Pengajian: Zikrullah
oleh : Ahmad Zaki

 
Sebagai seorang muslim, kita selalu dituntut untuk berdzikir atau 
untuk selalu mengingat Allah  SWT dalam kondisi apapun. Baik dalam 
keadaan berdiri maupun duduk maupun berbaring, baik dalam keadaan 
senang maupun susah. Karena dengan mengingat Allah  SWT hati kita 
akan menjadi tenang. Hal ini sesuai dengan firman Allah  SWT yang 
berbunyi: 
 
Yang artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka 
menjadi tentram dengan mengingat Allah  SWT. Ingatlah! Hanya dengan 
mengingat Allah –lah hati menjadi tentram. (QS. Ar-Ra'd: 28)
 
Dalam ayat ini seakan-akan Allah  SWT mengatakan kepada kita: 
ketahuilah! Hanya dengan berdzikir kepada Allah , maka pasti hatimu 
akan tenang. Karena yang mengatakan ini adalah Allah  SWT, berarti 
ini aksioma langit (ketentuan mutlak) yang tidak dapat ditawarkan 
lagi. 
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: 
 
Artinya: perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak 
berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati. (HR. 
Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy'ari). 
Demikian pentingnya kita untuk selalu mengingat Allah  SWT, sampai-
sampai Allah  SWT mengumpamakan orang yang tidak berdzikir seperti 
orang mati. Na'udzubillahi min dzalika.
 

Dzikir bukan hanya sebuah tutur kata diatas mimbar, bukan juga 
sekedar komat kamit sebagai gerak mulut saja, bukan sekedar duduk di 
masjid ataupun duduk di tengah malam sambil melafazkan kalimat-
kalimat tertentu dengan menggunakan butiran-butiran tasbih. Namun 
lebih dari itu, dzikir merupakan pengalaman ruhani yang dapat 
dinikmati oleh pelakunya. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah  SWT 
sebagai penentram hati. Pada hakekatnya dzikir dapat dijadikan empat 
macam. Pertama: Dzikir Qolbiyah, dzikir ini adalah merasakan 
kehadiran Allah, dalam melakukan apa saja ia meyakini akan kehadiran 
Allah  SWT bersamanya sehingga hatinya selalu tenang tanpa ada rasa 
takut sedikit pun. Allah  SWT maha melihat, maha mendengar, lagi maha 
mengetahui. Tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya, seberat 
atom pun yang di langit maupun di bumi. (QS. Saba': 3). Dzikir 
qalbiyah ini lazim disebut ihsan. Rasulullah SAW bersabda tentang 
arti ihsan, yaitu:
 
Artinya: (Ihsan adalah) engkau menyembah Allah  seakan-akan engkau 
melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya tapi sesungguhnya Dia 
melihatmu. (Hadits Muttafaqun `alaih).
Dengan dzikir qalbiyah kita memfungsikan mata hati kita dan menyadari 
bahwa Allah  SWT selalu melihat dan mengawasi kita. Jika kita sudah 
mencapai pada kesadaran ini, maka akan menimbulkan dampak yang besar. 
Pertama: hati akan selalu bersih. Kedua: apapun yang kita kerjakakan 
akan menjadi ibadah dan ketiga: kita akan memperoleh nilai dalam 
hidup ini, yakni keridhoan Allah  SWT, karena apapun yang kita 
kerjakan kalau bukan karena Allah  SWT, maka mestilah sia-sia atau 
bahkan bisa disebut rugi.
 
Dzikir yang kedua: Dzikir Aqliyah, adalah kemampuan menangkap bahasa 
Allah  SWT dibalik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa 
semua gerakan alam, Allah  lah yang menjadi sumber gerak dan yang 
menggerakkannya. Alam semesta ini adalah sekolah dan tempat belajar 
kita. Segala ciptaan-Nya dengan segala proses kejadiannya, adalah 
proses pembelajaran kita. Segala ciptaan-Nya yang berupa batu, 
sungai, gunung, udara, pohon, manusia, hewan dan sebagainya merupakan 
pena Allah  SWT yang mengandung qalam-Nya (sunnatullah) yang wajib 
kita baca. Kalau kita jeli memahami Al-Quran, sesungguhnya kita hidup 
di bumi nan luas ini, yang pertama kali di perintahkan adalah membaca 
(Iqra). Yang wajib kita baca ada dua wujud, yakni alam semesta (ayat 
kauniyah) termasuk di dalamnya diri kita (manusia) dan Al-Quran (ayat 
Qauliyah). Dengan kesadaran dan cara berfikir ini, maka setiap kita 
melihat suatu benda (ciptaan-Nya) pada saat yang sama kita akan 
melihat keagungan, kebesaran dankekuasaa Allah  SWT, inilah yang 
merupakan puncak dan hasil dari dzikir aqliyah.
 

Dzikir yang ketiga: Dzikir lisan, ini adalah buah dari dzikir hati 
dan akal. Setelah melakukan dzikir hati dan akal, barulah lisan 
berfungsi untuk senantiasa berdzikir, selanjutnya lisan berdo'a dan 
berkata-kata dengan benar, jujur, baik dan bermanfaat. Orang yang 
merasa hatinya hadir di hadapan Allah  SWT dan sadar bahwa dirinya 
selalu berada dalam pengawasan-Nya disebut muraqabah. Dengan 
muraqabah akan mendorong seorang muslim untuk melakukan muhasabah 
atau evaluasi diri. Dengan melakukan muraqabah dan muhasabah, kita 
akan menemukan hikmah. Inilah yang merupakan tujuan akhir dari dzikir 
lisan, yaitu menemukan hikmah dibalik semua ciptaan Allah  SWT 
setelah merasakan kehadiran-Nya dan befikir tentang semua ciptaan-
Nya. Kalau kita tidak melakukan dzikir lisan, maka hati dan pikiran 
kita akan tumpul dan mudah di bisiki oleh bisikan-bisikan syetan yang 
akan merenggut ketenangan hati.   
 
Ma'ayiral muslimin, sidang shalat jum'at yang berbahagia!
Dzikir yang keempat: Dzikir amaliyah, sebenarnya cita-cita kita semua 
adalah dzikir amaliyah, dan ini sebenarnya goal atau tujuan yang kita 
inginkan dari dzikir. Setelah hati kita berzikir, akal kita berzikir, 
lisan kita berdzikir, maka akan lahirlah jiwa-jiwa serta pribadi-
pribadi yang suci, pribadi-pribadi yang berakhlaq mulia, baik secara 
lahir maupun bathin. Dari pribadi-pribadi tersebut akan lahirlah amal-
amal shaleh yang diridhoi oleh Allah  SWT, sehingga terbentuk sebuah 
masyarakat yang takut serta bertaqwa kepada Allah  SWT. Kalau sudah 
demikian maka akan dibukakan oleh Allah  SWT pintu-pintu berkah dari 
langit maupun dari bumi. Sebagaimana firman Allah  SWT: 
 
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk di negeri-negeri itu beriman dan 
bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari 
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat dan hukum-hukum 
kami) itu, maka kami siksa (adzab) mereka disebabkan perbuatannya. 
(QS. Al-A'raaf: 96)
 
Demikianlah janji Allah  kepada kaum yang beriman dan bertaqwa kepada-
Nya. Dengan meningkatkan dzikir kita kepada Allah  SWT, insya Allah  
akan dapat kita raih predikat taqwa yang pada akhirnya akan 
melahirkan pribadi-pribadi yang bertaqwa kepada Allah  SWT.
 

Puncak dzikir adalah ketika kita telah mampu menanggalkan atribut-
atribut artificial yang kita sandang. Yakni kita benar-benar telah 
bebas dari keinginan-keinginan pribadi. Semua tindakan kita 
didasarkan pada prinsip lillahi ta'ala (hanya karena Allah ). Pada 
stadium inilah keikhlasan dan ihsan itu berada. Pada saat itu kita 
akan menemukan kesadaran akan nilai-nilai ilahiyah dan 
kemanusiaannya. Seperti memiliki kelembutan hati, kehalusan budi 
pekerti (akhlak), keadilan, keberanian, kasih sayang, kejujuran, 
amanah, kedermawanan, keikhlasan, dan keta'atan untuk mencapai ridho 
Allah  SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa sibuk memperbaiki diri 
dan dibarengi dengan amal shaleh. Itulah derajat taqwa yang ingin 
kita raih bersama.

Wallahu a'lam bissowab
 







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/9s3l1A/lbOLAA/a8ILAA/wDNolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke