Pernikahan yang Produktif


sumber : http://akmal.multiply.com/journal/item/401



assalaamu'alaikum wr. wb.

"Wah, ada buku baru nih!" kata seorang teman.


"Buku apa?"

"Buku love story antara Rasulullah saw. dan Khadijah ra.!"

"O ya?  Menarik juga, ya!  Sepertinya memang Khadijah ra. itulah
istri Rasulullah saw. yang paling istimewa.  Padahal istri-istrinya yang
lain pun tidak ada yang tidak istimewa."

"Ya, tapi beda level, lah !"

"Beda level bagaimana?"

"Khadijah ra. `kan istri Rasulullah saw. yang setia mendukungnya
di saat-saat penuh kesusahan di masa awal dakwah di Mekkah.  Kalau
istri-istri beliau yang lain sih, kasarnya nih, tinggal enaknya aja! 
Saat beliau menikahi istri-istri yang lain, beliau `kan sudah
menjadi pemimpin besar di Madinah."

* * * * * * *

Ya, memang benar.  Saya pribadi belum pernah mendengar ada pernikahan
lain yang lebih produktif daripada pernikahan Rasulullah saw. dengan
Khadijah ra.  `Aisyah memang paling muda, paling pintar, dan konon,
juga paling cantik.  Tapi semua aset dalam dirinya itu masih saja
`beda level' dengan Khadijah ra.  Itulah sebabnya Rasulullah
saw. seringkali menyebut-nyebut dan memuji-muji nama Khadijah ra., jauh
setelah istri pertamanya itu wafat.

Hal yang paling sering dibahas oleh orang-orang dari kisah cinta mereka
adalah bahwa Rasulullah saw. lebih lama bermonogami daripada
berpoligami.  Sama sekali tidak salah.  Hanya saja, ada hal lain yang
bisa digali dari sana.  Mengapa dalam masa-masa awal dakwahnya di Mekkah
– yang penuh kesulitan itu – Rasulullah saw. merasa cukup dengan
seorang Khadijah ra. sebagai pendamping hidupnya?

Perlu diingat, bahwa pernikahan ini tidak dimulai dengan pinangan dari
pihak Rasulullah saw., melainkan justru Khadijah ra.-lah yang menawarkan
dirinya melalui perantara.  Lelaki ini begitu tinggi kemuliaan
akhlaq-nya hingga seorang perempuan terhormat yang dimuliakan di Mekkah
mau menawarkan diri untuk menjadi istrinya.  Tambahan lagi, perempuan
itu adalah saudagar yang mempercayakan perdagangannya kepada Rasulullah
saw.  Dengan kata lain, beliau dulunya adalah `atasan' dari sang
al-Amin.  Lelaki yang mampu meluluhkan hati perempuan semulia Khadijah
ra. sedemikian rupa, menurut keyakinan saya pribadi, takkan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan beberapa perempuan lain yang mau dijadikan
istri.  Toh, masyarakat jahiliyah pada masa itu sudah terbiasa dengan
poligami yang tanpa aturan.

Kenyataannya, beliau merasa cukup dengan Khadijah ra.

Inilah pernikahan yang paling produktif yang pernah ada di seluruh
dunia!  Sesudah Jibril menampakkan dirinya dan membuat Muhammad saw.
lari ketakutan, siapa yang menyelimuti beliau dengan kehangatan dan
menghiburnya dengan ucapan yang tidak sedikitpun dikotori oleh rasa
ragu?  Abu Bakar ra. diberi gelar ash-shiddiq karena selalu membenarkan
Rasulullah saw., namun ia hanyalah back up dari Rasululah saw. yang amat
yakin dengan dakwahnya.  Ingatlah bahwa di sisi Rasulullah saw. ada
seorang istri setia yang tidak pernah sedetik pun ragu pada suaminya,
bahkan ketika Rasulullah saw. ragu dengan penglihatannya sendiri. 
Apakah yang tadi itu benar malaikat, atau syaithan?  Khadijah ra.-lah
yang memantapkan hati beliau, padahal ia tidak bersamanya ketika Jibril
datang.

Khadijah ra.-lah yang `pasang badan' demi dakwah, ketika umat
Islam masih sangat sedikit dan dikepung oleh kekuatan musyrik dari
segala arah.  Semua kekayaan dan kemuliaan yang sudah dimilikinya
benar-benar dibaktikan demi misi suci sang suami.  Jika Anda memuji Abu
Bakar ra. karena kesetiaannya, Umar ra. karena keberaniannya, dan Ali
ra. karena keperkasaannya, maka setidaknya janganlah melupakan perempuan
mulia yang satu ini.

Ketika Rasulullah saw. dan para pengikutnya diboikot, adakah Khadijah
ra. mengeluh dan mengingat-ingat kejayaannya di masa lalu?  Pernahkah
keluar satu kata cemooh dari lidahnya karena menyesali keputusannya
untuk menawarkan diri pada salah satu pedagang yang bekerja untuk
dirinya itu?  Demi Allah, sejarah tidak pernah mendengar keburukan
semacam itu datang dari pribadi Khadijah ra.!

Inilah pernikahan yang paling produktif.  Dua orang manusia
dipersatukan, kemudian bahu-membahu di jalan dakwah, bukannya larut
dalam kebahagiaan berdua.  Manusia yang sedang dimabuk cinta memang
merasa dunia milik berdua, namun untuk semua hal ada waktu-waktunya. 
Rasulullah saw. dan Khadijah ra. telah memberi contoh kepada kita
bagaimana sebuah pernikahan semestinya mempengaruhi hidup kita.

Sungguh aneh umat ini, karena mengaku meneladani Rasulullah saw. namun
bersikap jauh dari apa yang dicontohkannya.  Mereka yang sudah menikah
tiba-tiba saja bersikap seolah-olah waktunya habis.  Tidak ada lagi
waktu untuk dakwah, tidak ada lagi waktu untuk mengurusi teman, tidak
ada kesempatan lagi untuk mencermati kebutuhan umat, dan tidak ada
energi lagi untuk bersikap kritis terhadap keadaan.

Seorang teman pernah berkata pada saya : "Lu harus aktif, mumpung
belum nikah!"

Dagelan macam apa lagi ini?  Saya menikah untuk meningkatkan
produktifitas!  Menikah itu untuk menggenapkan separuh diin, bukan malah
menguranginya.  Menikah itu untuk menundukkan pandangan, agar pikiran
kita lebih fokus pada hal-hal yang memang butuh perhatian.  Menikah itu
untuk memperkuat umat, bukan justru membuatnya tak berdaya!

wassalaamu'alaikum wr. wb.

Kirim email ke