Pada masa Rasulullah masih hidup, segala sesuatu beliau pimpin 
sendiri. Peristiwa-peristiwa yang terjadi langsung mendapat 
keputusan dari beliau. Sahabat2 senantiasa beliau beri petunjuk, dan 
mengajarkan mengenai ayat2 al-Quran yang  diturunkan Allah kepada 
beliau. Rasulullah wafat meninggalkan para sahabat yang merupakan 
alim ulama dan cerdik pandai. Mereka diserahi tugas untuk 
menggantikan beliau memimpin negara dan rakyat, memajukan agama dan 
menghukum segala sesuatu dengan adil.

Dalam menghadapi segala soal, terlebih dahulu para sahabat memeriksa 
soal tersebut dalam al-Quran atau hadits yang mereka hafal. Ketika 
masalah yang mereka hadapi tidak ditemukan nash-nya dalam al-Quran 
maupun Hadits, kemudian mereka saling bertanya satu sama lain, 
mungkin diantara sahabat yang lain mengetahui hadits dalam masalah 
yang mereka hadapi. Apabila ada diantara mereka yang mengetahui 
hadits mengenai peristiwa itu, kemudian mereka tetapkan hukum 
peristiwa itu menurut nash hadits tersebut. Jika tidak ditemui nash 
yang jelas, kemudian mereka berijtihad untuk mencari hukum dengan 
membandingkan dan meneliti ayat2 dan hadits yang umum, serta 
mempertimbangkannya dan  menyesuaikannya dengan peristiwa yang 
terjadi, diqiaskan dengan hukum yang sudah ada, yang berdekatan 
dengan peristiwa yang baru terjadi itu.

Jadi, seluruh persoalan yang ada, penetapan hukumnya pada dasarnya 
dikembalikan kepada dua pokok, yaitu al-Quran dan Hadits. Ulama di 
zaman sahabat sampai ke zaman tabi'in dan seterusnya mengambil hukum-
hukum fiqih bukan semata-mata dari pendapat mereka dengan melihat 
dan meneliti peristiwa yang ada di tengah2 mereka saja, tetapi 
sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, mereka mengambil hukum 
itu dari pokoknya, yaitu al-Quran dan Hadits.

Nama2 ulama sahabat nabi yang besar jasanya dalam menjalankan dan 
mensyiarkan ilmu fikih yaitu, Mu'az, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu 
Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy'ari, Abu darda, dan 
lainnya. 

Hukum yang didapat oleh seseorang dengan ijtihad dinamakan 
madzhabnya. Ulama yang mempunyai madzhab terkenal diantaranya adalah 
Hasan Basri, As-Saury Ibnu Abi Laila, al-Auza'iy, al-Laisy, Abu 
Hanifah, Malik bin Anas, as-Syafi'I, Ahmad bin Hambal. Empat imam 
terakhir, madzhabnya hingga hari ini terus menerus mendapat dukungan 
dari ulama sampai sekarang. Beratus-ratus kitab ditulis dan disusun 
dari zaman ke zaman sesuai madzhab tersebut.

1. Madzhab Hanafi
Penyusunnya adalah Imam Abu Hanifah  (80 H-150H) yang terkenal  
sebagai seorang alim yang terbesar di masa itu, mahir dalam ilmu 
fikih serta pandai meng-istinbat-kan hukum dari al-Quran dan Hadits. 
Beliau disebut-sebut sebagai wadi' ilmu fikih, yaitu yang mula2 
menyusun ilmu fikih sebagaimana susunan sekarang ini. Sebagian besar 
ulama2 yang mendukung madzhab Abu Hanifah, kembali menyelidiki dan 
memeriksa hukum2 yang mereka dapatkan dari Abu Hanifah dengan 
memeriksa dalil-dalilnya serta disesuaikan dengan keadaan2 
kefaedahan dan kemudharatannya. Beberapa diantara mereka ada yang 
tidak sependapat dengan pendapat Imam Abu Hanifah dan menetapkan 
hukum menurut pendapatnya sendiri. Diantara mereka adalah Abu Yusuf, 
Muhammad bin Hasan, dan Zufar.

2. Madzhab Maliki
Penyusunnya Malik bin Anas al-Asbahi (93H-170H). Beliau adalah 
seorang ahli fiqih dan Hadits. Kitab Hadits beliau yang terkenal 
hingga sekarang adalah Al-Muwatta. Beliau mempunyai banyak murid 
yang menjadi ulama terkemuka, diantaranya adalah Imam al-Laisy, Imam 
Syafi'I, dan Imam al-Farazi. Perkataan beliau yang banyak dikutip di 
dalam buku2 fikih adalah "Sesungguhnya saya sebagai manusia biasa 
kadang2 betul kadang2 salah, maka hendaklah kamu periksa dan kamu 
selidiki pendapat2ku itu, mana yang sesuai dengan sunnah, ambillah!"

3. Madzhab Syafi'I
Nama Penyusunnya adalah Muhammad bin Idris bin Syafi'I (150H-204H). 
Sewaktu berumur 7 tahun beliau telah hafal al-Quran, dan umur 10 
tahun beliau sudah hafal kitab gurunya (Imam Malik) al-Muwatta. 
Setelah berumur 20 tahun beliau mendapat izin berfatwa dari gurunya, 
Muslim bin Khalid. Kata-kata Imam Syafi'I yang sangat menjadi 
perhatian ialah "Apabila Hadits itu sah, itulah madzhabku, dan 
buanglah perkataanku yang timbul dari ijtihadku."

4. Madzhab Hanbali
Penyusunnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal. Beliau adalah 
murid Imam Syafi'I yang mendapat pujian darinya. Kata Imam 
Syafi'I,"Saya keluar dari Baghdad, tidak saya tinggalkan disana 
seorang alim selain ahmad bin hanbal, yang sungguh banyak menghafal 
hadits."
Murid Imam Ahmad banyak yang terkemuka, diantaranya yaitu Bukhari 
dan Muslim.

***

Ref: Fiqh Islam, Sulaiman Rasyid






Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke