Tragedi Haji sumber : http://akmal.multiply.com/journal/item/137
assalaamu'alaikum wr. wb. Saya tidak menyebutnya 'Tragedi Jamarat', karena saya rasa lebih tepat kalau kita sebut tragedi tempo hari itu sebagai tragedi terhadap keseluruhan jamaah haji. Seperti sudah diketahui, lebih dari tiga ratus jamaah haji meninggal akibat berdesak-desakan saat hendak melempar jumrah. Apakah ini sebuah tragedi di tempat itu? Tidak, menurut saya ada masalah lain yang jauh lebih berat dan perlu kita pikirkan bersama. Pertama, kita harus tahu bahwa kematian sedemikian banyak jamaah haji di Jamarat adalah suatu kejadian yang amat tidak perlu. Penyebabnya adalah banyaknya jamaah haji yang berbalik arah - bukannya ke pintu keluar - namun justru kembali lagi untuk melempar jumrah sekali lagi. Kedua, perlu juga diketahui bahwa sebagian jamaah haji yang berbalik arah itu hendak mengejar sunnah yaitu melempar jumrah pada waktu yang lebih afdhal. Saya sendiri kurang tahu apakah waktu yang lebih afdhal itu memang ada, yang jelas hal tersebut paling tinggi derajatnya hanyalah sunnah, bukan wajib. Ketiga, kita harus juga mengingat bahwa akibat dorongan arus jamaah yang berjalan berlawanan arah itu, maka banyak jamaah yang tersungkur dan akhirnya terinjak-injak tak berdaya. Karena sebagian di antara mereka bertubuh lemah dan sudah tua, akhirnya mereka pun menemui ajalnya. Betapa mengenaskan. Alasan mengapa saya menyebutnya sebagai sebuah 'tragedi haji' adalah karena justru dengan kejadian semacam inilah kita ditegur dan ditampar berkali-kali oleh Allah SWT dengan sebuah kenyataan yang pahit : tidak semua orang yang pergi berhaji benar-benar bermental haji. Hal itu secara implisit sudah saya buktikan dari tiga hal yang saya sebut di atas. Orang yang benar-benar mengerti ajaran Islam akan paham bahwa mereka tidak perlu memaksakan suatu ibadah sunnah kalau sampai harus menyusahkan saudara seimannya. Karena hanya sunnah, maka tentu kita tidak perlu merepotkan orang lain sampai-sampai harus berbalik arah dalam keadaan penuh sesak seperti demikian. Apa untungnya dari sikap demikian? Saya harap mereka yang bersikap keras kepala seperti ini benar-benar menyesal dari lubuk hatinya, dan semoga Allah mengampuni kesalahannya. Rasulullah saw. pun tidak segan-segan membatalkan shaum sunnahnya karena kedatangan seorang sahabat yang datang bertamu. Agar bisa menemani tamunya makan, maka beliau membatalkan shaumnya. Tentu sikap ini tidak dilakukannya jika shaum itu adalah shaum wajib. Demikianlah pengetahuan dasar mengenai hukum-hukum suatu ibadah. Hal lain yang cukup menyedihkan adalah bagaimana tiga ratus nyawa harus melayang sebelum aksi dorong-mendorong antar sesama muslim itu berhenti. Antar sesama muslim! Antar sesama jamaah haji! Kemanakah perginya sikap saling mendahulukan? Kemana perginya sikap saling mengasihani? Kemana raibnya rasa persaudaraan? Memang awal masalahnya adalah jamaah haji yang berbalik arah itu. Akan tetapi, jika sudah ada yang tumbang dan terinjak-injak, mengapa jamaah yang di belakang tidak juga berhenti mendorong? Apakah ibadah sunnah itu sedemikian pentingnya hingga rasa kasihan pada saudara seiman terlupakan? Sedemikian susahnyakah mengalah demi keselamatan hidup sesama Muslim? Kalau saja mereka semua kompak bergerak mundur demi menghindari jatuhnya korban jiwa, barangkali tragedi ini tak perlu terjadi. Kalau saja mereka bisa mengendalikan egonya. Tapi mereka adalah calon haji dan hajjah! Saya tidak hendak menghujat semua jamaah haji, karena tentu tidak semuanya bersikap demikian. Saya hanya ingin menggarisbawahi kejadian ini dan menjadikannya sebagai pelajaran. Haji bukanlah ibadah yang hanya bermodalkan badan sehat dan uang yang cukup. Haji juga harus ditopang oleh pemahaman yang mendalam mengenai ajaran-ajaran Islam. Gelar 'haji mabrur' hanyalah impian semata bagi mereka yang hatinya tidak menjadi lembut karena telah bertemu Baitullah dan berkumpul di Arafah. Tidak ada pula manfaat melempar jumrah jika setan dalam diri kita tidak kita lempari sampai benar-benar enyah dan berhenti mengganggu kita. Kita harus belajar bahwa haji bukanlah acara plesir ke tanah suci Mekkah. Haji adalah sebuah ibadah superserius. Sekedar uang jutaan rupiah tidak akan mampu membeli gelar 'haji dan hajjah' di hadapan Allah. Buktilah yang akan berbicara lebih banyak. wassalaamu'alaikum wr. wb. Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/