--- dodindra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Alhamdulillah,
> Ibu Rahima yang insya Alloh dirohmati Alloh SWT,
> terima kasih atas
> tambahan penjelasannya.

Alhamdulillah, wasyukrulillah. Sama-sama semoga kita
semua diberi rahmat oleh Allah Ta'ala, dan diberi
hidayah, nur, dimaafkan segala kesalahan dan
kekhilafan yang tanpa kita sengaja, atau kita sengaja,
dan tidak akan pernah mengulagi kembali perbuatan
salah yang pernah kita lakukan,  semua itu adalah
penguji ke Imanan kita, dan akan mempertinggi kekuatan
Iman kita pada Allah Ta'ala, karena Allah berfirman:

 " Apakah kamu manusia mengira, kamu akan
ditinggalkan, dan kamu mengatakan kami beriman,
sedangkan kamu tidak diuji dahulu?", semakin tinggi
keimanan seseorang, maka godaan syetannyapun akan
semakin tingkat sarjana pula.

Allah berfirman : " Sebaik-baik orang yang berbuat
kesalahan adalah orang yang bertaubat". Amin Ya Rabbal
'alaamin. Lupakan masa lalu, lihat masa depan lebih
ceria dan lebih baik lagi.Allah, tidak akan pernah
meninggalkan hambaNYa yang beriman, dan maha tahu
segala isi hati. 


> Seperti penjelasan ibu, menurut saya, perkataan
> Cinta Tanah Air bagian
> dari Iman, itu juga selaras dengan penjelasan, jika
> seseorang
> mencintai tanah air, itu adalah salah satu tanda
> keimanannya, apalagi
> jika ikhlas dengan diniatkan Lillahi ta'ala
> ,mengamalkan Al Qur'an dan
> As Sunnah, untuk memakmurkan tanah airnya.
> 
> Apakah kata-kata itu Hadits palsu ? itu hal yang
> lain, sependek
> pengetahuan saya, perkataan Hubbul wathon minal
> iman, dinukil dari
> sebuah hadits yang termuat dalam kitab Dalilul
> Falihin oleh Syaikh
> Ibnu 'Allan as-Shiddiqi, oleh banyak ulama kitab ini
> dianggap syarah
> dari kitab Riyadush Shalihin oleh Imam Abu Zakariya
> Yahya bi Syaraf
> Annawawi.

Subhanallah, secara cepat Allah langsung memberikan
kemudahan pada saya dalam menjawab permintaan dan
pertanyaan akhi Dodi, untuk melihat buku syarah
Riyadhusshaliihin oleh Imam Annawawi ini, padahal akhi
Dodi tidak memuat bab atau halamannya. Ada dikitab
apa.

Alhamdulillah buku ini saya miliki dan ada dua jilid
sekitar 1600 halaman semuanya. Mulanya saya bingung,
dari mana saya harus mencari hadist ini dibuku setebal
ini, ngak disebutkan di bab apalagi halaman berapanya?

Saya lihat dulu di indeks(kamus hadistnya), tidak ada.
Akhirnya saya berfikir, masalah cinta tanah air
berkaitan dengan topik apa tepatnya? Oh yah, tentu
masalah jihad. Subhanallah, buka bab jihad, langsung
kebaca hadist ini.

Ternyata ada kesalahan terjemahan dalam bahasa
Indonesianya(kali), disana, bila hal ini dijadikan
dalil untuk cinta tanah air sebahagian dari Iman.

Tidak benar Imam Annawawi menjadikan dalil hadist
"cinta tanah air sebahagian dari Iman", dalam
penjelasannya akan sebuah hadist shahih oleh Bukhari
Muslim, Nasai, dllnya, bunyi hadist itu begini : " 

Dari Ibnu Mas'ud, ia berkata : Aku bertanya kepada
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, amalan manakah
yang lebih afdhal dan dicintai oleh Allah ya
Rasulullah? Rasulullah menjawab : " Shalat tepat pada
waktunya", kemudian apalagi? Dijawab : Berbuat baik
pada ibu bapa", kemudian apa lagi? " Jihad fi
sabilillah"(Hadist muttafaqun 'alaihi).

Nah dalam penjelasan tentang masalah jihad ini, justru
Imam Annawawi menjelaskan, bahwa suatu kesalahan bagi
ummat Islam yang mengambil dalil " Cinta tanah air
adalah sebahagian dari Iman", beliau justru
mengatakan, hadist ini tidak benar- tidak ada asalnya,
meski terkadang sangat termashur dalam kalangan lisan
manusia, hadist yang tidak memiliki sanad.

( Syarah Riyadusshalihin, Oleh Imam Abu Zakariya
Annawawi halaman 1427).

> Saya tidak punya kitab tersebut, dan tidak bisa
> membaca/berbahasa
> Arab, mungkin ibu bisa membantu saya menengok di
> kitab tersebut,
> palsukah hadits itu ?

Iyah hadist tersebut palsu, imam Annawawi malah
menguatkan kepalsuannya, bukan malah menjelaskan,
semoga kita tidak salah terjemahan.

Akhi Dodi, takhrij hadist telah uni sebutkan diawal
pembicaraan. Ia hadist yang telah diteliti oleh para
ulama salaf dan khalaf hadist yang tidak mempunyai
asal, dan palsu.

Tidak dibenarkan sama sekali mempergunakan hadist
palsu sebagai hujjah.(ini harus dipegang baik-baik).

Jangankan hadist palsu, hadist dha'if saja untuk
sebagai hujjah tidak boleh, hanya dibolehkan beberapa
hadist lemah, itupun sebahagian ulama saja yang
membolehkannya dengan beberapa syarat.

1. Kelemahannya tidak tinggi, . Kalau palsu, atau
dituduh berdusta, tidak dibolehkan.

2. Biasanya masalah-masalah kisah-kisah, atau
peringatan yang memberikan manfaat, atau keutamaan
amal, atau seumpama demikian, yang tidak berhubungan
dengan sifat-sifat Allah Ta'ala, dan yang mustahil
atas hak Allah ta'ala, tidak dalam kelemahan dalam
hadist penafsiran ayat AlQuran, juga tidak tentang
hukum-hukum, seperti halal dan haram, 

3. Tidak beritikad bahwa hadist tersebut tsabit(jelas
, atau tetap hukumnya), ketika melakukannya, tetapi
hanyalah ihtiyati(kehati-hatian saja).
( silahkan merujuk pada buku Ilmu -ilmu AlQuran dan
hadist, oleh Imam Hasan Ayyub).

Imam Ahmad mengatakan : " Jika kamu meriwayatkan
hadist-hadist tentang halal dan haram, maka kami
sangat ketat terhadap hadist tersebut, jika masalah
keutamaan amalan, kami permudah".

Sementara Imam Ahmad Syakir mengatakan hadist dha'if
tidak bisa dipakai dalam hal apapun, apakah itu hukum,
ataupun keutamaan amalan, sama sekali tidak bisa
riwayat hadist dengan hadist yang dha'if, apalagi
dijadikan hujjah, kecuali kalau memang hadist tersebut
benar-benar berasal dari Rasulullah dari hadist shahih
atau hasan. 

Beliau menjelaskan lagi : " Adapun perkataan Imam
Ahmad bin Hanbal, Abdurrahman bin Mahdi, dan Ibnu
Mubarak tentang " kami ketak dalam hal hukum, dan
memudahkan dalam hal keutamaan amalan, adalah mengenai
hal antara satu hadist memiliki beberapa jalan, dan
diantara jalan tersebut ada sanadnya lemah, ada yang
kuat, maka dalam tarjih (kutamaan amalan), itulah
dimudahkan.

Dan makna dimudahkan disini adalah mengambil hadist
hasan, yang derajatnya tidak sampai kepada hadist
berderajat shahih, karena pada masa itu, para ulama
hanya mengenal hadist shahih dan dha'if saja.
Pembagian hadist hasan ini baru datang pada ulama
mutaakkhirin.

Maksudnya, hadist lemah bisa dipakai bila ada
hadist-hadist lain yang senada atau semakna lafaz yang
menguatkannya.Itu sebabnya dalam mengatakan hadist ini
lemah, harus dijelaskan lemah sanadnya(perawinya).
Karena bisa jadi lemah sanad, namun matannya tidak
lemah.

Dalam hal " Cinta tanah air sebahagian dari Iman ",
bukan hadist lemah lagi, tetapi palsu, jadi
benar-benar tidak bisa dipakai untuk hujjah.hadist
palsu sama sekali tidak bisa dijadikan hujjah, ini
sudah kesepakatan semua ahli hadist.

(Sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa sejelek-jelek
hadist dha'if adalah hadist maudhu'(palsu), karena laa
aslaa lahu(tidak ada asalnya, sama sekali tidak ada
dikatakan oleh Rasulullah.

Kenapa begitu jeleknya pengaruh hadist maudhu'(palsu
ini)? karena asal muasalnya adalah suatu"kepentingan"
kelompok, atau golongan, semacam syi'ah,zindiq, dan
sangat merusak aqidah ummat Islam, serta membuat
kedustaan terhadap rasulullah.Juga para ahli ibadah,
yang menyangka amalan mereka baik, mereka membuat-buat
hadist kabar gembira dan kabar takut dalam hal
keutamaan amalan.

> 
> Ibu Rahima yang baik, terkait masalah hadits, saya
> mohon dibantu
> pencerahan,  jika ada hadits yang dianggap dhoif,
> atau malahan palsu,
> tapi kandungannya tidak bertentangan dengan Al
> Qur'an, atau bahkan Al
> Qur'an memuatnya, bagaimana mensikapinya ?

Bagaimana mungkin hadist palsu, sementara AlQuran
memuatnya. Karena antara AlQuran dan hadist tidak
kontradiksi, atau bertentangan sama sekali.

> atau, jika sebagian ahli hadits menganggap hadits
> tersebut shoheh,
> atau bahkan mutawatir, namun tidak selaras dengan Al
> Qur'an ,
> bagaimana mensikapinya pula ?

Jawabannya sama. Tidak akan mungkin ada hadist shahih
bertentangan dengan yang ada dalam AlQuran. Bisa jadi
pemahaman pembaca yang salah. Dalam hadist ada makna
majazi, ada makna hakiki. Itu sebabnya dalam menyikapi
sebuah hadist, kita lihat dulu syarahnya bagaimana,
jangan kita langsung pakai akal-akalan saja.

Menurut para ahli hadist, bagaimana cara kita memahami
sebuah hadist?(silahkan baca buku pembelaan terhadap
sunnah, oleh Imam assyuhbah, atau buku konsep-konsep
sunnah oleh Imam Ibnu Taimiyah)

Bila kita melihat suatu hadist. dan baru perasaan kita
saja yang menyangka semacam ini kira-kira " Koq
rasanya ngak sesuai yah dengan akal kita?".

Cari tahu, derajat hadist tersebut.
Setelah kita melihat ternyata shahih. Kita imani dulu,
benar hadist ini shahih, karena para ulama hadist
tidak gampang dalam menetapkan derajat hadist
tersebut, sangat-sangat teliti. 

Setelah itu, Cari tahu penjelasannya oleh para ulama,
jangan langsung kita hantam kromo saja, langsung kita
katakan " Ini bukan hadist, ini hadist palsu, atau ini
bertentangan dengan firman Allah", bisa jadi kita yang
salah tafsir, dan belum baca maksud hadist sebenarnya
apa. Syarah (penjelasan),hadist sangat-sangat
dibutuhkan dalam memahami sebuah hadist tersebut.


> harus kita dahulukan mana antara matan hadits, atau,
> derajat hadits ?

Kita harus melihat sanadnya dahulu. Karena bisa jadi
matan benar, tetapi perawinya lemah, bahkan palsu, dan
bila sudah kategori palsu inilah, bila kita pakai
juga, maka kita akan terkena ancaman dari Rasulullah :
Barang siapa yang berdusta padaku dengan sengaja, maka
tempatnya adalah neraka jahannam".

> Betulkah dijaman Rosululloh dulu, dilarang
> menuliskan perkataaan
> beliau SAW, kecuali yang berupa WAhyu ?

Rasulullah kala permulaan itu, melarang hanya dengan
tujuan agar jangan sampai terjadi
mulakhbat(percampuran antara mana AlQuran, mana
hadist), namun setelah itu diperintahkan menulis
apa-apa yang berasal dari beliau, baik dalam keadaan
marah, atau biasa, karena Rasulullah tidak pernah
berkata, kecuali yang haq.Jadi pelarangan pada
mulanya, sudah dinasakhkan (dihilangkan)hukumnya
dengan suruhan menuliskan hadist.

> 
> Sebagai penutup, ada ayat QS Al Baqoroh ayat 126 :
> "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku,
> jadikanlah negeri
> ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki
> dari buah-buahan
> kepada penduduknya yang beriman di antara mereka
> kepada Allah dan hari
> kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang
> kafirpun Aku beri
> kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia
> menjalani siksa neraka dan
> itulah seburuk-buruk tempat kembali".
> 
> Semoga ayat tadi menggugah saya pribadi, bahwa
> nabiyyulloh Ibrahim AS
> yang sangat beriman, sangat mencintai tanah airnya
> dengan melantunkan
> do'a tersebut, dan Alloh menjawab dengan melebihkan,
> yaitu, orang
> kafirpun diberi kesenangan walau sementara, artinya
> orang beriman oleh
> Alloh akan diberi kesenangan, kebahagiaan, yang
> melebihi orang kafir,
> karena akan terwujud dialam kelanggengan, akhirot

Benar, kita disuruh untuk berdo'a untuk tanah air kita
agar diberi berkah, keamanan dan rezeki dari Allah
Ta'ala. Namun itu bukan berarti membenarkan hadist
yang palsu, hadist yang bukan dikatakan Rasulullah,
apalagi menjadikannya hujjah. 

Cukuplah dengan firman-firman Allah Ta'ala agar kita
menjaga bumi Allah ini kita pelihara dengan baik.
Jangan sampai kita mengkambing hitamkan Rasulullah,
dengan berdalih, kita harus cinta tanah air, karena
cinta tanah air sebahagian dari Iman, apalagi kalau
kita katakan Rasulullah yang katakan itu. Sangat salah
sekali, bila silaf, atau tidak tahu, masih ada maaf,
karena yang diancam masuk neraka adalah dengan
kesengajaan berbuat dusta pada Rasulullah.

Allahu'alam bisshawab.

Wassalamu'alaikum. Kairo 5 Maret 2006 Rahima(36 thn)
> 
> wasalam,
> dodi indras
> yangbarumencobahidup
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Rahima


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke