
Kristianto juga sangat memanfaatkan media internet
 sebagai sarana untuk memperkenalkan musik Indonesia kepada dunia. Ia diakui 
oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Gitaris Indonesia Pertama 
yang Menyebarluaskan Komposisi dan Aransemen Gitar Pribadi Secara Gratis di 
Internet" (2008). Sebelumnya, pada tahun 2005, ia menerima penghargaan MURI 
sebagai "Penulis Ensiklopedia Gitar Pertama di Indonesia". Selain mencoba 
membagikan keberanian untuk mempertunjukkan keindahan permainan gitar akustik 
tunggal, eksplorasi Jubing dalam aransemen musik untuk lagu anak-anak dan lagu 
tradisional Indonesia adalah upaya untuk memperkenalkan kekayaan khazanah musik 
Indonesia ke penggemar gitar akustik di dunia.
Jubing dibesarkan oleh ayah dan ibu yang mencintai musik. Usia 12 dia sudah 
tampil bergitar mengiringi teman-teman sekolahnya dalam konser publik. Dua 
tahun kemudian Jubing belajar gitar klasik pada Suhartono Lukito di Semarang, 
setelah terpikat permainan gitar tunggal seorang teman. Setahun kemudian dia 
masuk final Yamaha Festival Gitar Indonesia (YFGI) 1982 untuk bagian bebas atau 
non klasik.
Sejak itu Jubing kerap mengikuti YFGI-selalu di kategori bebas. Empat gelar 
juara I (tahun 1987, 19992, 1994, dan 1995) ia raih. Tahun 1984 ia meraih 
Distinguished Award pada Festival Gitar Yamaha se-Asia Tenggara di Hongkong. 
Tahun 1990, Jubing bekerja di Tabloid Nova sebagai jurnalis. Ketika jadi 
wartawan, ia sempat belajar gitar lagi pada Arthur Sahelangi. Tahun 2003, 
Jubing meninggalkan tablod NOVA demi menjadi gitaris. Jubing kini adalah 
instruktur/ seminator/ penguji gitar di Yayasan Musik Indonesia (Yamaha) dan 
Sekolah Musik "Relasi" Jakarta, penulis tetap di di majalah edukasi musik 
"Staccato" dan "Gitar Plus", serta berkonser/rekaman bersama sejumlah grup di 
dalam dan luar negeri, termasuk bersama Kwartet Punakawan yang dipimpin pianis 
Jaya Suprana.
Sejak tahun 2000 Jubing menampilkan aransemen dan komposisi gitar ciptaannya 
sendiri lewat internet. Para gitaris dari berbagai negara telah memainkannya. 
Sejumlah komposisi Jubing menjadi lagu wajib ujian gitar pada sekolah musik 
Yayasan Pendidikan Musik (YPM) Jakarta.
Tahun 2007 Jubing meluncurkan CD album solo gitar pertamanya "Becak Fantasy" 
yang diproduksi label IMC Record. Menyusul sukses album pertama, lahir 
album=album berikutnya: "Hujan Fantasy" (2008) dan "Delman Fantasy" (2009) yang 
tetap didominasi permainan solo gitar akustik. Jubing telah menulis 
"Gitarpedia: Buku Pintar Gitaris" (2005) dan "Membongkar Rahasia Chord Gitar" 
(2007). Keduanya diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dan telah berkali-kali 
cetak ulang.
Pada Agustus 2008, Jubing menjadi penata musik untuk film layar lebar "Kita 
Punya Bendera" yang disutradarai Steven Purba. Film anak-anak bertema 
kebhinneka-tunggal-ika-an ini telah diputar di bioskop dan diputar di berbagai 
sekolah di Indonesia.
 
 


      

Kirim email ke