Tip bagus untuk meminimalkan dampak negatif anak dari TV, Sinetron, Films, dll.:

 

Kasih lihat acara “Behind-the-scene” dari beberapa film. Lebih baik, film yang dia suka. Ini membantu bahwa yang ada di film itu, Bohongan. Metode ini proven. Ada family saya yang takut sekali nonton film zombie. Lalu dikasih lihat Behind-the-scene nya Video music Michael Jakcson: Thriller, sekarang dia ngga takut dan tau semua film itu bo’ongan. Mungkin yang gampang film-film Jacky Chen, yang pada akhir film selalu ada “salah-pengambilan” (Outtakes) supaya anak-anak tau Jacky Chen sebenarnya. J

 

Wassalam,

Hidayatullah sr.

 

 


From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com] On Behalf Of Ridwan
Sent: Friday, May 26, 2006 10:18 AM
To: "Undisclosed-Recipient:;"@dosniroha.com
Subject: [keluarga-islam] OOT : Nonton TV yang Aman

 

Nonton TV yang Aman

Jangan biarkan anak menonton televisi (TV) semaunya. Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh anak yang terlalu lama memelototi layar kaca itu. Tak hanya bisa menyebabkan obesitas, tapi juga akan berpengaruh pada kemampuan akademis dalam jangka panjang.

Spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr Hardiono D Pusponegoro SpA(K) mengungkapkan sebuah penelitian terhadap anak di bawah 3 tahun dan 3 - 5 tahun yang menonton TV. Dalam penelitian itu, anak di bawah 3 tahun melihat TV rata-rata 2 jam sehari dan anak 3 - 5 tahun rata-rata 3 jam sehari.

Setelah berusia 6 - 7 tahun dilakukan penilaian. Hasilnya, setiap jam melihat TV anak di bawah 3 tahun menunjukkan penurunan uji membaca, uji membaca komprehensif, dan penurunan memori. Sebaliknya, anak 3 - 5 tahun memiliki kemampuan mengenal dengan membaca naik. Artinya, anak di bawah 3 tahun lebih banyak menyebabkan efek buruk kecuali kemampuan mengenal dengan membaca.

Menurut Hardiono, otak berfungsi merencanakan, mengorganisasi, dan mengurut perilaku untuk kontrol diri sendiri, konsentrasi, atau atensi. Otak juga berfungsi menentukan baik atau tidak. Pusat di otak yang mengatur hal ini adalah korteks prefrontal yang berkembang selama masa anak dan remaja. `'TV dan game video yang mindless akan menghambat perkembangan bagian otak ini,'' tuturnya saat peluncuran program Dancow Parenting Center (DPC) di Jakarta, Sabtu (6/5) pekan lalu.

Dengan banyak menonton TV, otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain dan bermain kreatif. Masalahnya, karena TV bersifat satu arah, sehingga anak kehilangan kesempatan dalam tahapan perkembangan yang baik.

Tiga kali
Efek jangka panjang dari anak yang suka menonton TV juga dijelaskan oleh Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono Psi. Di Amerika (1986-2002), psikolog dari Universitas Indonesia ini, semakin sering anak menonton program TV dengan muatan kekerasan semakin tinggi kecenderungan menjadi agresif saat beranjak dewasa.

Mereka cenderung mengambil tindakan yang agresif dalam menyelesaikan masalah. `'Anak-anak yang menonton program mengandung kekerasan selama 1-3 jam/hari menunjukkan perilaku agresif 3 kali lebih banyak dibandingkan anak-anak yang menonton program sejenis kurang dari 1 jam/hari,'' ujarnya. Tayangan TV yang mengandung kekerasan dapat meningkatkan pikiran-pikiran mengenai permusuhan pada anak dan mengurangi kecenderungan anak untuk membantu orang lain. Anak pun dapat membuat anak menoleransi permusuhan dan perilaku agresif orang lain.

TV pun bisa berdampak pada fisik anak. Menurut dr Endang Darmoutomo MS SpGK, makin lama anak menonton TV makin besar angka kejadian obesitas (kegemukan) pada anak. Kelebihan berat badan akibat kelebihan lemak akan berdampak negatif bagi kesehatan. `'Anak yang menonton TV lebih dari 1 jam akan meningkatkan obesitas 2 persen,'' tuturnya.

Banyak faktor yang menjadi penyebab obesitas. Tapi, penyebab utama, kata Spesialis Gizi Klinik dari RS Siloam Gleneagles itu adalah ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan yang digunakan. Dengan menonton TV lebih dari 1 jam, anak cenderung menguyah camilan yang gurih atau manis tanpa diimbangi dengan gerak yang cukup. Kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan yang keluar. Ini dapat berakibat buruk pada anak dalam jangka panjang.

Menghadapi TV
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk itu:
* Batasi waktu menonton TV.
- Kurang dari 1 jam sehari bagi anak prasekolah.
- Kurang dari 2 jam sehari anak yang lebih besar.
* Pada anak sekolah dasar dan yang lebih besar, negosiasikan jumlah jam dan rencana jenis acara yang akan ditonton.
* Pekerjaan rumah harus didahulukan, tanpa menghidupkan TV.
* Orang tua dari bayi harus mulai merencanakan pembatasan televisi bagi anak.
* Bila ada masalah perilaku atau gangguan konsentrasi, cobalah menghindari TV untuk periode tertentu dan perhatikan hasilnya.
* Perhatikan acara apa yang dilihat anak.
* Jangan pasang televisi di kamar tidur.
* Jadikan televisi sebagai media belajar.
- Duduk bersama anak.
- Berdiskusi dan menanyakan apa yang terjadi di televisi.
- Membantu anak menafsirkan apa yang dilihatnya.

(bur )

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=247971&kat_id=100




Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke