Buah Gerilya Panglima Sagoe  Bergerilya ke desa-desa menjaring suara,
panglima Sagoe dan aktivis Sira adalah mesin kemenangan Irwandi dan
Nazar dalam pilkada Aceh pada awal pekan lalu.


Rapat itu berlangsung di sebuah rumah kecil di Muara Dua, Lhokseumawe,
beberapa saat sebelum kampanye pemilihan gubernur Aceh digelar pada awal
Desember. Dua puluh anak muda meriung di lantai. Mereka adalah mantan
gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan aktivis Sidang Istimewa Rakyat
Aceh (SIRA). Agenda pertemuan malam itu membahas siasat merebut kursi
gubernur dan walikota Lhokseumawe.


Jelang pagi kesepakatan diketuk. Semua kader diwajibkan bergerilya ke ke
desa-desa untuk menjual sang calon mereka. Sejak saat itu anak-anak muda
ini naik- turun naik gunung membina kader sekaligus merebut simpati
untuk Irwandi. Taktik ini mereka terapkan di seluruh Aceh. Hasilnya?
Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar yang dijual para panglima Sagoe unggul
dalam pemilihan kepala daerah Nangroe Aceh Darusslam. Panglima Sagoe
adalah suatu struktur militer GAM—setingkat Komando Rayon Militer
(Koramil) dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia.


Hingga Jumat pekan lalu, Irwandi dan Nazar meraup 27 persen dari satu
juta suara yang sudah masuk ke panitia pemilihan. Jumlah itu jauh di
atas pasangan Humam Hamid yang duduk di posisi kedua dengan perolehan
sekitar 18 persen suara. Irwandi menang di 15 dari 21 kabupaten di Aceh.
Walau jumlah suara yang belum masuk sekitar satu setengah juta, sejumlah
pihak meramalkan pasangan Irwandi dan Nazar bakal keluar sebagai
pemenang.


Di Lhoksumawe, Munir Usman dan Suadi Yahya yang di usung GAM juga
dipastikan bakal menjadi walikota. Calon GAM juga dipastikan merebut
kursi bupati di tujuh kabupaten.


Jakarta seperti meriang mendengar hasil dari Naggroe. Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono langsung menggelar rapat kabinet bidang politik dan
kemanan. Beberapa saat sebelumnya, sejumlah lembaga yang menggelar
perhitungan cepat mengumumkan keunggulan Irwandi dan Nazar.


Sumber Tempo yang dekat dengan Istana menuturkan, Presiden gusar dengan
kemenangan kandidat GAM. Presiden kabarnya sempat marah karena para
bawahannya selama ini selalu melaporkan bahwa kekuatan Irwandi itu
kecil. "Selama ini Presiden selalu terima laporan yang asal bapak
senang," kata sumber tersebut.


Andi Maranggeng, juru bicara Presiden, membantah hal ini. "Tidak
benar Presiden marah dengan kemenangan Irwandi," katanya Presiden
Susilo, sambungnya, senang karena pilkada di Aceh berlangsung aman.


Tapi kecemasan tetap saja merebak sebab hingga kini GAM masih berdiri
tegak. Karena itu mereka mendesak jika sudah jadi gubernur, Irwandi
harus membubarkan GAM, yang selama ini bercita-cita memerdekakan Aceh.
Irwandi, kata Muladi–Gubernur Lemba-ga Ketahanan Nasional (Lemhanas)
harus membubarkan GAM jika sudah jadi gubernur. Kalau tidak mau, dia
menambahkan, "Komitmen Irwandi terhadap negara kesatuan Republik
Indonesia diragukan."


Membubarkan GAM tampaknya bukan urusan gampang bagi Irwandi. Sebab
jaringan gerakan inilah yang menjadi mesin utama kemenangannya. Hampir
seluruh anggota tim sukses Irwandi ditingkat propinsi juga petinggi GAM.


Sofyan Dawood, juru bicara GAM, yang dulu kerap memimpin pertempuran
melawan militer Indonesia, adalah penasehat dan juru kampanye Irwandi
"Saya pilihkan kandidat yang paling pantas memimpin Aceh,"
pekiknya dengan lantang.


Sofjan Dawood juga amat berjasa memotong dukungan tetua GAM di Swedia
untuk pasangan Humam Hamid dan Hasbi Abdullah. Sehari setelah kampanye
pemilihan gubernur dimulai, Muzakir Manaf-Panglima militer GAM-
menggelar siaran pers. Isinya, membatalkan dukungan untuk Humam.


Dalam siaran pers itu Muzakir memang "hanya" mengatakan bahwa
pimpinan GAM menyerahkan pilihan kepada rakyat. Toh, sejak saat itu
warga lapisan bawah kian leluasa menyokong Irwandi. Di tingkat kabupaten
dan kecamatan, mesin utama Irwandi adalah para panglima Sagoe. Mereka
bergerilya hingga pegunungan untuk menjelaskan pentingnya memilih
Irwandi dan Nazar sebagai pemimpin Aceh.


Kesuksesan gerilya para panglima itu berkat sokongan penuh dari aktifis
SIRA yang juga memiliki stuktur yang kuat hingga ke tingkat kecamatan.
"Kami mengumpulkan seluruh komisariat SIRA kecamatan mendukung
pasangan ini," ujar Abu Zar Marzuki ketua Konsulat Sira Wilayah
Pasee, Aceh Utara.


Sidang Istimewa Rakyat Aceh (SIRA) memang amat populer di kalangan anak
muda. Terutama, mahasiswa di seantero Aceh. Organisasi ini lahir dari
kampus. Bermula dari Kesatuan Mahasiswa Aceh tahun 1998 yang menuntut 80
persen dari hasil bumi provinsi itu digunakan untuk daerah.


Beberapa bulan kemudian para mahasiswa mengubah nama gerakannya menjadi
Koalisi Aksi Reformasi Mahasiswa Aceh (Karma). Organisasi ini adalah
gabungan 42 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di seluruh Aceh. Tuntutan
mereka sama saja. Delapan puluh persen hasil bumi Aceh kembalikan ke
Tanah Rencong.


Merasa tuntutan itu tidak dipenuhi juga mereka mengancam menggelar
referendum. Sejak itu, gerakan kaum muda ini berubah menjadi gerakan
politik.


Mereka bergabung dengan Komite Pemuda Aceh Serantau (KNPAN) menggelar
Kongres pemuda Aceh. Isinya, menuntut referendum. Kongres juga
bersepakat membentuk SIRA, sebuah organisasi baru leburan dari semua
kelompok gerakan. Muhammad Nazar, yang kini berpasangan dengan Irwandi
Yusuf terpilih sebagai koordinator gerakan baru.


Di bawah Nazar SIRA dengan cepat membiak. Mereka mendirikan enam ribu
posko mahasiswa di seluruh Aceh. Hampir semua penggeraknya mahasiswa dan
pemuda. Nazar berkali-kali menggelar pertemuan akbar yang melibatkan
massa dalam jumlah ribuan. Tanggal 8 November 1999, dia melangsungkan
Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum Aceh (SU-MPR), di Banda Aceh.
Sekitar 20 ribu kebih manusia tumpah di acara ini.


Dua tahun kemudian kelompok ini menggelar Sidang Istimewa Rakyat Aceh
(Sira-Rakan) dihadiri sekitar 25 ribu orang. Sejak saat itu Muhammad
Nazar mulai berkilau dikalangan gerakan mahasiswa dan pemuda Aceh.


Ketika Irwandi Yusuf dan Muham-mad Nazar bergabung dalam perebutan kursi
gubernur, sejumlah kalangan menyebut keduanya ibarat persekutuan dua
partai besar. Hasilnya, mereka mampu mengalahkan calon yang diusung
partai-partai politik yang pernah menjulang di Aceh. Seperti Partai
Persatuan Pembangunan(PPP) dan Partai Golkar.


Bertahun-tahun gagal dengan perjuangan senjata, para panglima Sagoe
ternyata mampu bermain dengan gemilang di latar politik. Dan Irwandi
punbersiap melangkah ke kursi gubernur


Wens Manggut (Jakarta), Eduardus Karel Dewanto dan Adi Warsidi (Banda
Aceh), Imran MA (Lhokseumawe)


Kirim email ke