bagi saya larangan tersebut bukan berarti Rosul tidak konsisten tetapi Rosul
lebih menyarankan kepada generasi penerusnya agar bermonogami karena
poligami walaupun halal namun teramat berat untuk dilaksanakan terutama
dalam urusan "Keadilan".

salam

----- Original Message -----
From: "Ridwan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <keluarga-islam@yahoogroups.com>
Sent: Friday, May 12, 2006 11:29 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Masalah Warisan


> yup...memang ada postingan itu
>
> dalam sebuah buku yang pernah saya baca "Ahlul Bait dan Kafaahnya" oleh
> Sayyid Umar Shahab (wong palembang) disebutkan sebuah hadits tentang
> kemuliaan keturunan Rosul saw dari pernikahan sayyidina Ali ra dengan
> sayyidinatul Fathimah ra
>
> mungkin saja dari keterangan hadits tsb maka Rosul saw ingin menjaga
> "ithrah" (keturunan)nya dengan melarang sayyidina Ali ra berpoligami.
>
> bagi sebagian orang akan mengatakan bahwa Rosul saw tidak konsisten dengan
> ajarannya, namun kita bisa analisa lagi makna dari pelarangan tsb bahwa
> bila
> nasab Rosul saw tidak dijaga maka akan ada permasalahan yang lebih besar
> di
> kemudian hari, yaitu dengan adanya orang yang mengaku sebagai keturunan
> Rosul saw juga meskipun lain istri dari sayyidina Ali ra.
>
>
> sebagai "ithrah" (keturunan) Rosul saw mempunyai tanggung jawab moral yang
> sangat besar, seperti dikatakan oleh guru/orang tua angkat saya yang
> seorang
> habaib, bahwa sebagai dzurriyatur Rosul saw harus lebih baik perilaku dan
> ibadahnya dari orang lain, dan harus menjaga kehormatan Datuknya Rosul saw
> dan bila ada habaib yang menyimpang dari ajaran Datuknya Rosul saw maka
> dia
> telah mengotori nasabnya.
>
> namun bila kita menemui habaib yang kurang baik dalam perilaku dan
> ibadahnya, maka kita diajarkan tetap menghormati mereka dalam kaitan
> nasabnya, yaitu dalam dirinya ada "ithrah' Rosul saw, bahkan kalau mampu
> kita ingatkan mereka untuk menjadi lebih baik
>
> salam
> Ridwan
>
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "Naufal" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <keluarga-islam@yahoogroups.com>
> Sent: Friday, May 12, 2006 7:09 AM
> Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Masalah Warisan
>
>
>> maaf kalo gak salah, saya pernah membaca sebuah artikel yang isinya
>> menceritakan bahwa Rosulallah melarang menantunya yaitu sayidina Ali agar
>> tidak berpoligami.
>> kira kira apa ya yang menyebabkan Rosul berkata demikian? Rosul
> berpoligami
>> tetapi beliau melarang menantunya untuk berpoligami...
>>
>> salam
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: "imbuhs" <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <keluarga-islam@yahoogroups.com>
>> Sent: Thursday, May 11, 2006 11:31 PM
>> Subject: [keluarga-islam] Re: Masalah Warisan
>>
>>
>> > terima kasih Mas,
>> >
>> > saya terutama mengingatkan diri sendiri, agama memberikan rules dan
>> > jalan keluar tetapi kita dikasih kemampuan berpikir dan
>> > mempertimbangkan banyak hal.
>> > kalau hal tersebut tidak dilakukan dengan matang maka hal-hal seperti
>> > itulah yang kemungkinan akan muncul.  This is a zero sum game.
>> > Kalaupun istri pertama nrimo, maka dialah yang merasa dizalimi.
>> > kalau dia tidak nrimo maka istri kedua yang merasa dizalimi.  at the
>> > end sama saja akan ada salah satu yang merasa dizalimi.  dalam
>> > konteks inilah komentar saya.  Dari sinilah sebenarnya kita bisa
>> > menilai rasa tanggung jawab seseorang.  Kelihatannya siibu ini
>> > memposisikan sebagai korban dengan menyalahkan istri tua, tanpa
>> > merasa bahwa ini adalah akibat keputusannya juga.
>> > Buat keputusan sesukamu, nanti kalau ada masalah, pasti akan ada
>> > orang lain yang dapat dipersalahkan.  APakah ibu tidak merasa bahwa
>> > ibu juga telah (sedikit banyak) menyakiti ibu tua?
>> >
>> > Saya tetap prihatin sepertinya perasaan perempuan cenderung
>> > diabaikan, dengan dalih udah rulesnya. betapa gampangnya.. FYI, saya
>> > belajar mematikan rasa justru dari prinsip kekosongan budha.
>> > (terimalah kesedihan dan kegembiraan dengan cara yang sama) karena
>> > buat saya waktu itu, kalimat pasrah sulit sekali diterjemahkan...
>> > Silahkan dibahas di diskusi kita.  Karena bagaimanapun prinsip ini
>> > cukup menolong saya ketika menyaksikan anak saya anval selama 30
>> > menit (jantungnya mogok) , yang mengantarkan pada pemahaman mengenai
>> > takdir.
>> >
>> > Jadi, komentar saya Bukan masalah benar salah, karena bukan wilayah
>> > kita untuk membenarkan/menyalahkan.
>> >
>> > terima kasih,
>> > wassalam
>> > IS
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "Ridwan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> >>
>> >> Kak Imbuh,
>> >> Benar bahwa banyak istri (poligami) akan menambah hal-hal yang perlu
>> >> diperhatikan dan dipikirkan, kadangkala hanya satu istri saja sudah
>> > cukup
>> >> repot memperhatikan dan memikirkan nafkah lahir dan batin-nya.
>> >>
>> >> akan tetapi masalah pasca suami meninggal seperti pendapat dari Kak
>> > Imbuh
>> >> bisa terjadi pada siapa saja, baik monogami maupun poligami.
>> >>
>> >> mungkin yang perlu dicermati dan diamati untuk menjadi pelajaran
>> > bagi kita
>> >> adalah peran suami yang harus mampu membina keluarganya untuk tidak
>> > terfokus
>> >> pada peningkatan materi (harta) meski materi itu penting untuk
>> > kehidupan di
>> >> dunia ini. Fokus utama dalam pembinaan keluarga adalah bagaimana
>> > supaya
>> >> masing-2 anggota keluarga memahami tanggung jawab sebagai manusia,
>> > tanggung
>> >> jawab sebagai anggota keluarga, tanggung jawab sebagai anggota
>> > masyarakat,
>> >> dan tanggung jawab lainnya. Meskipun pendapat saya terkesan
>> > idealis, akan
>> >> tetapi kita memang harus menjadikan idealis kita untuk mencapai
>> > tujuan.
>> >>
>> >> pendapat saya ini adalah dalam rangka agar kita tidak terjebak
>> > dalam pola
>> >> pikir sekuler yang tidak setuju dengan poligami lalu menjelek-
>> > jelekan
>> >> poligami dari sudut pandang logika manusia. Poligami telah
>> > ditetapkan oleh
>> >> Allah SWT dan Rosul-NYA saw, bahkan Rosul saw pun berpoligami, jadi
>> > sebagai
>> >> orang yang beriman maka kita tidak boleh menentang hukum tsb
>> > (seperti
>> >> hal-nya pembagian waris menurut Al Quran yang terkesan tidak adil
>> > menurut
>> >> logika manusia). Jadi harus kita pahami bahwa logika sangat
>> > terbatas untuk
>> >> memahami dengan baik sebuah hukum yang telah ditetapkan oleh Allah
>> > SWT dan
>> >> Rosul-NYA saw.
>> >>
>> >> Kemudian apabila ada keluarga poligami yang bermasalah bukan dari
>> > poligami
>> >> itu sendiri melainkan dari pelakunya yang mungkin saja salah dalam
>> >> menerapkan makna poligami tsb, atau bisa saja peran iblis
>> > laknatullah yang
>> >> selalu berusaha menjerumuskan manusia dalam kesalahan. Untuk hal
>> > ini bisa
>> >> kita ambil tamsil yaitu seorang yang beragama Islam lalu kemudian
>> > mencuri
>> >> atau memperkosa atau melakukan kejahatan lainnya, apakah kita akan
>> >> mengatakan itulah orang Islam yang ngakunya agamanya paling baik
>> > dan benar
>> >> tapi perbuatannya mengganggu orang lain, bukankah itu pendapat yang
>> > salah ?
>> >> karena bukan agama Islam yang salah tetapi orang tsb yang kebetulan
>> > beragama
>> >> Islam.
>> >>
>> >> al haq min Allah wa bathil minnii
>> >> salam
>> >> Ridwan
>> >>
>> >> ----- Original Message -----
>> >> From: "imbuhs" <[EMAIL PROTECTED]>
>> >> To: <keluarga-islam@yahoogroups.com>
>> >> Sent: Wednesday, May 10, 2006 8:48 PM
>> >> Subject: [keluarga-islam] Re: Masalah Warisan
>> >>
>> >>
>> >> > jadi, dimana kemaslahatan poligami?  jika si suami meninggal, maka
>> >> > menyisakan banyak persoalan.  Gini hari baru mikirin hak, waktu
>> >> > memutuskan untuk menikah apa yang dipikirin?  apakah tidak
>> > memikirkan
>> >> > kepentingan anak yang (waktu itu akan) dilahirkan?
>> >> > kelihatannya mereka menikah kedua setelah si suami berumur dan
>> > kaya.
>> >> > dengan gaji cuma 7 juta perbulan, means kekayaannya sangat mungkin
>> >> > tidak berasal dari gaji suami.  kenapa peran istri tua dalam
>> >> > mengumpulkan harta tersebut tidak disebut2? kenapa setelah seperti
>> >> > ini baru lari ke ustadz?
>> >> >
>> >> > hehehe... sikat dulu, urusan belakangan....kasihan kedua istri
>> >> > tersebut adalah korban laki2 tua dengan dalih agama. kasihan anak2
>> >> > mereka...ce's la vie...
>> >> > IS
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Kang-Nceps <kangncep@>
>> >> > wrote:
>> >> > >
>> >> > >       Konsultasi : Waris Istri Pertama Mengangkangi Seluruh
>> > Harta
>> >> > Suami
>> >> > >
>> >> > > *Pertanyaan:*
>> >> > >
>> >> > > saya adalah istri ke II pak T, dan dari pernikahan ini
>> >> > > saya sdh diamanahkan seorang anak lk berumur 2 tahun.
>> >> > > Istri I pak T mengizinkan beliau menikah lagi, namun
>> >> > > dengan syarat bahwa seluruh harta yang didapatkan
>> >> > > selama pernikahan mereka menjadi milik istri I. Harta
>> >> > > tersebut berupa, tanah 2000 meter, 150 meter,
>> >> > > 100meter, mobil 1 unit, kontarakan 9 pintu, sepeda
>> >> > > motor 3 unit.Semua ini didapatkan dari pendapatan
>> >> > > suami. Perjanjian ini tertulis hitam dan diatas`
>> >> > > putih. Atas prasangka yang baik dan ketidakpahaman
>> >> > > saya, maka perjanjian ini saya tandatangani. Atas
>> >> > > desakan keluarga suami, karena selama interaksi yang
>> >> > > cukup lama dengan istri I mereka memahami istri I
>> >> > > sangat dominan dalam banyak hal maka tanah 150 meter
>> >> > > dan i unit motor di berikan kepada saya, saat ini
>> >> > > tanah sdh dibangun rumah sementara untuk motor suami
>> >> > > telah menggantikannya dengan yang baru buat istri I.
>> >> > > Gaji suami sebesar 7 juta / bulan, diberikan kepada
>> >> > > saya sebesar 800 ribu/ bulan dengan 2 anak ( 1 anak
>> >> > > dari pernikahan sekarang ditambah 1 anak yatim dari
>> >> > > pernikahan I sdh kelas 5 SD). sementara istri I
>> >> > > mendapatkan 6,2 juta ditambah uang kontrakan rumah 2,8
>> >> > > juta / bulan, dengan anak tanggungan 5 orang, 2 sdh
>> >> > > hampir selesai kuliah, 1 baru kuliah, 1 SMU, 1 SD. ) 6 bulan
>> > lagin
>> >> > lagi
>> >> > > suami akan pensiun, ketika saya tanya apa
>> >> > > persiapan beliau untuk dana pendidikan anak saya
>> >> > > beliau diam dan ketika saya tanya kenapa beliau
>> >> > > menyetujui persyaratan dari istri I dan tidak
>> >> > > memikirkan istri II dan anaknya, beliau mengatakan
>> >> > > tidak memahami tentang masalah pembagian tersebut
>> >> > > sementara istri I memiliki prinsip bahwa itu mutlak
>> >> > > menjadi miliknya karena dialah yang mengumpulkan
>> >> > > selama ini. Banyak hal yang selama ini dilakukan oleh
>> >> > > istri I dan suami yang menurut saya sangat tidak adil,
>> >> > > agar masalah ini tidak menjadi panjang dan saya pun
>> >> > > menginginkan adanya kebaikan maka saya mengajukan
>> >> > > beberapa pertanyaan yang insya Allah dapat mewakili
>> >> > > apa yang saya alami.
>> >> > > 1. Bagaimana kedudukan dari persyaratan tersebut
>> >> > > secara syariat, apakah dapat dibatalkan dan apakah
>> >> > > perjanjian tersebut otomatis menghilangkan hak waris
>> >> > > buat saya dan anak saya?
>> >> > > 2. Bagaimana sebenarnya prinsip adil dalam berbagai
>> >> > > hal pada praktek poligami dan apakah boleh
>> >> > > mengggunakan dalil istri I lebih banyak anak sehingga
>> >> > > dalam banyak hal selalu diutamakan dan dilebihkan?
>> >> > > 3 apakah tindakan yang dilakukan suami seperti diatas`
>> >> > > dibenarkan secara syarie dan apa yang sebaiknya
>> >> > > dilakukan suami dan saya dengan kasus seperti ini?
>> >> > > 4.bagaimana tinjauan secara syarie dengan klaim istri
>> >> > > I bahwa semua itu sudah menjadi miliknya sementara di
>> >> > > sisi lain juga ketika saya mau memakai mobil saja
>> >> > > tidak diizinkan olehnnya.
>> >> > > 5. Apakah Islam mengenal istilah harta gono gini atau
>> >> > > harta bersama dalam pembagian wari?
>> >> > > 6. Bagaimana pembagian waris sebenarnya dengan
>> >> > > kondisi keluarga kami yang seperti ini?
>> >> > > 7. Apakah saya pantas minta ke suami dana pendidikan
>> >> > > untuk anak kami nantinya, seperti beliau sdh
>> >> > > menyiapkan kepada anak- dari istri I.
>> >> > > 8. Bagaimana hukumnya dan apakah saya tidak berhak mendapatkan
>> > apa -
>> >> > apa,
>> >> > > dalam kasus suami memiliki sebuah mobil yang dibeli bersama-sama
>> >> > teman
>> >> > > kantornya dan mobil ini tidak termasuk di dalam perjanjian
>> > diatas.
>> >> > ketika
>> >> > > mobil ini dijual suami mendapatkan pembagiaannya dan semuanya
>> >> > diserahkan
>> >> > > kepada istri I dengan alasan bahwa ini dibeli ketika belum
>> > menikah
>> >> > dengan
>> >> > > saya.
>> >> > > Mohon jawabannnya ustadz karena ini sangat menyangkut
>> >> > > masalah yang sangat sensitif ke depan nantinya
>> >> > > denganseluruh anak-anak. Atas bantuan yang ustadz
>> >> > > berikan saya ucapkan jazakallah, dan mudah mudahan
>> >> > > tercatat sebagai amal sholeh dan Allah memudahkan
>> >> > > segala urusan kita Amin..
>> >> > >
>> >> > >
>> >> > >
>> >> > >
>> >> > > *Baiti*
>> >> > >
>> >> > >  *Jawaban:*
>> >> > >
>> >> > > Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
>> >> > > Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba?d.
>> >> > >
>> >> > >
>> >> > >
>> >> > > Perjanjian itu tidak boleh sampai menghilangkan hak waris buat
>> > anda
>> >> > dan anak
>> >> > > anda. Bila sampai menghilangkan hak waris, maka perjanjian itu
>> >> > adalah sebuah
>> >> > > kebatilan yang harus dibatalkan saat ini juga.
>> >> > >
>> >> > > Namun bila perjanjian itu hanya berupa penyerahan harta suami
>> >> > kepada istri
>> >> > > dalam jangka waktu sebelum anda dinikahinya, maka masih bisa
>> >> > diterima secara
>> >> > > hukum. Jadi akadnya adalah hibah atau pemindahan hak milik dari
>> >> > suami kepada
>> >> > > istri pertama yang bersifat mutlak.
>> >> > >
>> >> > > Dengan akad hibah ini artinya semua jenis harta benda itu
>> > diberikan
>> >> > dan
>> >> > > menjadi hak milik istri pertamanya. Yaitu tanah selus 2000
>> > meter,
>> >> > 150 meter,
>> >> > > 100meter termasuk mobil 1 unit, kontrakan 9 pintu, sepeda motor
>> > 3
>> >> > unit.
>> >> > >
>> >> > > Kalau memang akad ini yang disetujui oleh suami anda kepada
>> > istri
>> >> > > pertamanya, memang semua itu boleh-boleh saja. Jadi semua sudah
>> >> > pindah
>> >> > > kepemilikan dan diberikan suami kepada istri pertamanya, sebagai
>> >> > syarat dia
>> >> > > boleh menikah lagi.
>> >> > >
>> >> > > Tapi asalkan suami tahu bahwa begitu dia memberikan semua harta
>> >> > itu, dia
>> >> > > sudah jatuh miskin sekarang dan bukan hanya anda saja, tetapi
>> > suami
>> >> > anda
>> >> > > sendiri pun sama sekali tidak punya hak atas harta itu. Bila
>> > suami
>> >> > > meninggal, dia harus tahu bahwa dia tidak akan mewariskan apa-
>> > apa
>> >> > untuk
>> >> > > istri dan anaknya.
>> >> > >
>> >> > > Namun bila suami tidak menerima akad perjanjian ini, atau bukan
>> >> > demikian
>> >> > > makna perjanjiannya, maka semua harta itu masih menjadi hak
>> > milik
>> >> > suami. Dan
>> >> > > selama semua harta itu menjadi hak milik suami, maka suami
>> >> > berkewajiban
>> >> > > untuk memberi nakfah dengan adil kepada masing-masing istrinya.
>> >> > Semua
>> >> > > keserakahan istri pertama menjadi sebuah tindakan zalim darinya
>> > dan
>> >> > > perjanjian itu harus dibatalkan dengan sendirinya.
>> >> > >
>> >> > > Sehingga menurut hemat kami, harus dipastikan makna hukum
>> >> > perjanjian itu.
>> >> > > Apakah berupa akad pemberian atau pemindahan HAK MILIK dari
>> > suami
>> >> > kepada
>> >> > > istri sehingga suami langsung jatuh miskin ? Ataukah sekedar
>> >> > tindakan
>> >> > > MENGHALANGI yang dilakukan oleh istri pertama agar istri kedua
>> >> > tidak bisa
>> >> > > ikut menikmati harta suaminya, sementara harta itu masih tetap
>> >> > seutuhnya
>> >> > > milik suami.
>> >> > >
>> >> > > Kalau makna hukumnya sesuai dengan yang pertama, maka suami itu
>> >> > sudah rugi
>> >> > > harta benda, karena hampir semua kekayaannya telah hilang
>> > lenyap.
>> >> > Namun bila
>> >> > > suami itu memang rela, ya teserah kepadanya. Sebaliknya, kalau
>> > makna
>> >> > > hukumnya bukan penyerahan harta melainkan hanya menghalangi
>> > istri
>> >> > kedua dari
>> >> > > nafkah suaminya, ini adalah perjanjian batil dan harus
>> > dibatalkan
>> >> > demi
>> >> > > hukum.
>> >> > >
>> >> > > Islam mengenal istilah harta gono gini atau harta bersama dalam
>> >> > pembagian
>> >> > > waris. Anda pun pantas minta ke suami dana pendidikan untuk anak
>> >> > anda
>> >> > > nantinya, seperti beliau sdh menyiapkan kepada anak- dari istri
>> >> > pertama.
>> >> > >
>> >> > > Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
>> >> > > Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
>> >> > >
>> >> > > [ kirim pertanyaan <http://syariahonline.com/konsultasi/?
>> >> > act=new&catid=1> ]
>> >> > >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> > Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala
>> > kepada
>> >> seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu
>> >> pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang
>> >> membutuhkan.
>> >> > Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah
>> > Subhanahu
>> >> wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah
>> > orang
>> >> yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah
>> > ilmu itu
>> >> sebatas yang engkau mampu.
>> >> > Yahoo! Groups Links
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >>
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada
>> > seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu
>> > pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang
>> > membutuhkan.
>> > Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu
>> > wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah
> orang
>> > yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu
> itu
>> > sebatas yang engkau mampu.
>> > Yahoo! Groups Links
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>>
>>
>>
>>
>> Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada
> seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu
> pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang
> membutuhkan.
>> Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu
> wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang
> yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu
> sebatas yang engkau mampu.
>> Yahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>
>
>
>
>
> Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada
> seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu
> pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang
> membutuhkan.
> Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu
> wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang
> yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu
> sebatas yang engkau mampu.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>



Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to