maaf nih... saya sedikit kepingin ikutan.. tapi bukan untuk pandangan masalah 
ini. aku mau tanya sama temen temen, biar nambah ilmu ni... 
  1. apa sih yang disebut dengan Musyrik.. penjelasan dan segala bentuknya yah..
  2. sebenarnya apa itu najis dan najis itu lebih mengarah kepada siapa atau 
apa? tolong dengan ayatnya yah.. 
   
  mohon bantuannya yah..
   
  Alhamdulillah

wandysulastra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> yah.. tapi kan yg bisa membedakan mana yg lebih shahih dan mana yg 
lebih dhoif itu yg model seperti mereka, yg sudah mengungguli derajat 
Huffadhulhadits dan Muhadditsin..
> 
> bukan kutu kutu kupret seperti kita yg solat subuh kesiangan, 
syarat sah wudu aja ngga tau, mau sohah soheh sohah soheh..
> 
> ibn abdul wahhab tak bermasalah soal fiqihnya, namun akidahnya yg 
memusyrikkan orng tabarruk, memusyrikkan orang istighatsah..

----

Biar lebih jelas mendingan kita baca aja langsung yuk Aqidah Ibn Abdul 
Wahhab yang suka memusyrikan org tabbarruk itu...

Dasar-dasar Memahami Tauhid 
Oleh : Syaikh Muhammad At-Tamimi (Ibn Abd Wahhab)

Pendahuluan
Ketahuilah, bahwa sesunguhnya kelurusan ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis 
salam adalah beribadah kepada Allah secara ikhlas dalam melaksanakan 
ibadah kepada-Nya.

Allah berfirman [artinya]: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia 
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyaat1:56)

Dan bila Anda telah tahu bahwasanya Allah menciptakanmu untuk 
beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut 
ibadah kecuali bila disertai dengan tauhid. Sebagaimana shalat, 
tidaklah disebut shalat bila tidak disertai dengan bersuci.
Bila ibadah dicampuri syirik, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana 
rusaknya shalat bila disertai adanya hadatz (tidak suci). Allah 
berfirman [artinya]:" Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu 
memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka 
sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan 
mereka itu kekal di dalam neraka" (At-Taubah: 17)

Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ibadah yang bercampur dengan 
kesyirikan akan merusak ibadah itu sendiri. Dan ibadah yang bercampur 
dengan syirik itu akan menggugurkan amal sehingga pelakunya menjadi 
penghuni neraka, Allah berfirman [artinya]: "Sesungguhnya Allah tidak 
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang 
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa 
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang 
besar." (An- Nisaa': 48)

Kemurnian ibadah akan mampu dicapai bila memahami 4 kaidah yang telah 
Allah nyatakan dalam firman-Nya:

Kaidah Pertama 
Engkau harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka meyakini bahwa Allah 
sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, 
Yang memberi manfa'at, Yang memberimadzarat, Yang mengatur segala 
urusan (tauhid rububiyah). Tetapi semuanya itu tidak menyebabkan 
mereka sebagai muslim, Allah berfirman:
"Katakanlah: 'Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, 
atau siapa yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan 
siapa yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang 
mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab:'Allah'. 
Makakatakanlah:'Mengapa kamu tidak bertakwa [kepada-Nya]." (Yunus:31)

Kaidah Kedua 
Mereka (musyrikin) berkata :"Kami tidak berdo'a kepada mereka (Nabi, 
orang-orang shalih dll) kecuali agar bisa mendekatkan kepada Allah dan 
mereka nantinya akan memberi syafa'at. Maksud kami kepada Allah, bukan 
kepada mereka. Namun hal tersebut dilakukan dengan cara melalui 
syafaat dan mendekatkan diri kepada mereka".

Dalil tentang mendekatkan diri yaitu firman Allah [artinya]:"Dan orang-
orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak 
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah 
dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara 
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. 
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan 
sangat ingkar" ( Az-Zumar: 3).

Adapun dalil tentang syafa'at yaitu firman Allah [artinya]:"Dan mereka 
menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan 
kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka 
itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". 
Katakanlah:"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak 
diketahui-Nya di langit dan tidak [pula] di bumi" Maha Suci Allah dan 
Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan [itu]." (Yuunus: 18)

Syafa'at itu ada 2 macam:
• Syafa'at munfiyah (yang ditolak)
• Syafa'at mutsbitah (yang diterima)

Syafa'at munfiyah adalah syafa'at yang dicari dari selain Allah. Sebab 
tidak seorangpun yang berkuasa dan berhak untuk memberikannya kecuali 
Allah, Allah berfirman [artinya]:"Hai orang-orang yang beriman, 
belanjakanlah [di jalan Allah] sebagian dari rezki yang telah Kami 
berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi 
jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada 
lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. 
(Al-Baqarah: 254)

Adapun syafa'at mutsbitah adalah syafa'at yang dicari dari Allah. 
Pemberi syafa'at itu dimuliakan dengan syafa'at, sedangkan yang diberi 
hak untuk memberikan syafa'at adalah orang yang diridhai Allah, baik 
ucapan maupun perbuatannya setelah memperoleh izin-Nya. Allah 
berfirman [artinya]:"Siapakah yang mampu memberi syafa'at disamping 
Allah tanpa izin-Nya?" (Al-Baqarah:255).

Kaidah Ketiga 
Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kapada 
manusia tentang macam-macam sistem peribadatan yang dilakukan oleh 
manusia. Diantara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, 
diantara mereka ada pula yang menyembah orangorang shaleh, para 
malaikat, para wali, pepohonan, dan bebatuan.

Mereka semua diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 
dalilnya adalah firman Allah [artinya]:"Dan perangilah mereka sehingga 
tidak ada lagi fitnah, dan dien ini menjadi milik Allah semuanya."(Al-
Baqarah:193)

Sedangkan dalil larangan beribadah kepada matahari dan bulan adalah 
firman Allah [artinya]: "Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya 
ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada 
matahari dan janganlah [pula] kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada 
Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja 
menyembah."(Fushilat:37)

Dan dalil larangan beribadah kepada orang-orang shaleh 
adalah: "Katakanlah:'Panggillah mereka yang kamu anggap selain Allah, 
maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya 
daripadamu dan tidak pula memindahkannya'. Orang-orang yang mereka 
seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di 
antara mereka yang lebih dekat [kepada Allah] dan mengharapkan rahmat-
Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Rabbmu adalah sesuatu 
yang [harus] ditakuti. (Al-Ishra:56-57)

Adapun dalil tentang larangan beribadah kepada para malaikat 
adalah: "Dan [ingatlah] hari [yang di waktu itu] Allah mengumpulkan 
mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat:"Apakah 
mereka ini dahulu menyembah kamu?" Malaikat-malaikat itu 
menjawab:"Maha Suci Engkau.Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; 
bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada 
jin itu".Maka pada hari ini sebahagian kamu tidak berkuasa [untuk 
memberikan] kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan kepada sebahagian 
yang lain.Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim:"Rasakanlah 
olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu". (Sabaa': 40-42).

Larangan beribadah kepada para Nabi dalilnya:"Dan [ingatlah] ketika 
Allah berfirman:"Hai 'Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada 
manusia:"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain Allah". 'Isa 
menjawab:"Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang 
bukan hakku [mengatakannya]. Jika aku pernah mengatakannya maka 
tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku 
tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu.

Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib"Aku tidak 
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan 
kepadaku [mengatakannya] yaitu:"Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu", 
dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau 
wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau 
adalah Maha Meyaksikan atas segala sesuatu. 

Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya adalah hamba-hamba
Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang 
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Maidah:116-118).

Adapun dalil tentang larangan penyembahan terhadap pepohonan, bebatuan 
adalah hadits Abi Waqid Al-Laitsi, dia berkata: " Kami keluar bersama 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuju Hunain. Kami adalah 
para pemuda yang telah mengenal bentuk-bentuk kesyirikan. Orang-orang 
musyrik mempunyai tempat duduk untuk beristirahat dan menggantungkan 
senjata. Tempat itu dikenal sebagai Dzatu Anwath. Lalu kami melalui
pohon bidara dan [sebagian] kami mengatakan: "Wahai Rasulullah, 
buatlah bagi kami Dzatu Anwath seperti yang mereka (musyrikin) miliki. 
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allahu Akbar, itu 
adalah assunnan (jalan), kamu kamu telah mengatakan -demi dzat yang 
menguasai diriku-sebagaimana yang telah dikatakan oleh Bani Israel 
kepada Musa, "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) 
sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)". Musa 
menjawab:"Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh". Sesungguhnya 
mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal 
apa yang selalu mereka kerjakan. Musa menjawab:"Patutkah aku mencari 
Ilah untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah 
melebihkan kamu atas segala umat." (Al-A'raf:138-140)

Kaidah Keempat 
Sesungguhnya kaum musyrik zaman kita labih parah kesyirikannya 
dibanding musyrikin zaman dahulu, sebab musyrikin zaman dahulu, mereka 
berdo'a secara ikhlas kepada Allah , ketika mereka ditimpa bahaya, 
akan tetapi mereka berbuat syirik ketika mereka dalam keadaan senang.
Sedangkan orang-orang musyrik zaman sekarang, mereka terus menerus 
melakukan perbuatan syirik, baik dalam bahaya maupun ketika sedang 
senang, hal ini sebagaimana diterangkan Allah dalam Al-Qur'an: "Maka 
apabila mereka naik kapal mereka berdo'a kepada Allah dengan 
memurnikan keta'atan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan 
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka [kembali] mempersekutukan 
[Allah], agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada 
mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang [dalam kekafiran]. 
Kelak mereka akan mengetahui [akibat perbuatannya]." (Al-Ankabut: 65-
66).

***



         

                
---------------------------------
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! mempunyai perlindungan terbaik terhadap spam. 
 http://id.mail.yahoo.com/

Kirim email ke