Dari zaman dahulu sudah terkenal dengan malaikat/Dewa
pengcabut nyawa. Yakni Tua Ya Pek (putih) dan Ji Ya
Pek (hitam). Konon pernah saya diceritakan sebenarnya
ada tiga dewa dan 1 peminpin(atasan red.)yaitu dewa
hantu (Cong kui). Dari sisi image yang ada adalah Tua
Ya Pek (memegang kipas dan sempoa) bertugas untuk
menghitung ajal seseorang, Ji Ya Pek betugas
menghilangkan nyawa seseorang dan yang ketiga (menarik
peti jenazah) bertugas memasukan jasad orang mati ke
tempatnya. Seberapa kebenaranya, mungkin rekan2
mempunyai versi yang lain ?

Isone   
--- Handoyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bagaimana tanggapan rekan-rekan terhadap cerita
> dibawah?
> Thanks.
> Handoyo
> 
>
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
> Kisah Dewa Kematian
> (dikutip dari sebuah buku spiritual) 
> 
> Guru pembimbing utama saya, ---censored--- banyak
> menjelaskan tentang 
> tugas-tugas dari para malaikat, dewa-dewi dan para
> mahluk suci yang 
> ditentukan oleh ---censored---. Setiap malaikat dan
> dewa-dewi mempunyai tugas 
> penting yang khusus sesuai dengan tingkatan
> masing-masing. Dimana perintah 
> dari ---censored--- selalu dijunjung tinggi. Salah
> satu tugas yang cukup 
> menarik adalah tugas dari malaikat pencabut nyawa
> yang lebih di kenal sebagai 
> sepasang dewa kematian, yang oleh beliau selalu di
> namakan si Hitam dan si 
> Putih.
> 
> Pasangan malaikat pencabut nyawa, si Hitam dan si
> Putih mempunyai tugas 
> membawa dan mengawal roh awal dari para mahluk yang
> telah tiba ajalnya. 
> Bilamana pada masa hidupnya, orang ini telah
> mengumpulkan banyak karma baik. 
> Si Hitam dan si Putih akan menjelma menjadi mahluk
> yang luar biasa indahnya, 
> dan menarik roh orang tersebut dengan halus tetapi
> cepat sekali, kedua dewa 
> ini membantu agar orang tersebut dapat melepaskan
> ikatan rohnya tanpa harus 
> merasakan sakit yang lama. Walaupun demikian, rasa
> sakit yang dirasakannya 
> tetap tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
> 
> Sebaliknya bilamana pada masa hidupnya orang ini
> telah melakukan banyak karma 
> buruk, si Hitam dan si Putih menjelma sebagai mahluk
> yang sangat mengerikan 
> dan akan menarik roh orang tersebut dengan kasar dan
> perlahan-lahan. Orang 
> ini akan mengalami proses kematian yang sulit dan
> rasa sakit yang luar biasa. 
> Sungguh suatu penderitaan awal yang sulit
> dibayangkan.
> 
> ---censored---, sejak berumur lima tahun telah
> mempunyai hubungan yang baik 
> dengan kedua malaikat pencabut nyawa. Hubungan
> beliau yang sejak kecil ini 
> sangat terkenal tidak hanya terkenal didalam dunia
> manusia, tetapi hingga 
> didunia spiritual. Kisah kedua malaikat ini banyak
> saya dengar dari beliau. 
> Untuk ini saya mempersembahakan sebuah cerita
> tentang sepasang malaikat 
> pencabut nyawa. Semoga para umat dapat memetik
> hikmah dari kisah ini.
> 
> Alkisah seorang nenek tua yang tinggal seorang diri
> di kaki gunung wilayah 
> Hua-Lien. Seluruh keluarga dari nenek ini telah
> meninggal dunia pada suatu 
> wabah yang menimpa desanya beberapa tahun yang lalu.
> 
> Setiap hari nenek ini bekerja mencari kayu bakar
> untuk dijual dipasar. Sebelum 
> matahari terbit, dia sudah pergi ke atas gunung
> untuk mengumpulkan kayu 
> bakar. Di pagi hari dia harus sudah tiba di pasar
> untuk menjual kayunya. Lalu 
> uang hasil penjualan kayunya dibelanjakan untuk
> kehidupan sehari-harinya. 
> Tubuh nenek ini sudah sangat bongkok sekali, karena
> harus meminggul kayu 
> bakar yang berat.
> 
> Suatu hari si nenek jatuh sakit, tetapi si nenek
> tetap memaksakan untuk pergi 
> ke gunung mencari kayu bakar. Ketika hendak turun
> gunung nenek tidak kuat 
> lagi menahan sakitnya dan berkata dalam hati:
> "Diriku sudah tua dan selalu 
> menderita sakit. Umurku tidak lama lagi. Semoga pada
> saat kematian nanti, 
> saya tidak merasakan sakit lagi.".
> 
> Si Hitam dan si Putih rupanya mendengar permohonan
> nenek ini, si Hitam dan si 
> Putih merasa kasihan akan penderitaan sang nenek
> karena harus bekerja keras 
> setiap hari tanpa hentinya walaupun telah
> sakit-sakitan. Mereka kemudian 
> memutuskan untuk membantu sang neek dengan
> mempercepat ajal sang nenek agar 
> sang nenek dapat terbebaskan dari penderitaannya
> setiap hari.
> 
> Mereka lalu menampakkan diri, dan menanyakan nenek
> itu: "Nenek, saya dapat 
> membantu permohonan nenek."
> 
> Nenek sangat terkejut melihat si Hitam dan si Putih
> dihadapannya, dengan 
> ketakutan berkata,"Saya… tidak ingin mati,
> saya…. masih mau hidup."
> 
> Lalu sang nenek mengangkat kayu bakarnya yang berat
> , dan berlari cepat 
> meninggal si Hitam dan si Putih. Rupanya nenek ini
> tidak merasakan sakitnya 
> lagi karena ketakutannya akan kehadiran kedua
> malaikat pencabut nyawa.
> 
> Si Hitam dan si Putih merasa sangat heran, bukankah
> tadi sang nenek memohon 
> agar dapat meninggal tanpa harus merasakan sakit.
> Setelah permohonannya akan 
> dikabulkan, ternyata sang nenek malah menolaknya dan
> ingin tetap hidup 
> walaupun mengalami penderitaan dan kesakitan setiap
> harinya.
> 
> Kisah ini mempunyai banyak makna yang tersembunyi,
> kiranya salah satu makna 
> yang akan saya jelaskan adalah tentang masalah
> menjelang kematian.
> 
> Datangnya kematian yang menjemput setiap mahluk,
> melalui berbagai macam cara 
> dan proses yang beraneka ragam. Ada yang melalui
> usia tua, sakit, tidak sadar 
> diri, musibah kecelakaan, terbunuh, dan bahkan di
> saat meditasi, dsb.
> 
> Semua manusia akan meninggal, hanya cara dan
> prosesnya yang berbeda-beda. 
> Proses kematian tergantung daripada banyak hal,
> seperti: unsur alam, waktu, 
> keadaan lingkungan, karma atau perbuatan, kondisi
> tubuh, dsb. Apapun proses 
> yang akan dihadapi saat menjelang kematian bukanlah
> hal yang harus ditolak 
> atau dipaksakan, karena proses ketidak abadian ini
> tidak dapat dihindari.
> 
> Walaupun telah mengetahui akan kematian yang pasti
> akan tiba, manusia selalu 
> mengangap bahwa kematian tidak akan datang
> secepatnya pada dirinya. Bila kita 
> membaca koran, kita dapat melihat setiap hari adanya
> berita kematian yang 
> datang setiap saat tanpa memperdulikan berapa lama
> usia manusia.
> 
> Banyak manusia dengan sombong berkata bahwa dirinya
> tidak takut menghadapi 
> kematian. Bila saja mereka dapat melihat apa yang
> akan terjadi setelah 
> kematiannya, tentu mereka tidak berani dengan
> sombongnya berkata demikian.
> 
> Lihatlah, Sang nenek walaupun selama hidupnya penuh
> dengan penderitaan yang 
> luar biasa. Nenek ini juga tidak mempunyai anak-anak
> yang harus di urusnya, 
> dan juga tidak ada harta maupun hutang yang menjadi
> beban. Boleh dikatakan 
> tidak ada lagi kecemasan dan beban dunia yang
> memberatkan diri sang nenek ini 
> dalam menghadapi kematian.
> 
> Tetapi ketika Dewa Kematian benar-benar hadir
> menjemputnya, sang nenek menjadi 
> takut dalam menghadapi kematiannya. Walaupun dirinya
> telah diberitahukan 
> bahwa kematiannya tidak akan sakit sedikitpun, nenek
> ini tetapi menolak 
> kematiannya. Penderitaan sang nenek tidak dapat
> mengalahkan ketakutan akan 
> datangnya saat kematian.
> 
> Bagaimana kita dapat berkata tidak takut menghadapi
> kematian, bilamana 
> keterikatan akan duniawi masih melekat. Lagipula
> proses kematian kita belum 
> di janjikan tanpa rasa sakit oleh Dewa Kematian.
> 
> Ketakutan sang nenek akan Kematian tidak lagi
> bersumber dari unsur luar maupun 
> dari ikatan duniawi lagi. Ketakutan sang nenek
> disebabkan karena sang nenek 
> ini tidak pernah siap dalam menerima kematiannya.
> Dirinya masih belum 
> mempunyai kepercayaan dan kenyakinan akan apa yang
> akan 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do you Yahoo!?
New DSL Internet Access from SBC & Yahoo!
http://sbc.yahoo.com

---------------------------------------------------------------------
Milis Kelenteng - Quan Shui
URL: http://lists.quanshui.org
Posting, email: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke