Seni Kepimpinan 

Seni kepemimpinan telah banyak diajarkan orang dari masa ke masa, 
mulai dari rangkaian Mitologi Yunani yang amat terkenal, Tao dan Sun 
Tzu dari Cina, Nasihat Bagi Penguasanya Al Ghazali, Sang Penguasanya 
Niccolo Machiavelli, Hasta Brata Raja Kapa-Kapa Wulangreh Wedhatama 
dari Jawa, sampai ratusan mungkin ribuan buku-buku teks kepemimpinan 
abad 20 seperti The Art of The Leader-nya William A. Cohen, dan The 
Charismatic Leader-nya Jay A. Conger dan sebagainya.

Dengan apa kekuasaan dapat dipertahankan? Al Ghazali mengawali 
nasihatnya dengan mengemukakan 2 hal, yaitu jangan pernah melakukan 
sesuatu tanpa perhitungan dan selalu konsisten serta tak pernah 
meralat. Yang terakhir ini, juga merupakan benang merah yang kuat 
dalam seni kepemimpinan raja-raja Jawa. Agar berwibawa, maka seorang 
raja harus memiliki, Sabda Pandhita Ratu, tan kena wolak-walik, 
artinya, raja harus memegang teguh satu kata dan perbuatan. 

Ucapannya bagaikan ucapan seorang pendeta sakti nan manjur yang 
segera menjadi kenyataan. Ludahnya ludah api yang sekali dilontarkan 
langsung mewujudkan keinginannya. Ucapannya konsisten dan tidak 
mencla-mencle. Tidak pagi tempe, sore mentah kembali menjadi kedelai. 
Ini juga sekaligus mengajarkan bahwa seorang pemimpin tidak boleh 
berkata atau bertindak ngawur, karena dampaknya sangat luas bagi 
rakyat banyak yang tak berdosa.

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com




Kirim email ke